PENCETUS PAN-ISLAMISME
Tuesday, 04 November 2008
Bersama muridnya, Syeikh Muhammad Abduh, ia pernah mengingatkan: "Kaum Muslimin mundur dalam segala hal lantaran meninggalkan kitab sucinya (al-Quran) dan bangsa Eropa maju lantaran meninggalkan kitab suci mereka (Bibel)."
SAYID Jamaluddin al-Afghani merupakan seorang pemikir besar Islam yang terkenal dengan ide "Pan-Islamisme"-nya. Syeikh Mohammad Iqbal dalam bukunya The Mission of Islam mengatakan, al-Afghani adalah seorang pembangkit, pemikir, dan demokrat dunia Islam modern terbesar. Ia berasal dari suatu keluarga Sayid --keturunan Nabi SAW-- yang terkenal asal-usulnya berasal dari tradisionis termasyhur, Ali al-Tirmizi.
Seluruh hidup al-Afghani diabdikan demi kejayaan dan kebangkitan dunia Islam. Ia bertualang ke berbagai negeri Islam untuk mengobarkan semangat Islam dan menyebarkan ide-ide pembaharuannya. Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Hasan al-Banna adalah sebagian dari generasi penerus yang melanjutkan perjuangannya.
Encyclopedia of Islam mencatat, tujuan akhirnya adalah untuk mempersatukan negara-negara Islam...yang mampu menghalau campur-tangan Eropa dan mewujudkan kembali kejayaan Islam. Gagasan Pan-Islam merupakan keinginan besar hidupnya.
L. Stoddard dalam The New World of Islam mengemukakan, gelar "Sayid" menunjukkan al-Afghani adalah keturunan Nabi --melalui silsilah keturunan Ali bin Abu Thalib. Al-Afghani, kata Stoddard, adalah tokoh Islam pertama yang menyadari sepenuhnya akan bahaya dominasi Barat di dunia Islam. Ia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan mengusahakan cara-cara yang teliti untuk pertahanan. Ia adalah pengembara besar yang terkenal di dunia Islam maupun di Eropa Barat; ke mana pun pergi, ia banyak menarik perhatian orang. "Kepribadiannya yang kuat," kata Stoddard lagi, "selalu menggerakkan pergolakan pemikiran."
Al-Afghani dikenal juga sebagai reformis pertama --pasca kemunduran dunia Islam-- yang bicara tentang "tugas kemasyarakatan Nabi SAW." Ia menyadari kemunduran spiritual dan materian dunia Islam. Perjuangannya bertujuan membangun sistem politik berdasarkan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) yang telah berantakan di tangan penjajah Barat. Lebih dari itu, ia adalah perintis reformis terakhir yang memberikan inspirasi gerakan Pan-Islamisme (persatuan umat Islam sedunia).
Sepanjang pengembaraannya, seperti ke India dan Mesir yang tengah dijajah oleh Inggris, al-Afghani terus membangkitkan semangat umat Islam untuk menentang imperialisme Barat, juga mengajak kembali pada Islam yang murni. Dalam bidang keilmuan, ia mendorong umat Islam untuk mempelajari sains dan teknologi Barat tanpa (harus) ter-Baratkan. Bersama muridnya, Syeikh Muhammad Abduh, ia pernah mengingatkan: "Kaum Muslimin mundur dalam segala hal lantaran meninggalkan kitab sucinya (al-Quran) dan bangsa Eropa maju lantaran meninggalkan kitab suci mereka (Bibel)."
AL-AFGHANI dilahirkan di Afghanistan (ada juga yang mengatakan di Iran) dalam tahun 1839 M. Selama 17 tahun pertamanya, ia tinggal bersama ayahnya, Sayid Safdar --tokoh masyarakat terkenal di Afghanistan. Pendidikan dasarnya berupa ilmu al-Quran, bahasa Arab, dan sejarah didapatkan dari ayahnya sendiri. Ayahnya kemudian mendatangkan guru untuk mendidik al-Afghani dalam ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fiqh yang dilengkapi ilmu tasawuf dan ke-Tuhanan.
Setelah ayahnya meninggal tahun 1856, al-Afghani pergi ke India untuk mendapatkan pendidikan modern (Barat). Di sana pula ia menyaksikan bagaimaia penjajah Inggris memperlakukan umat Islam India dengan bengis dan kejam dan mengeksploitir rakyat India. Setelah mempelajari segala hal di India, ia bertolak ke tanah suci Makkah untuk naik haji. Lalu mengunjungi sejumlah negara Asia Barat dan kembali ke Afghanistan.
Sebagai anak muda yang sarat ilmu dan pengalaman, ia diangkat menjadi penasihat penguasa Afghanistan, Amir Dost Muhammad Khan. Selain itu, ia juga diangkat menjadi pengajar Pangeran Mohammad Azam. Dan, pada masa pemerintahan Amir Syir Ali (pengganti Muhammad Khan), ia diangkat sebagai menteri.
Selama pengabdiannya dalam pemerintahan negerinya itu, al-Afghani mereorganisasi militer agar berdisiplin tinggi, membuka sekolah-sekolah baru dengan metode pengajaran modern, menekankan peranan pers atau media massa dan meresmikan surat kabar pertama Shams al-Nahar. Leway al-Nahar itulah ia mengemukakan ide-ide pembaharuannya dan mengobarkan semangat Islam, khususnya untuk melawan makar penjajah Barat. Nama al-Afghani pun semakin populer berkat tulisan-tulisannya.
Al-Afghani juga melontar gagasannya pada Amir tentang pentingnya Dewan Penasihat beranggotakan para cendekiawan. Prakarsa untuk membuka misi-misi diplomatik di negara-negara lain pun dilakukannya.
Pada masa pemerintahan Azam Khan, yang menggulingkan Syir Ali, al-Afghani diangkat menjadi Perdana Menteri. Dan, ketika Syir Ali kembali berkuasa, al-Afghani merasa dibatasi geraknya. Karenanya, ia meninggalkan Afghanistan menuju India. Diusir oleh penjajah Inggris, ia lalu pergi ke Mesir dan berkenal an dengan para cendekiawan dan mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar