DR. H. Hasan Basri, MA
MATERI KULIAH: MAZAHIB ISLAMIYAH
Bagian 3
1. Mazhab-mazhab Fiqh dalam Islam (Ahl al-Ra’yi dan Ahl al-Hadits)
a. Sejarah Munculnya Mazhab
• Mazhab muncul Mazhab muncul pertama kali pada masa Khalifah Abbasiyah di bawah pemerintahan Khalifah al-Makmun, pada abad ke-2 H atau abad ke-8 M.
• Al-Makmun menjadikan fiqh Hanafi sebagai mazhab resmi nagara.
• Mazhab berkembang ke wilayah-wilayah lain di bawah kekuasaan Abbasiyah.
• Karena pengaruh politik, umat Islam menganggap bahwa berpegang teguh pada mazhab tertentu suatu keharusan.
• Karena didukung oleh kekuasaan, pemikiran mazhab terus berkemabng secara luas.
b. Faktor-Faktor Timbul Mazhab
• Puncak kejayaan ilmu pada masa Khalifah Abbasiyah.
• Kembali kepada karya-karya ulama.
• Kajian terhadap hukum-hukum Islam dianggap sudah selesai dan tuntas, tidak perlu ada ijtihad baru.
• Tertutupnya pintu ijtihad.
• Tiba fase jumud (stagnasi) atau kemandegan berpikir umat Islam.
• Berkembang sikap taqlid (taqlid mahdhi dan taqlid jamid)di kalangan umat Islam.
• Memilih mazhab yang disukai oleh masing-masing kelompok.
c. Mazhab-Mazhab Fiqh:
1) Ahl al-Ra’yi
• Mazahab Ahl al-Ra’yi berpusat di Irak. Mereka dinamakan Ahl al-Ra’yi karena dalam menetapkan hukum lebih mengutamakan akal atau rasio (ra’yu) daripada nash (al-Qur’an dan Hadits).
• Dalam memberikan fatwa, Ahl al-Ra’yi dipengaruhi oleh latar belakang cara berpikir Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah ibnu Mas’ud.
• Kalangan tabi’in yang mengikuti jejak mereka antara lain: Al-Qamah bin Qa`is dan Ibrahim al-Nakha’i.
• Penyebab mereka menjadi kelompok Ahl al-Ra’yi, adalah:
a) Kufah dan Bashrah adalah pusat atau markas tentara Islam.
b) Kufah merupakan tempat kedudukan Ali bin Abi Thalib yang banyak dikunjungi para sahabat terkenal pada masanya, seperti Abdullah ibnu Mas’ud, Sa’ad bin Abi Waqas, Ammar bin Yassir, dan Abu Musa al-Asy’ari.
c) Para sahabat tersebut menyampaikan hadits-hadits Rasulullah kepada penduduk Irak.
d) Para penduduk Irak merasa cukup dengan hadits-hadits yang disampaikan oleh para sahabat tersebut, sehingga tidak diperlukan lagi hadits-hadits dari ulama-ulama lain.
e) Irak adalaha negeri yang sangat dinamis dalam perkembangan pemikiran, terutama mengenai hukum Islam; dan juga sering terjadi konflik politik sehinga lahir kelompok Syi’ah dan Khawarij.
f) Irak dalam sejarah dikenal sebagai kawasan yang paling subur lahirnya hadits-hadits palsu untuk kepentingan golongan atau kelompok masing-masing.
g) Sebagai konsekuensinya, para ulama kemudian membuat syarat-syarat yang ketat untuk dapat menerima sebuah hadits; akhirnya mereka mengutamakan rasio (ra’yu), karena banyak hadits yang diragukan kesahihannya.
2) Ahl al-Hadits
• Mazhab Ahl al-Hadits berpusat di Hijaz (Makkah dan Madinah).
• Latar belakang pemikiran mereka dipengaruhi oleh cara berpikir Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Umar (keduanya sahabat Rasulullah), yang berpegang secara ketat pada nash (al-Qur’an dan Hadits).
• Mereka baru menggunakan akal (ra’yu) jika tidak terdapat dalilnya dalam al-Qur’an dan Hadits, biasanya untuk memecahkan persoalan-persoalan baru.
• Para pengikut atau pendukung mereka antara lain: Ibnu Musayyab, Mujahid ibnu Jubair, dan Atha’.
Tokoh-Tokoh Mazhab:
I. Imam Abu Hanifah (80 – 150 H)
Namanya Abu Hanifah al-Nu’man, terkenal dengan Imam ahl al-Ra’yi. Beliau lahir di Kufah dan meninggal dunia di Baghdad. Muridnya yang terkenal adalah Abu Yusuf, Zufar bin Hudzail bin Qa`is sl-Kufi, al-Hasan bin Ziyad, dan Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani.
Pada masa Khalifah Abu Ja’far al-Manshur berkuasa di Baghdad, Abu Hanifah diundang ke Baghdad untuk menjabat hakim, tetapi beliau menolak berkali-kali, akhirnya beliau dijebloskan ke dalam penjara dan kemudian dihukum cambuk. Akhirnya, ia meninggal dunia di Baghdad dalam usia 70 tahun. Ciri yang paling menonjol adalah beliau lebih mengandalkan Qiyas dalam penetapan hukum.
Karya al-Syaibani:
• Zhahir al-Raiwayah
• Al-Mabsuth
• Al-Jami’ al-Kabir
• Al-Jami’ al-Shaghir
• Al-Sayr al-Kabir
• Al-Sayr al-Kabir
Pengaruh didunia:
• Irak
• Turki
• Affghanistan
• Bukhara
• Pakistan
• India
• Mesir teutama kalangan akademik Jami’ah al-Azhar
II. Imam Malik bin Anas (93 – 179 H/ 712 – 798 M)
Nama aslinya, Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin al-Harits, lahir dan meninggal dunia di Madinah. Karena itu, ia terkenal dengan Imam al-Haramain.
Murid-muridnya:
• Al-Auza’i
• Sufyan al-Tsauri
• Sufyan bin ‘Uyainah
• Ibnu al-Mubarak
• Al-Syafi’i
Kitabnya: al-Muwaththa’, kitab hadits 1720 hadits, ditulis tahun 144 H atas perintah Khlifah Ja’far al-Manshur.
Ciri yang paling menonjol adalah sangat tergantung pada amalan (praktik) penduduk Madinah, berdasarkan hadits Ahad yang shahih.
Pengaruh di Dunia:
• Marokko
• Mauritania
• Mali
• Al-Jazair
• Tunisia
• Libiya
• Mesir (Iskandariyah)
• Sudan Utara
• Sinegal
• Pantai Gading
• Nigeria
• Afrika Utara
• Hijaz
III. Imam al-Syafi’i (150 – 204 H/ 767 – 820 M)
Nama aslinya, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin ‘Utsman bin syafi’i, lahir di Ghazzah (kawasan Palestina Selatan) dan meninggal dunia di Mesir. Beliau hafal Kitab yang ditulis Imam Malik, al-Muwaththa’. Tahuan 195 H beliau hijhrah ke Baghdad untuk belajar dari murid Imam Abu Hanifah, kemudian beliau berangkat ke Makkah. Tahun 198 H beliau kembali lagi ke Baghdad; dan tahun 199 H beliau berangkat ke Mesir. Kumpulan fatwa selama di Baghdad disebut Qaulun Qadim dan di Mesir disebut Qaulun Jadid. Beliau hafal al-Qur’an pada usia 7 tahun.
Guru-guru beliau: Malik bin Anas, Muslim bin Khalid, Ibnu ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad.
Murid-Muridnya: Ahmad bin Hanbal, al-humaidi, Abu Thahir bin al-Buwaithi, Muhammad bin Abdil Hakam.
Beliau pernah dipenjara dan disiksa karena tidak mengakui al-Qur’an sebagai makhluk tetapi qadim.
Karya-karyanya:
1) al-Musnad
2) Mukhtalif al-Hadits
3) al-Sunan
Dalam bidang Fiqh dan Ushul Fiqh
1) al-Umm
2) al-Risalah
Pengaruhnya di Dunia:
• Kairo
• Somalia
• Eritria
• Kenya Afrika Tuimur
• Zanzibar
• Hadramaut
• Pakistan
• Asia
• Suria
• Libanon
• Yaman (Yaman Selatan)
• Emirat Arab
• Indonesia
• Brunei Darussalam
• Malaysia
• Filipina
Ciri khasnya: pendapat lama (Qaulun Qadim) dan baru (Qaulun Jadid); dalam menetapkan hukum, tidak menggunakan istihsan dan mengutamnakan hadist Ahad.
IV. Ahmad bin Hanbal (164 – 241 H/ 780 – 855 M)
Nama aslinya, Abu ‘Abdillah bin Muhammad bin Hanbal al-Marwazi, lahir dan meninggal dunia di Baghdad.
Beliau merantau ke Makkah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah dan lain-lain. Beliau adalah murid setia Imam al-Syafi’i. Beliau hafal 1000.000 hadis. Pendapat beliau menolak “al-Qur’an adalah makhluk.” Sebagai akibatnya, beliau disiksa dan di penjara.
Muridnya: Imam al-Bukhari, Muslim, Ibnu Abiddunya dan Ahmad bin Abi al-Hawarimi.
Karyanya:
Musnad al-Kabir berisi 40.000 hadits.
Pengaruhnya:
• Saudi Arabia
• Hijaz
• Qathar
• Mesir
Sebab Perbedaan Pendapat dalam Islam:
1) Perbedaan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an
• Lafazh Musytarak (satu kata banyak makna)
• Amr (perintah) dan Nahy (larangan)
• Haqiqat (makna sebenarnya) dan Majaz (makna kiasan)
• ‘Amm (makna umum) dan Khash (makna khusus)
• Nasikh (yang menghapus) dan Mansukh (yang dihapus)
• Muthlaq (makna bebas, tidak terikat) dan Muqayyad (makna terikat)
• Manthuq (makna tekstual) dan Mafhum (makna yang dipahami, kontekstual)
• Ta`wil (pengalihan makna)
• Mujmal (tidak jelas pengertiannya) dan Zhahir (makna yang sudah jelas)
2) Perbedaan Cara Menilai tingkat Kesahihan Hadits
3) Perbedaan dalam menilai dalil yang bertentangan
• Ta’arudh antara dua Nash al-Qur’an
• Antara dua Nash Sunnah
• Antara Nash Qur’an dan Sunnah
• Antara dua Qiyas
• Antara Nash dengan Qiyas
4) Perbedaan dalam menilai ‘urf atau adat kebiasaan
5) Merujuk kepada dalil-dalil yang diperselisihkan
• Mafhum Mukhalafah
• Mafhum Muwafaqah
• Istishhab
2. Aliran-aliran Tasawuf dalam Islam (Ahl Basrah dan Kuffah)
1) Pengertian Tasawuf
• Suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek kehidupan ruhaniyah (esoteric) dengan melakukan ‘uzlah dan zuhud dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan berupaya untuk berada sedekat mungkin dengan Allah.
• Menurut Ma’ruf al-Kharakhi, tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada di tangan makhluk, termasuk meninggalkan kesenangan duniawi.
• Zakariya al-Anshari mengemukakan bahwa tasawuf ialah ilmu yang menerangkan tentang cara mensucikan jiwa dan cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.
• Menurut Muhammad Amin al-Kurdi, tasawuf adalah suatu ilmu untuk mengetahui hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan jiwa dari sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju kepada keridhaan Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya menuju pelaksanaan perintah-Nya.
2) Asal-Usul Tasawuf
a) Sumber Ajaran Tasawuf
• Pengaruh Kristen---kehidupan para Rahib (biarawan dan Biarawati)
• Pengaruh Filsafat---jasmani merupakan penjara bagi ruh (mistik Phythagoras)
• Filsafat Emanasi Plotinus---segala yang ada adalah pancaran dari Zat yang Esa
• Filsafat Mistik Neo-Platonis---segala wujud berasal dari Prinsip Pertama dan akan kembali lagi untuk bersatu dengan Prinsip Pertama.
• Ajaran Buddha---paham Nirwana dan kontemplasi.
• Ajaran Hindu—persatuan antara Atman dan Brahman (meninggalkan kehidupan duniawi agar lebih dekat dengan Tuhan).
• Ajaran Islam---doa’, zikir, khusyu’, tawadhu’, tawakkal, amanah, istiqamah, sabar, wara’, akhlakul karimah, dan perintah hidup zuhud.
b) Sebab-sebab Timbul Tasawuf
• Sebab Vertikal: muncul perasaan takut (khauf) dan cinta (hubb) kepeda Allah.
• Sebab Horizontal: formalisme dalam beragama (khusyu’, tawadhu’, taat, dan ikhlas); dan politik kultural (kejenuhan, kebosanan dan menghindari diri dari sistem kehidupan politik yang cenderung zalim dan menyimpang dari nilai-nilai moral dan jauh dari agama).
3) Esensi Tasawuf
• Kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Allah dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi.
• Menjauhi kemewahan duniawi dan memilih hidup sederhana.
4) Tujuan Tasawuf
• Berupaya mendekatkan diri kepada Allah dengan membersihkan jiwa dan menjauhkan perbuatan dosa.
• Untuk dapat berhubungan langsung dengan Allah.
5) Pokok-Pokok Ajaran Tasawuf
• Tasawuf Akhlaqi---aspek yang dapat dilihat dari perilaku sehari-hari, seperti: sopan santun, kelembutan, kejujuran, keramahan, kepedulian sosial, tawadhu’, dan kesederhanaan.
• Tasawuf ‘Amali---kajian tasawuf untuk dipraktikkan, seperti suluk, do’a, ratib, wirid, dan zikir.
• Tasawuf Falsafi---kajian tasawuf secara teoretis mengacu kepada pembahasan filsafat, misalnya konsep tentang ittihad, wahdatul wujud, hulul, ma’rifat, mahabbah, insan kamil, ahwal dan maqamat, dan sebagainya.
6) Tingkatan Pemahaman Ajaran Islam
a) Syari’at (amalan lahir yang difardhukan, yang tercakup dalam rukun Islam).
b) Tariqat (Perjalanan menuju pendekatan diri kepada Allah dengan cara tertentu, dan memadukan aspek lahiriyah dan batiniyah).
c) Haqiqat (inti dari syari’at dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi).
d) Ma’rifat (pengetahuan dan pengalaman tentang Tuhan melalui hati sanubari, sehingga jiwa menyatu dengan Tuhan.
7) Sistem Pembinaan Akhlak
a) Takhalli: mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi, dengan cara menjauhkan diri dari kemaksiatan dan berusaha melenyapkan dorongan hawa nafsu.
b) Tahalli: menghiasi diri dengan cara membiasakan diri dengan sifat dan sikap serta perbatan yang baik dan akhlak terpuji.
c) Tajalli: terungkapnya Nur Ghaib bagi hati sehingga terbuka jalan untuk mencapai Tuhan.
8) Aliran-Aliran Tasawuf
a) Ahl Kufah
Kufah merupakan kota tempat kelahiran tasawuf yang dikenal pada awalnya dengan istilah zuhud, dan pelaku zuhud dinamakan zahid. Para zahid Kufahlah yang pertama memakai pakaian yang terbuat dari kain wol kasar sebagai reaksi terhadap pakaian sutra yang dipakai para penguasa Bani Umayyah. Para zahid terkenal di Kufah adalah Sufyan al-Tsauri (w. 135 H), Rabi’ ibn Hasyim (w. 150 H), dan Jabir ibn Hayyan (w. 190 H).
b) Ahl Basrah
Bashrah dikenal sebagai kota yang penuh dengan kemegahan dan kemewahan. Aliran zuhud mengambil corak yang lebih ekstrem daripada Kufah, sehingga akhirnya meningkat kepada ajaran mistik (mysticism). Para zahid terkenal di Bashrah adalah Hasan al-Bashri (w. 110 H), dan Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H).
• Pesan tentang zuhud, Hasan al-Bashri mengatakan: “Jauhilah dunia ini, karena ia sebenarnya serupa dengan ular, licin terasa di tangan, tetapi racunnya membunuh.”
Dari kedua kota tersebut aliran zuhud pindah ke kota-kota lain. Di Persia (Khurasan) muncul tokoh yang bernama Ibrahim bin Ad-ham (w. 162 H), dan muridnya, Syafiq al-Balkhi (w. 194 H). Di Madinah muncul tokoh bernama Ja’far al-Shadiq (w. 148 H).
• Ibrahim bin Ad-ham berpesan: “Kamu diciptakan bukan untuk hidup senang…. Tinggalkan dunia ini karena cinta pada dunia membuat orang tuli serta buta, dan menjadi budak.”
Jadi, kemunculan tasawuf di Kufah dipelopori oleh Rabi’ ibn Hisyam; sedangkan tasawuf di Bashrah dipelopori oleh Hasan al-Bashri.
9) Jalan Menuju Tuhan
Jalan atau tahapan yang ditempuh oleh para sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah disebut maqamat (stages atau stations). Para ahli berbeda dalam menempatkan maqamat, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yang harus ditempuh seseorang menuju Tuhan.
• Abu Bakar Muhammad al-Kalabadi membuat 10 maqamat dengan urutan sebagai berikut:
Taubat-----Zuhud-----Shabar-----Faqir-----Tawadhu’-----Taqwa-----Tawakkal-----Ridha-----Mahabbah-----Ma’rifah.
• Abu Hamid al-Ghazzali menyusun 8 maqamat dengan urutan sebagai berikut:
Taubat-----Shabar-----Faqir-----Zuhud-----Tawakkal-----Mahabbah-----Ma’rifah-----Ridha
• Abu Qasim ‘Abd al-Karim al-Quyairi menyusun 6 maqamat dengan urutan sebagai berikut:
Taubat-----Wara’-----Zuhud-----Tawakkal-----Shabar-----Ridha.
• Abu Nashr al-Sarraj al-Tusi menyusun 7 maqamat dengan urutan sebagai berikut:
Taubat-----Wara’-----Zuhud-----Faqir-----Shabar----Tawakkal-----Ridha.
10) Bentuk-Bentuk Zuhud
I. MAHABBAH
Mahabbah dari kata hubb artinya cinta. Maksudnya adalah cinta kepada Allah. Konsep mahabbah dicetuskan oleh Rabi’ah al-Adawiyah, seorang tokoh sufi wanita yang berasal dari Bashrah, Irak. Menurut al-Adawiyah, mahabbah merupakan ungkapan perasaan rindu dan pasrah kepada Allah, sehingga seluruh ingatan dan perasaan tertuju kepada-Nya. Cinta kepada Allah memenuhi seluruh jiwanya sehingga ia menolak semua tawaran nikah dengannya, dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Allah yang dicintainya; dan siapa saja yang ingin menikahinya haruslah meminta izin terlebih dahulu kepada Allah. Dalam ungkapannya, ia mengatakan: “Cintaku kepada Allah tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci kepada syaitan.” Kemudian ia menyebutkan: “Aku mencintai Nabi, tetapi cintaku kepada Pencipta memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk.”
II. MA’RIFAH
Ma’rifah (gnosis) artinya mengenal Allah dari dekat sehingga hati sanubari dapat melihat Allah.Ma’rifah tidak diperoleh begitu saja, tetapi ia adalah anugerah dari Allah (a direct knowledge of God based on revelation). Ma’rifah bukanlah hasil pemikiran manusia tetapi bergantung pada kehendak Allah dan rahmat-Nya. Karena itu, maka ma’rifah adalah pemberian Allah kepada sufi yang sanggup menerimanya.
Tokoh pencetus ma’rifah adalah Dzunnun al-Mishri (w. 860 M), sehingga ia dipandang sebagai “Bapak Paham Ma’rifah.”
Menurut al-Mishri ada tiga tingkatan ma’rifah:
1. Ma’rifah ‘Awwam: Allah yang Esa dipahami dengan perantaraan ucapan syahadat.
2. Ma’rifah ‘Ulama: Allah yang Esa dipahamai menurut logika (akal).
3. Ma’rifah Sufi: Allah yang Esa dipahami dengan perantaraan hati sanubari.
Ungkapan al-Mishri yang terkenal tentang ma’rifah adalah: “Aku mengetahui Allah dengan Allah, seandainya tidak karena Allah, maka aku tak akan mengetahui Allah.”
III. FANA’ DAN BAQA’
Fana’ artinya pemusnahan atau penghancuran diri; setiap fana’ harus diiringi baqa’ yang berarti tetap, terus hidup atau kekal. Fana’ dan baqa’ merupakan dua komponen kembar dua. Ini dapat dipahamai melalui ungkapan: “Jika kejahilan (ignorance) dari seseorang hilang, yang tertinggal ialah pengetahuan.”
Pelopor konsep fana’ dan baqa’ adalah Abu Yazid al-Bustami (w. 874 M). al-Bustami menjelaskan tentang fana’ dan baqa’ melalui ungkapan: “Aku tahu pada Allah melalui diriku, sehingga aku hancur, kemudian aku tahu pada-Nya melalui diri-Nya, maka aku pun hidup.”
IV. ITTIHAD
Ittihad adalah satu tingkatan dalam tasawuf di mana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan Allah; sustu tingkatan di mana yang mencintai dan yang dicintai menjadi satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi “hai Aku.” Dalam ittihad “identitas telah hilang, dan dengan sendirinya identitas telah menjadi satu.”
Paham ittihad ini dikembangkan oleh Abu Yazid al-Bustami (w. 874 M), sebagai lanjutan dari konsep fana’ dan baqa’. al-Bustami mengungkapkan perasaan ittihad: “Aku tidak heran terhadap cintaku pada-Mu, karena aku hanyalah hamba yang hina; tetapi aku heran terhadap cintaku-Mu padaku, karena Engkau adalah raja Maha Kuasa.”
V. HULUL
Paham hulul dikemukakan oleh Husain ibn Manshur al-Hallaj yang lahir di Persia pada tahun 858 M; dan kemudian menetap di Baghdad. Pada tahun 922 M ia dihukum bunuh dan setelah badannya tak bernyawa lagi, lalu ia dibakar dan debunya dibuang ke sungai Tigris. Ia dibunuh karena dituduh bahwa ia menyebarkan dan mengamalkan paham sesat, hulul.
Hulul menurut bahasa berarti mengambil tempat. Hulul adalah paham yang mengatakan bahwa Allah memilih tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Menurut al-Hallaj, Allah kelihatannya mempunyai dua sifat dasar, yaitu: sifat ketuhanan (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut). Sebaliknya, manusia mempunyai sifat ketuhanan dalam dirinya. Kalau sifat-sifat kemanusiaan ini telah hilang dan yang tinggal hanya sifat ketuhanan yang ada dalam dirinya, di situlah baru Tuhan dapat mengambil tempat dalam dirinya; dan ketika itu ruh Tuhan dan ruh manusia bersatu dalam tubuh manusia. Dengan cara beginilah seorang sufi dapat bersatu dengan Tuhan.
Perbedaan antara ITTIHAD al-Bustami dengan paham HULUL al-Hallaj adalah dalam ITTIHAD yang dilihat satu wujud; sedangkan dalam HULUL ada dua wujud, tetapi bersatu dalam satu tubuh.
VI. WAHDAT AL-WUJUD
Wahdat al-Wujud artinya kesatuan Wujud (unity of existence). Paham ini adalah lanjutan dari paham hulul. Tokoh pelopor Wahdat al-Wujud adalah Muhyiddin ibn al-‘Arabi, dari Murcia, Spanyol (lahir tahun 1165 M).
Dalam paham Wahdat al-Wujud, nasut yang ada dalam hulul dirubah oleh Ibn al-‘Arabi menjadi al-khalq (makhluk) dan lahut menjadi al-haqq (Pencipta). Khalq dan haqq adalah dua aspek bagi tiap sesuatu. Aspek sebelah luar disebut khalq; dan aspek sebelah dalam disebut haqq. Kata khalq dan haqq merupakan sinonim dari al-‘Ardh (accidence) dan al-Jawhar (substance); dan dari al-Zhahir (bagian luar) dan al-Bathin (bagian dalam).
Dengan demikian, paham Wahdat al-Wujud menegaskan bahwa dalam tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan (al-Hqq) dan sifat kemakhlukan (al-Khalq). Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang sebenarnya mempunyai wujud hanyalah satu, yaitu Tuhan. Wujud selain Tuhan adalah wujud bayangan. Dan segala yang ada di alam ini merupakan bayangan Tuhan, sehingga Tuhan tidak berbeda dari bayangannya, ibarat berdiri di depan cermin. Jadi, bayangan yang ada dalam cermin sama dengan yang berdiri di depan cermin. •
Materi Mazahib Islamiyah ini adalah bahan untuk kuliah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut. Semua partisipan kelas supaya membaca materi ini sehingga dipahami dengan baik. Dan materi ini akan menjadi bahan ujian final. Materi ini juga dapat diakses oleh siapa saja yang berminat. Terimas kasih....
BalasHapusMasyaallah sangat bermamfaat Semoga Allah memberi kesehatan untuk bapak
BalasHapus