Selasa, 17 Maret 2020

PRAKTIK IBADAH:


SIGNIFIKANSI DAN KAIFIYAT 
 WUDHU’, MANDI, TAYAMMUM DAN ISTINJA’
Oleh: DR. H. Hasan Basri, MA

Teks Ayat: al-Ma`idah: 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

1.      Wudhu’

a.      Pengertian Wudhu’

Wudhu’ menurut bahasa berarti cahaya (dhau’ atau nur). Karena di akhirat nanti setiap anggota wudhu’ akan memancarkan cahaya.

Menurut istilah syara’, wudhu’ ialah membasuh anggota badan yang ditetapkan sebagai anggota wudhu’ dengan air yang suci dan menyucikan untuk menghilangkan hadats kecil, dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala.

b.      Cara Berwudhu’

1)      Membaca basmalah beserta niat yang ikhlas karena Allah.
2)      Membasuh kedua telapak tangan 3 kali.
3)      Berkumur-kumur dan mengeluarkannya 3 kali, sambil menggosok gigi dengan jari telunjuk atau bersiwak.
4)      Memasukkan air ke hidung (istinsyaq) dengan tangan kanan dan menyemburnya (istintsar) dengan tangan kiri 3 kali
5)      Membasuh muka sampai rata 3 kali, sambil mengusap dua sudut mata (menyelai-nyelai jenggot dengan jari bagi yang berjenggot).
6)      Membasuh kedua tangan sampai ke siku 3 kali, mendahulukan yang kanan, sambil menyelai-nyelai jari-jari tangan.
7)      Mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali.
§   Jika memakai sorban, cukup mengusap ubun-ubun tanpa membuka sorban.
§   Jika tidak memakai sorban, maka mengusap kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala sampai ke tengkuk; dan dikemblaikan lagi ke depan. Kemudian, mengusap kedua telinga sekaligus; sebelah luar dengan dua ibu jari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.
8)      Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki 3 kali, mendahulukan kaki kanan kemudian kaki kiri, sambil menggosk dan menyelai-nyelai jari kaki.
9)      Setelah berwudhu’, maka berdo’alah:

§       أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.

c.       Hal-hal yang membatalkan Wudhu’

1)      Keluar sesuatu dari qubul dan dubur (termasuk keluar angin atau kentut).
2)      Hilang akal karena mabuk, pingsan atau gila.
3)      Menyentuh kemaluan dan dubur dengan sengaja.
4)      Tertidur nyenyak dengan posisi miring atau berpindah tempat.
5)      Melakukan hubungan seksual (suami-isteri).


·         Perbedaan Pendapat di Kalangan Sahabat:
Ulama berbeda pendapat dalam memahami penggalan ayat: أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ artinya “atau kamu menyentuh wanita”. Mereka mempersoalkan kata-kata “menyentuh atau lamasa” dalam ayat tersebut, apakah dapat membatalkan wudhu’?

1)      ‘Ali bin Abi Thalib, Ibnu ‘Abbas, dan al-Hasan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “menyentuh wanita” dalam ayat tersebut adalah jima’ (bersetubuh dengan isteri); bukan persentuhan kulit dengan tangan. Pendapat ini diikuti oleh mazhab Hanafiyah.
2)      Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, dan al-Sya’bi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “menyentuh wanita” adalah “menyentuh dengan tangan.” Pendapat ini dipanuti oleh mazhab Syafi’iyah.

Ibnu Jarir al-Thabbari menyebutkan bahwa pendapat paling rajih (kuat) adalah pendapat pertama, yaitu “menyentuh” dengan makna “jima’.” Ini didasarkan pada dalil, hadits Rasulullah:

§       عن رسول الله صلعم قبل بعض نساءه ثم صلى ولم يتوضأ، ثم روى عن عائشة قالت: كان رسول الله صلعم يتوضأ ثم يقبل ثم يصلى. وعن عائشة أن رسول الله صلعم قبل بعض نسائه ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ.

Pada intinya, hadits tersebut menegaskan bahwa Rasulullah menyentuh isteri-isterinya dengan mencium mereka dalam keadaan wudhu’, tetapi ternyata Rasulullah tidak menganggap membatalkan wudhu’-nya; bahkan beliau langsung mengerjakan shalat tanpa berwudhu’ lagi.

·         Perbedaan Pendapat di Kalangan Fuqaha’:

1)      Imam Abu Hanifah menyatakan bahwa menyentuh wanita baik dengan menimbulkan syahwat maupun tanpa syahwat tidak membatalkan wudhu’.
2)      Imam al-Syafi’i menegaskan bahwa menyentuh wanita baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat membatalkan wudhu’.
3)      Imam Malik menjelaskan bahwa menyentuh wanita dengan syahwat dapat membatalkan wudhu’, tetapi jika menyentuhnya tidak disertai syahwat, maka tidak membatalkan wudhu’.


d.      Dalil-dalil tentang Wudhu’

1)      Surat al-Maidah: 6

§       يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
 وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

2)      Hadits-hadits:
§       لا يقبل الله صلاة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأ (متفق عليه)
§       من مس ذكره فلا يصل حتى يتوضأ (رواه الخمسة)
§       من مس فرجه فليتوضأ (رواه ابن ماجه)
§       الرجل يمس ذكره أعليه وضوء؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إنما هو بضعة منك (رواه أبو داود والترمذى والنساءى)
§       إن أمتي يأتون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء (رواه أحمد والشيخان)
§       أن النبي صلى الله عليه وسلم مسح رأسه بيديه فأقبل بهما وأدبر بدأ بمقدم رأسه ثم ذهب بهما إلى قفاه ثم ردهما إلى المكان الذى بدأ منه (رواه الجماعة)
§       أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مسح في وضوئه رأسه وأذنيه ظاهرهما وباطنهما وأدخل أصبعيه في صماخي اذنيه (رواه أبو داود والطهاوى)
§       ومسح برأسه وأذنيه مسحة واحدة (رواه أحمد وأبو داود)
§       مسح رأسه وأذنيه وباطنهما بالمسبحتين (بالسببتين) وظاهرهما بإبهاميه.
§       ويل للأعقاب من النار (متفق عليه)
§       ألا أدلكم على ما يمحو الله به الخطايا ويرفع به الدرجات؟ قالوا بلى يا رسول الله قال: إسباغ الوضوء على المكاره، وكثرة الخطا إلى المساجد، وانتظار الصلاة  بعد الصلاة، فذلكم الرباط،  فذلكم الرباط،  فذلكم الرباط (رواه مالك ومسلم والترمذى والنساءى)

Para ulama berbeda pendapat dalam memahami penggalan ayat tentang mengusap kepala: وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ artinya “usaplah kepalamu.”

1) Ulama Hanafiyah menegaskan wajib mengusap seperempat kepala saja, berdasarkan praktik Rasulullah yang  mengusap ubun-ubunnya.

2) Ulama Malikiyah dan Hanbaliyah menyatakan wajib mengusap seluruh kepala sebagai tindakan ikhtiyath (kehati-hatian). Karena huruf ba’ dalam ayat itu hanya “za`idah” atau tambahan saja, tidak menunjukkan makna “sebagian” tetapi “kullaha” (seluruhnya).

3) Ulama Syafi’iyah mengatakan cukup mengusap kepala sekurang-kurangnya beberapa helai rambut saja dengan yakin. Karena huruf ba’ dalam ayat itu bermakna “li al-tab’idh” menunjukkan sebagian kepala atau rambut.

2.      Ghusl (Mandi)

Ghusl artinya mandi, yaitu meratakan air ke seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dengan niat menghilangkan hadats besar.

Jadi, yang dimaksud  dengan “mandi” di sini adalah mandi junub (janabah) dengan niat menghilangkan hadats besar.

a.      Rukun mandi itu ada dua:

1)      Niat (ikhlas karena Allah) untuk menghilangkan hadats besar.
2)      Meratakan air ke seluruh tubuh.

b.      Faktor-faktor yang mewajibkan mandi:

Ø  Keluar mani (sperma) baik sengaja maupun tidak sengaja.
Ø  Melakukan hubungan seksual (suami-isteri)
Ø  Menghadiri shalat Jum’at
Ø  Terhenti haidh (bagi wanita)
Ø  Berakhir nifas (bagi wanita)
Ø  Orang meninggal dunia (mayyit)

c.       Cara Mandi

1)      Niat menghilangkan hadats besar dari seluruh tubuh karena Allah.
§  Niat cukup dalam hati saja, tidak perlu dilafazkan.
2)      Membasuh kedua tangan.
3)      Mencuci kemaluan dengan tangan kiri.
4)      Berwudhu’ seperti wudhu’ untuk shalat.
5)      Memasukkan air ke pangkal rambut kepala sampai rata (rambut dalam keadaan terurai).
6)      Mulailah membasuh dari sisi kanan sambil menggosok.
7)      Menuangkan air di atas kepala 3 kali.
8)      Meratakan air ke seluruh tubuh sambil menggosok.
9)      Membasuh kedua kaki, mendahulukan yang kanan.
§  Dianjurkan hemat dalam menggunakan air.
§  Sebaiknya setiap mandi menggunakan sabun atau wangi-wangian.
§  Kalau mandi dilakukan dengan cara seperti ini, maka setelah mandi tidak perlu wudhu’ lagi, langsung bisa mengerjakan shalat selama belum ada hal-hal yang membatalkan wudhu’.

d.      Dalil dari Ayat dan Hadits

1)      Surat al-Maidah: 6
§       وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
2)      Surat al-Nisa’: 43
§       وَلاَجُنُبًا إِلاَّعَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا


3)      Hadits-hadits:

§       إذا التقى الختانان فقد وجب الغسل وإن لم ينزل (رواه المسلم)
§       إنما الماء من الماء (رواه مسلم)
§       أن أم سليم قالت يا رسول الله إن الله لا يستحي من الحق فهل على المرأة الغسل إذا احتلمت؟ قال نعم إذا رأت الماء (متفق عليه)
§       فإذا أقبلت الحيضة فدعى الصلاة وإذا أدبرت فاغتسلى فصلى (رواه البخارى)
§       إذا أراد أحدكم أن يأتي الجمعة فليغتسل (رواه مسلم)
§       أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا اغتسل من الجنابة يبدأ فيغتسل يديه ثم يفرغ بيمينه على شماله فيغتسل فرجه ثم يتوضأ وضوئه للصلاة ثم ياخذ الماء ويدخل أصابعه فى أصول الشعر حتى إذا رأى أن قد استبرأ حفن على رأسه ثلاث حشيات
ثم أفاض على سائر جسده ثم غسل رجليه (رواه البخارى و مسلم)

3.      Tayammum

a.    Makna Tayammum

Tayammum menurut bahasa berarti al-qashdu (sengaja atau tujuan tertentu). Menurut istilah syara’, tayammum adalah sengaja mencari debu untuk mengusap wajah dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu’ untuk melaksanakan shalat. Dengan kata lain, tayammum adalah mengusap wajah dan kedua pergelangan tangan dengan debu yang suci sebagai pengganti wudhu’ atau mandi.

Fungsi tayammum adalah menggantikan wudhu’ atau mandi (untuk menghilangkan hadats kecil dan hadats besar).

b.    Cara Tayammum

1)      Membaca basmalah beserta niat bertayammum, sebagai pengganti wudhu’ atau mandi, ikhlas karena Allah.
2)      Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah atau debu yang bersih.
3)      Mengangkat kedua telapak tangan kemudian meniupnya.
4)        Mengusap muka dengan  kedua telapak tangan yang berdebu.
5)        Mengusap kedua punggung tangan dengan telapak tangan, dimulai tangan kanan kemudian tangan kiri.
§   Tayammum untuk pengganti wudhu’ dan pengganti mandi caranya sama.

·         Perbedaan Pendapat Ulama

Dalam tatacara tayammum, para ulama tersebut juga berbeda pendapat dalam menyapu kedua tangan, ketika mamahami teks ayat: فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ mereka mempertanyakan apakah menyapu tangan dengan debu itu cukup sampai batas kedua pergelangan tangan saja; atau menyapu sampai kedua siku.

1) Ulama Hanafiyah dan Syafi’iyah menyatakan menyapu muka dan kedua tangan sampai kedua siku.
Alasannya berdasarkan hadits dari Jabi bin Abdillah: “Tayammum itu dua kali tepuk, sekali untuk mengusap di muka, dan sekali lagi mengusap kedua tangan sampai kedua siku.”
2) Ulama Malikiyah dan Hanbaliyah menegaskan menyapu muka dan kedua pergelangan tangan; tidak sampai kedua siku.

Alasannya berdasarkan ayat tentang hukum potong tangan bagi pencuri, tidak dipotong sampai ke sikunya tetapi dalam praktik yang dipotong hanya sampai batas pergelangan tangannya walaupun disebut “tangan atau aydin” (QS. Al-Ma’idah: 38).

c.    Dalil tentang Tayammum

1)   Surat al-Maidah: 6

§         وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدُ مِّنكُم مِّنَ الْغَآئِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَآءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَايُرِيدُ اللهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.

2)        Surat al-Nisa’: 43

§       وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدُ مِّنكُم مِّنَ الْغَآئِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَآءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسِحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا.

3)        Hadits-hadits:

§       جعلت لى الأرض طيبة وطهورا ومسجدا (متفق عليه)
§       لحديث عمار قال: اجنبت فلم أصب الماء فتمعكت فى الصعيد وصليت فذكرت ذلك للنبي صلى الله عليه وسلم فقال: إنما كان يكفيك هكذا: وضرب النبي صلى الله عليه وسلم بكفيه الأرض ونفخ فيهما ثم مسح وجهه وكفيه (متفق عليه)

4.      Istinja’

a.    Makna Istinja’
Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas, terbebas, selamat, atau membersihkan kotoran.
Secara terminologi syara’, istinja’ adalah membersihkan tempat keluar kotoran dengan menggunakan alat bersuci seperti air, batu atau kayu.

b.    Cara Istinja’
Selain menggunakan air, istinja’ juga menggunakan batu atau kayu. Jika beristinja’ dengan batu, maka disunnahkan dengan jumlah yang ganjil. Ini didasarkan pada hadits:

§     إذا استجمر أاحدكم فليستجمر وترا (رواه البخارى ومسلم)
§  نهانا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نستنجي بأقل من ثلاث أحجار (رواه مسلم)

§  Dilarang beristinja’ dengan benda-benda najis seperti tulang atau jenis makanan dan buah-buahan.