MODERNISASI DAYAH

PENDIDIKAN DAYAH DI ERA MODERN:
STRATEGI, PROSPEK, DAN TANTANGAN
Oleh: Hasan Basri al-MardawyÓ


            Dayah, menurut catatan pakar pendidikan, merupakan lembaga pendidikan paling awal di Nusantara. Peran dan fungsi dayah dalam pembelajaran sosial telah menunjukkan prestasi yang patut dibanggakan pada masa lalu. Tidak sedikit ulama lahir sebagai hasil pembelajaran dayah yang berlangsung secara berkesinambungan sampai kini. Dalam konteks Aceh, dayah tidak saja sebagai pusat pendidikan Islam tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan sosial yang amat penting. Sebagai pusat pendidikan, dayah merupakan pusat transformasi dan transmisi ilmu dari generasi ke generasi. Sebagai pusat dakwah, dayah telah menjadi pusat penyiaran agama kepada publik, sehingga kehadiran dayah benar-benar menyatu dengan kehidupan masyarakat. Dalam perkembangannya, dayah juga telah menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat, meskipun belum maksimal.
            Dalam kehidupan modern sekalipun dayah belum kehilangan peran dan fungsinya sebagai wadah atau kajian ilmu meskipun banyak lembaga pendidikan modern bermunculan. Dayah sebagai pusat pendidikan tradisional di Aceh masih tetap bertahan tanpa harus menanggalkan karakteristiknya yang unik. Keunikan pendidikan dayah, yang tetap ada sampai saat ini, dapat dilihat pada sistem pendidikannya yang konsisten. Fokus kajiannya adalah teks “Kitab Kuning”, yang berbahasa Arab gundul (tanpa syakal). Metode pembelajarannya pun unik, yaitu santri menyimak syarahan guru yang berpedoman pada kitab tertentu; dan terus berlanjut dari satu kitab ke kitab yang lain. Sistem pendidikan dayah tradisional hampir tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan sistem pendidikan sekolah atau dayah terpadu, yang cenderung mengadopsi metode dan perangkat modern. Berdasarkan kenyataan ini, mungkinkah sistem pendidikan dayah mampu bertahan di era modern, tanpa mengadaptasi dengan perkembangan dan kemajuan zaman? Pertanyaan ini akan dicoba jawab dalam tulisan ini dengan mengemukakan strategi pengembangan, prospek, dan tantangannya.

Dayah: Antara Tradisi dan Modernisasi
            Ada dua tradisi dayah yang sudah mengakar dalam sistem pembelajarannya: pertama, pola pendekatan yang mengembangkan metode pembelajaran yang lentur dan luwes dalam melakukan transformasi nilai-nilai keagamaan. Terbukti dalam sejarah, dayah mampu menjadi lembaga pemersatu dan bersama masyarakat terus bertransformasi. Kedua,  tradisi keilmuan yang integral, yaitu mempelajari suatu ilmu yang saling terkait dengan ilmui-ilmu lain. Tradisi ini dapat dikembangkan terus sehingga tidak ada lagi dikhotomi ilmu dalam tradisi keilmuan Islam. Dengan demikian, dayah akan menjadi pelopor Islamisasi ilmu sehingga tidak ditemukan lagi perbedaan atau garis pemisah antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Dan ketiga, arah pendidikan dayah adalah tafaqquh fiddin sehingga melahirkan ulama-ulama yang handal dalam berbagai disiplin ilmu. Semangat keilmuan dayah dilandasi semangat keikhlasan, kesederhanaan, dan kemandirian.
            Di era modern, dayah dapat mengdopsi inovasi teknologi untuk menopang kualitas pembelajaran. Perangkat teknologi informasi merupakan sarana paling penting dalam pengembangan sistem pendidikan dayah zaman kini dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral Qur’ani. Memang, tak dapat dipungkiri bahwa setiap inovasi teknologi pasti melahirkan dampak ganda, antara manfaat dan mudharat. Di sinilah dayah berperan untuk membuat filter atau tangkal agar inovasi teknologi dapat memberikan nilai positif dan konstruktif bagi kehidupan santri dan lingkungan sekitar. Bagaimanapun, pemanfaatan teknologi pada zaman ini merupakan suatu keniscayaan di mana setiap orang pasti tidak dapat memisahkan diri darinya. Sebab itu, sebagai subsistem dunia global, dayah sekurang-kurangnya dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi tersebut tanpa harus mereduksi nilai-nilai yang dianut selama ini. Untuk itu, diperlukan kepekaan dan ketajaman analisis dalam mengantsipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sebelum inovasi teknologi diaplikasikan.    

Strategi Pemanfaatan ICT
            Istilah Information and Communication Technology (ICT) suatu istilah yang biasa digunakan dalam jaringan global saat ini. Dalam kehidupan keseharian, setiap orang selalu menggunakan ICT sebagai media komunikasi dan bahkan media pembelajaran. Di berbagai lembaga pendidikan saat ini, ICT bukanlah barang asing. Dengan ICT proses pembelajaran belangsung efektif dan efisien walau dalam ruang yang sangat terbatas. Dengan ICT proses pembelajaran jarak jauh pun dapat terjadi. Strategi pembelajaran di dayah diharapkan dapat menerapkan prinsip ICT ini sehingga proses pembelajaran didasarkan pada komunikasi tiga arah: pertama, komunikasi antara guru dengan santri; kedua, komunikasi antara santri dengan sumber belajar; dan ketiga, komunikasi di antara para santri.
            . Para pakar pendidikan menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dari pembelajaran sangat ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut. Kemudian, ditegaskan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara ketiga bentuk komunikasi tersebut sangat penting dalam lingkungan pembelajaran berbasis web. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa internet dapat dipergunakan sebagai media pembelajaran.  Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local and wide area network) dan komputer pribadi (stand alone) yang memungkinkan setiap komputer yang terhubungan kepadanya dapat melakukan komunikasi satu sama lain. Melalui internet memungkinkan dikembangkan e-learning di berbagai lembaga pendidikan yang mempunyai perangkat atau jaringan komputer yang memadai.
            E-learning merupakan suatu teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia. E-learning terdiri dari dua suku kata: “e” merupakan singkatan dari “electronic” dan “learning” yang berarti “pembelajaran”. Jadi, e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, e-learning sering disebut dengan “online course”.
            Selanjutnya, fasilitas aplikasi internet sudah semakin meluas, sedikitnya terdapat lima aplikasi standar untuk keperluan pembelajaran: 1) e-mail, disebut juga surat elektronik yang merupakan fasilitas yang paling sederhana dan digunakan secara luas oleh pengguna (user) internet; 2) mailing list, merupakan perluasan dari penggunaan e-mail di mana pengguna yang telah memiliki alamat e-mail dapat bergabung membentuk kelompok diskusi, memecahkan masalah bersama, dan saling berbagi informasi; 3) file transfer protocol, fasilitas ini memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mencari dan mengambil arsip file (download) baik berupa artikel, jurnal ilmiah, review buku, maupun hasil penelitian; 4)  news group, digunakan untuk melakukan komunikasi antara dua orang atau lebih secara serentak dalam waktu yang sama (real time) dan komunikasinya bersifat sinkron. Bentuk komunikasinya dapat berupa teks (visual), suara (audio), dan gabungan keduanya, teks dan suara (audio-visual). Fasilitas ini biasanya disebut chating; 5) world wide web (www), merupakan koleksi besar dengan berbagai macam dokumentasi yang tersimpan dalam berbagai server di seluruh dunia, yang dikembangkan dengan Hypertext Mark-Up Language (HTML), yang memungkinkan terjadinya koneksi (link) antar dokumen. World wide web bersifat multimedia karena merupakan kombinasi dari teks, foto, grafika, audio, animasi, dan video.
            Berdasarkan penelitian dan pengalaman sebagaimana yang telah dilakukan di banyak negara maju, pendayagunaan internet untuk pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu: 1) web course; 2) web centric course; 3) web enhanced course.
            Web course ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru terpisah, namun komunikasi antara siswa dan guru dapat dilakukan setiap saat. Bentuk web course tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk pembelajaran maupun ujian, karena semua proses pembelajaran sepenuhnya dilakukan melalui internet, seperti e-mail, chating room, bulletin board, dan online conference.
            Web centric course adalah di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet. Seperti halnya web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka dapat bertatap muka baik di sekolah maupun di tempat lain yang telah ditentukan.
Web enhanced course yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.

Prospek dan Tantangan Dayah
Revolusi teknologi, informasi, dan transportasi menyebabkan individu dan masyarakat seakan hidup dalam singel village tanpa batas teritorial dan kultural. Perubahan yang terjadi begitu cepat melalui proses globalisasi yang berakibat lahirnya global culture, juga dalam waktu bersamaan muncul rasa keterasingan dan kegelisahan dalam menghadapi dinamikan perubahan yang terjadi. Pada satu sisi dayah semakin menemukan momentum untuk mengembangkan diri lebih jauh; dan pada sisi lain daya menghadapi tantangan globalisasi dalam mengendalikan moral umat. Sementara, problema internal pendidikan dayah juga menghadapi kendala dalam rangka transformasi dan transmisi ilmu di tengah-tengah masyarakat yang terus berubah. Hal ini, antara lain, dapat ditandai pada perubahan gaya hidup dalam segala aspeknya. Tambahan lagi, kurikulum pendidikan dayah yang sampai saat ini belum mengalami pembaruan yang berarti dalam rangka menghadapi tuntutan zaman.
Secara prospektif, dayah merupakan wadah perlindungan dan pelestarian nilai-nilai agama dan moral umat yang kian berubah. Pada gilirannya, dayah akan menjadi “spiritual healer” bagi masyarakat modern yang terimbas globalisasi. Kegersangan jiwa, kegalauan spiritual, kegelisahan, stress yang berkepanjangan, frustrasi, dan dipresi merupakan efek negatif yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi dan globalisasi. Dalam aspek keagamaan, lahir berbagai macam paham dan aliran yang menjurus kepada desakralisasi, dehumanisasi, dan dekadensi moral. Sebagai contoh kasus yang marak diperbincangkan belakangan ini adalah kasus Al-Qiyadah Al-Islamiyyah. 

Fakta: sejak tahun 1980-an sampai 2006 terdapat 250 aliran sesat di Indonesia (berdasarkan analisis Aliansi Umat Islam (ALUMNI).
Nama Aliran: Al-Qiyadah Al-Islamiyyah
Pendiri: Ahmad Moshaddeq alias H. Salam

Tempat/Tanggal: Kampung Gunung Sari, Gunung Bunder, Kecamatan Cibungbulan Bogor pada tanggal 23 Juli 2006 setelah Ahmad Moshaddeq bertapa selama 40 hari 40 malam.
Sasaran: Kalangan masyarakat menengah ke bawah yang berlum mengerti Islam, namun punya semangat yang tinggi belajar Islam.

Jumlah Pengikut: 41.000 orang tersebar di sembilan kota di Indonesia. Kebanyakan kalangan pelajar dan mahasiswa.

Pokok Ajaran:

  1. Nabi Muhammad SAW bukanlah nabi dan rasul terakhir, masih ada nabi dan rasul setelah beliau.
  2. Ahmad Moshaddeq mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul yang diutus oleh Allah setelah Nabi Muhammad SAW.
  3. Dalam kitab Ruhul Qudus setebal 192 halaman dinyatakan bahwa Michael Muhdis menerima wahyu di Gunung Ijo Bogor, dan dia diangkat menjadi nabi dengan nama Al-Masih al-Mau’ud.
  4. Syahadat aliran ini adalah: Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna al-Masih al-Mau’ud Rasulullah.
  5. Aliran ini tidak mewajibkan shalat, puasa, dan haji karena pada zaman ini masih tahap awal perkembangan Islam, menanti terbentuknya Khilafah Islamiyah.

Kiat Menangkal:
  1. Meningakatkan ilmu agama dan wawasan Islam.
  2. Mantapkan aqidah tauhid sejak usia dini.
  3. Hindari halaqah pengajian tertutup.
  4. Kenali guru, ustadz, atau kiyai yang mangajar.
  5. Tanyakan setiap ajaran yang diragukan kebenarannya.
  6.  Ajak berdiskusi dengan mengemukakan dalil-dalilnya.
  7. Standar kebenaran adalah Al-Qur’an dan Hadits Shahih.
  8. Selektif dalam mengikuti pengajian agama.
  9. Jangan cepat terpengaruh oleh aliran baru.
  10. Sampaikan kepada orang lain apa dipelajari dalam pengajian.

Penutup

            Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi komunikasi telah memberikan kontribusi penting dalam pengembangan teknologi pendidikan. Dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangannya teknologi pendidikan  tidak bisa dipisahkan dari teknologi komunikasi. Baik secara teoretis maupun praktis, teknologi komunikasi telah memberi pengaruh yang amat besar terhadap pengembangan proses pembelajaran; dan sekaligus memainkan peranan penting dalam berbagai kiprah teknologi pendidikan. Dan teknologi pendidikan telah menerapkan prinsip-prinsip komunikasi dalam penyelenggaraan pembelajaran.
            Teori-teori ilmu komunikasi telah diterapkan dalam teknologi pendidikan sebagai wujud nyata bahwa teori-teori tersebut merupakan landasannya. Dengan demikian, teknologi pendidikan tidak akan berjalan efektif tanpa ditopang oleh teknologi komunikasi. Karena itu pula, teknologi pendidikan mencakup pengertian belajar melalui media massa. Pengaruh media terhadap sistem pembelajaran telah menciptakan suasana belajar dan pembelajaran menjadi lebih menarik, efisien, dan efektif. Dengan pemanfaatan media pembelajaran secara efektif melahirkan lembaga-lembaga pendidikan yang inovatif dan membuka kesempatan belajar seluas-seluasnya tanpa dibatasi oleh ruang kelas atau sekolah. Bahkan dengan kemajuan teknologi komunikasi telah lahir learning network (jaringan belajar), pendidikan jarak jauh, Universitas Terbuka, dan SMP Terbuka. Pada gilirannya, di setiap universitas atau institut, tanpa kecuali dayah akan lahir virtual library (perpustakaan maya) yang memungkinkan diakses oleh publik dari seantero dunia.
Tanpa dapat dielakkan bahwa modernisasi dan globalisasi akan melahirkan demokratisasi, sekularisasi, dan westernisasi, yang menjadi ancaman bagi dunia Islam secara umum dan dayah pada khususnya. Merupakan tugas kita semua untuk membendung arus perubahan yang mengacu kepada dampak negatif dan destruktif. Dengan pendekatan religius, dayah dapat berperan sebagai pengawal moral umat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islami yang bersumberkan al-Qur’an dan sunnah. Untuk itu diperlukan wawasan keilmuan, kepekaan terhadap informasi, kemampuan berkomunikasi, dan responsif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. ■



Ó Penulis adalah Dosen IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, alumnus Universitas Leiden, Belanda, dan peserta Program S3 di UIN Jakarta.