CARA ALAMI MENGUSIR NYAMUK
Kadang menyebalkan kalau kita sedang konsentrasi kerja di depan komputer, tiba-tiba nyamuk mengganggu kita. Cara yang umum orang pakai biasanya menggunakan obat nyamuk baik itu obat nyamuk bakar, elektrik ataupun lotion. Nah, jika anda kurang menyukai cara-cara tersebut anda bisa mencoba menggunakan software Antimosquito.
Antimosquito adalah sebuah software portabel yang bisa digunakan untuk mengusir nyamuk. bagaimana sistem kerjanya. Ketika software ini dijalankan ia akan menghasilkan frekuensi 16000Hz-20000Hz. frekuensi ini dapat dideteksi oleh nyamuk dan beberapa hewan. Mereka merasa terganggu dengan frekuensi ini dan mereka biasanya menjauhi sumber frekuensi ini. Manusia tidak akan terganggu karena tidak mampu mendengar frekuensi ini.
VIVAnews - Musim kering identik dengan berkembang biaknya populasi nyamuk. Bahan produk anti-nyamuk yang kita kenal berbentuk krim atau spray banyak mengandung bahan kimia yang dampaknya terhadap kulit dan kesehatan masih dipertanyakan.
Sebagian besar kita pernah mendengar ada beberapa bahan alami seperti serai yang mencegah nyamuk. Kenyataannya, alam masih menyediakan pencegah alami lainnya untuk menjauhkan Anda dari gigitan nyamuk. Anti-nyamuk alami, seperti dikutip dari Shine di antaranya:
1.Mengganti secara rutin wadah air yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak seperti tempat minum hewan peliharaan, vas bunga, dan kolam renang beberapa kali dalam seminggu.
2.Ada tanaman tertentu yang memiliki aroma yang tak disukai nyamuk. Tanaman ini termasuk bunga kumis kucing, rosemary, serai, lavender, kayu manis, dan peppermint. Tanam di halaman depan dan kebun belakang rumah Anda untuk mencegah nyamuk.
3.Nyamuk tak menyukai aroma bawang putih. Iris satu siung bawang putih dan oleskan pada kulit atau bekas gigitan nyamuk. Bisa juga membuat cairan anti nyamuk alami dengan menghancurkan satu bagian bawang putih dengan lima bagian air. Simpan dalam spray kecil yang bisa Anda gunakan sebagai spray anti-nyamuk. Jika tak tahan akan bau yang melekat pada tubuh, basahi kain dengan larutan di dekat Anda saat sedang berada di luar rumah.
4.Membakar sejumput rosemary seperti dupa atau panggangan untuk menghalau nyamuk
5.Minyak esensial tertentu, seperti minyak kayu putih, minyak kayu manis dan minyak kastor adalah pencegah nyamuk yang efektif. Campurkan 10-25 tetes salah satu minyak tersebut dengan 2 sdm minyak zaitun atau minyak goreng dan oleskan pada kulit.
6.Nyamuk paling aktif saat matahari terbit dan matahari terbenam. Jadi, hindari kegiatan di luar rumah 30 menit sebelum dan setelah fajar dan senja.
7.Nyamuk tertarik terhadap sesuatu yang berwarna gelap. Sebaiknya gunakan pakaian berwarna putih atau berwarna cerah saat beraktivitas di luar rumah.
8.Parfum dan sabun beraroma bunga juga tak disukai nyamuk. Sebaiknya perhatikan aroma deodoran dan produk rambut yang Anda gunakan.
9.Kipas angin menyulitkan nyamuk untuk terbang. Berada di posisi dekat kipas angin membuat nyamuk sulit menjangkau Anda.
10.Campuran peterseli dengan cuka sari apel yang dihancurkan juga efektif mencegah nyamuk. Menggosok tubuh dengan sapu tangan yang dibasahi campuran tersebut di bagian tubuh yang terbuka bisa melindungi Anda dari gigitan nyamuk.
11.Kelelawar dikenal sebagai predator alami nyamuk. Meski terdengar ekstrem, bila halaman belakang yang cukup luas, Anda bisa mempertimbangkan memelihara beberapa ekor kelelawar yang mampu memakan ribuan ekor nyamuk tiap malam. HB
• VIVAnews
Pencerahan intelektual ini dimaksudkan untuk membuka wawasan keilmuan para pencinta ilmu di mana saja mereka berada. Sebagaimana dimaklumi, ilmu merupakan cahaya Ilahi yang menerangi relung hati dan jiwa yang kemudian dipancarkan melalui kreasi manusia sehingga melahirkan karya yang berguna bagi kemanfaatan orang banyak. Dengan adanya kreasi ini akan bertambah banyak manusia yang pandai dan dapat menggunakan aneka temuan untuk mempermudah urusan kehidupan.
Kamis, 23 Desember 2010
NYAMUK: MAKNA DAN JENISNYA
NYAMUK: MAKNA DAN JENISNYA
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Nyamuk
Klasifikasi ilmiah
Alam:
Hewan
Filum:
Arthropoda
Kelas: Serangga (Insecta)
Ordo:
Diptera
Famili:
Culicidae
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Reproduksi
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies - dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali.
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.
Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada 20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomia hidup dalam keadaan luar biasa. Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai.
Wabah Penyakit
Kebanyakan kelompok nyamuk modern tidak lagi bergantung kepada racun serangga berbahaya tetapi menjurus kepada organisme khusus yang memakan nyamuk, atau menjangkiti mereka dengan penyakit yang membunuh mereka. Hal-hal seperti itu bisa terjadi walaupun di Kawasan Perlindungan, seperti "Forsyth refuge" dan Seaview Marriott Golf Resort, di mana sekawanan nyamuk utama dilaksanakan dan dipantau menggunakan "killifish" dan belut muda. Kesannya di dokumen dengan menggunakan mikroskop maju bawah air seperti ecoSCOPE. Bagaimanapun, wabah penyakit bawaan nyamuk masih menyebabkan penyemburan dengan bahan kimia yang kurang beracun dibandingkan yang digunakan pada masa lalu.
Capung, juga dikenal sebagai elang nyamuk merupakan agen pengawal yang berkesan. Larva capung (naiads) memakan jentik-jentik dalam penampungan air sementara capung dewasa pula memburu dan memakan nyamuk dewasa, terutama nyamuk harimau asia yang terbang pada waktu siang. Penyemburan nyamuk bisa memperburuk keadaan dan meningkatkan populasi nyamuk dalam tempo jangka masa panjang sekiranya penyemburan itu melenyapkan capung dan pemangsa almi yang lain.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria, penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
Berat nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5 hingga 2,5 km/jam.
Pengusir nyamuk biasanya mempunyai kandungan aktif berikut: DEET, sulingan minyak Catnip - Nepetalactone, Citronella atau sulingan minyak eucalyptus.
Penyebab Gatal
Nyamuk selalu dapat menemukan sasarannya dengan tepat karena mereka melihat dengan gerakan, panas tubuh, dan bau tubuh. Sewaktu nyamuk hinggap di tubuh dia menempelkan mulutnya yang mirip sedotan disebut juga probiosis. Lalu terdapat pisau yang merobek kulit kamu maju mundur, hingga menemukan urat darah, setelah itu baru darah yang ada di hisap. Dalam prosesnya nyamuk juga mengeluarkan air liur yang mengandung antikoagulan untuk mencegah darah yang dia hisap membeku. Proses ini berlangsung cepat dan seolah-olah proses yang terjadi adalah nyamuk menusuk tubuh padahal tidak begitu, nyamuk membedah kita seperti layaknya dokter bedah yang cepat dan akurat. Setalah nyamuk kenyang dia akan mencabut probiosis dan terbang. Air liur yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda asing yang mengganggu, terjadilah proses yang dikenal dengan alergi, dan yang terjadi adalah bentol-bentol dan gatal.
Bibliografi
• Gillett, J. D. 1972. The Mosquito: Its Life, Activities and Impact on Human Affairs. Doubleday, Garden City, NY, 358 p. ISBN 0-385-01179-2
• Spielman, A., and M. D'Antonio. 2001. Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. Hyperion Press, New York, 256 p. ISBN 0-7868-6781-7
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Nyamuk
Klasifikasi ilmiah
Alam:
Hewan
Filum:
Arthropoda
Kelas: Serangga (Insecta)
Ordo:
Diptera
Famili:
Culicidae
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antarspesies berbeda-beda tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.
Reproduksi
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup: telur, larva, pupa, dan dewasa. Tempo tiga peringkat pertama bergantung kepada spesies - dan suhu. Hanya nyamuk betina saja yang menyedot darah mangsanya. dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan makan. Sebab, pada kenyataanya, baik jantan maupun betina makan cairan nektar bunga. sebab nyamuk betina memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk memberi nutrisi pada telurnya. telur-telur nyamuk membutuhkan protein yang terdapat dalam darah untuk berkembang.
Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembab atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembaban. setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya. telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling menggabung membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur.
Selesai itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Selesai setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua hampir dalam waktu yang sama. sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan, larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali.
Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernafasan
Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling membahayakan.
Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinyalah menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipispun dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.
Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada 20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain. Sebagian larva nyamuk seperti Wyeomia hidup dalam keadaan luar biasa. Jentik-jentik spesies ini hidup dalam air tergenang dalam tumbuhan epifit atau di dalam air tergenang dalam pohon periuk kera. Jentik-jentik spesies genus Deinocerites hidup di dalam sarang ketam sepanjang pesisir pantai.
Wabah Penyakit
Kebanyakan kelompok nyamuk modern tidak lagi bergantung kepada racun serangga berbahaya tetapi menjurus kepada organisme khusus yang memakan nyamuk, atau menjangkiti mereka dengan penyakit yang membunuh mereka. Hal-hal seperti itu bisa terjadi walaupun di Kawasan Perlindungan, seperti "Forsyth refuge" dan Seaview Marriott Golf Resort, di mana sekawanan nyamuk utama dilaksanakan dan dipantau menggunakan "killifish" dan belut muda. Kesannya di dokumen dengan menggunakan mikroskop maju bawah air seperti ecoSCOPE. Bagaimanapun, wabah penyakit bawaan nyamuk masih menyebabkan penyemburan dengan bahan kimia yang kurang beracun dibandingkan yang digunakan pada masa lalu.
Capung, juga dikenal sebagai elang nyamuk merupakan agen pengawal yang berkesan. Larva capung (naiads) memakan jentik-jentik dalam penampungan air sementara capung dewasa pula memburu dan memakan nyamuk dewasa, terutama nyamuk harimau asia yang terbang pada waktu siang. Penyemburan nyamuk bisa memperburuk keadaan dan meningkatkan populasi nyamuk dalam tempo jangka masa panjang sekiranya penyemburan itu melenyapkan capung dan pemangsa almi yang lain.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria, penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
Berat nyamuk hanya 2 hingga 2,5 mg. Nyamuk mampu terbang antara 1,5 hingga 2,5 km/jam.
Pengusir nyamuk biasanya mempunyai kandungan aktif berikut: DEET, sulingan minyak Catnip - Nepetalactone, Citronella atau sulingan minyak eucalyptus.
Penyebab Gatal
Nyamuk selalu dapat menemukan sasarannya dengan tepat karena mereka melihat dengan gerakan, panas tubuh, dan bau tubuh. Sewaktu nyamuk hinggap di tubuh dia menempelkan mulutnya yang mirip sedotan disebut juga probiosis. Lalu terdapat pisau yang merobek kulit kamu maju mundur, hingga menemukan urat darah, setelah itu baru darah yang ada di hisap. Dalam prosesnya nyamuk juga mengeluarkan air liur yang mengandung antikoagulan untuk mencegah darah yang dia hisap membeku. Proses ini berlangsung cepat dan seolah-olah proses yang terjadi adalah nyamuk menusuk tubuh padahal tidak begitu, nyamuk membedah kita seperti layaknya dokter bedah yang cepat dan akurat. Setalah nyamuk kenyang dia akan mencabut probiosis dan terbang. Air liur yang tertinggal di kulit kita akan merangsang tubuh layaknya ada benda asing yang mengganggu, terjadilah proses yang dikenal dengan alergi, dan yang terjadi adalah bentol-bentol dan gatal.
Bibliografi
• Gillett, J. D. 1972. The Mosquito: Its Life, Activities and Impact on Human Affairs. Doubleday, Garden City, NY, 358 p. ISBN 0-385-01179-2
• Spielman, A., and M. D'Antonio. 2001. Mosquito: A Natural History of Our Most Persistent and Deadly Foe. Hyperion Press, New York, 256 p. ISBN 0-7868-6781-7
NYAMUK.Rahasia Ilahi
EMPAT BINATANG YANG DISEBUTKAN
DALAM AL QURAN
1. Nyamuk
Sebagaimana yang telah disebutkan, dalam banyak ayat Al Quran Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam dan melihat "tanda-tanda" di dalamnya. Semua makhluk hidup dan tak hidup di alam semesta diliputi oleh tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka semua "diciptakan", bahwa mereka menunjukkan kekuasaan, ilmu, dan seni dari "Pencipta" mereka. Manusia bertanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda ini dengan menggunakan akal budinya, untuk memuliakan Allah.
Walau semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk Allah secara khusus dalam Al Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Di surat Al Baqarah ayat 26, nyamuk disebutkan:
"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik."(Al Bagarah, ayat 26)
Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang biasa dan tidak penting. Namun, ternyata nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah. Inilah sebabnya "Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu".
Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan menggunakan antenanya-organ pendengar-untuk menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan. Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.
Perjalanan Luar Biasa Sang Nyamuk
Pada umumnya, nyamuk dikenal sebagai pengisap dan pemakan darah. Hal ini ternyata tidak terlalu tepat, karena yang mengisap darah hanya nyamuk betina. Selain itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina mengisap darah hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara kelangsungan spesiesnya.
Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang paling mengesankan dan mengagumkan. Berikut ini adalah kisah singkat tentang transformasi makhluk hidup dari seekor larva renik melalui beberapa tahap menjadi seekor nyamuk:
Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur.
Sebelumnya, si induk memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu milimeter, tersusun dalam satu baris, secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur dalam bentuk tertentu, saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini bisa terdiri atas 300 telur.
Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi larva, agar takterlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur, warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan, sehingga mereka lebih terlindungi.
Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui berbagai proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul.
Menetasnya Telur
Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit, sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai selesai berkembang.
Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air, dengan menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil bergantung terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara yang mirip "snorkel" yang digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas. Singkatnya, makhluk hidup ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan rumit yang berhubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki pipa udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air. Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap ini. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan kata lain, ia telah diciptakan.
Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda dengan sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir, yaitu tahap kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong. Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit dipercaya bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk yang sama. Sebagaimana yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun nyamuk betina….
Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap terbang, lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan matanya yang besar.
Kepompong tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah bocornya air ke dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek ini ditutupi suatu cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari sentuhan air. Ini saat yang sangat penting. Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas air dan hanya kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia berhasil.
Bagaimana nyamuk pertama kali mendapatkan "kemampuan" bertransformasi seperti ini? Mungkinkah sebuah larva "memutuskan" untuk berubah menjadi seekor nyamuk setelah berganti kulit tiga kali? Tentu tidak! Sangatlah jelas bahwa makhluk hidup mungil ini, yang dijadikan perumpamaan oleh Allah, telah diciptakan sedemikian secara khusus.
Sistem Pernapasan
Dalam sistem pernapasannya, larva mengisap udara dengan menggunakan pipa berongga yang didorong ke atas permukaan air. Sementara itu, larva menggantung terjungkir di bawah air. Suatu cairan kental mencegah masuknya air ke lubang yang digunakan larva untuk bernapas.
Gnats during their pupal stages = Nyamuk dalam tahap kepompong
Ketika nyamuk keluar dari air, kepalanya tidak boleh menyentuh air sama sekali. Jika tidak bernapas satu saat saja, napasnya akan terputus. Angin sepoi atau riak kecil pada permukaan air pun dapat berakibat fatal bagi nyamuk.
Bagaimana Nyamuk Mengindra Dunia Luar?
Nyamuk dilengkapi dengan penerima panas yang sangat peka. Mereka mengindra segala sesuatu di sekitar mereka dalam berbagai warna menurut panasnya, sebagaimana terlihat pada gambar di sebelah kanan. Karena pengindraannya tidak bergantung pada cahaya, nyamuk sangat mudah menentukan letak pembuluh darah dalam ruangan yang gelap sekalipun. Penerima panas pada nyamuk cukup peka untuk mendeteksi perbedaan suhu hingga sekecil 1/1000 C.
Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan
Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang mengatur kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.
Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan bibir pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus khusus yang membuka selama proses pengisapan darah.
Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara menghunjamkan belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang atas yang setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti gergaji dan mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan melalui irisan pada kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir. Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah.
Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan menyebabkan tubuh manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan menghentikan kebocoran. Enzim ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh manusia juga akan segera bereaksi membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak akan bisa mengisap darah lagi.
Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah ini.
Ini tentulah sebuah proses yang luar biasa dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana nyamuk tahu dalam tubuh manusia ada enzim pembeku?
2. Untuk memproduksi cairan penetral enzim tersebut, nyamuk perlu mengetahui struktur kimianya. Bagaimana ini bisa terjadi?
3. Andaipun entah bagaimana nyamuk mendapatkan pengetahuan itu (!), bagaimana ia memproduksi cairan tersebut dalam tubuhnya sendiri dan membuat "rantai teknis" yang dibutuhkan untuk mentransfer cairan tersebut ke belalainya?Jawaban semua pertanyaan ini telah jelas: tidak mungkin nyamuk bisa melakukan semua hal di atas. Ia tidak pula memiliki akal, ilmu kimia, ataupun lingkungan "laboratorium" yang diperlukan untuk memproduksi cairan tersebut. Yang kita bicarakan adalah seekor nyamuk yang hanya beberapa milimeter panjangnya, tanpa akal ataupun kecerdasan, itu saja!
Jelaslah bahwa Allah, Tuhan dari langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, telah menciptakan nyamuk dan manusia, dan memberikan kemampuan-kemampuan luar biasa dan menakjubkan tersebut kepada nyamuk.
"Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari langit dan bumi adalah miliknya. Ia memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu." (QS. Al Hadid: 1-2)
DALAM AL QURAN
1. Nyamuk
Sebagaimana yang telah disebutkan, dalam banyak ayat Al Quran Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam dan melihat "tanda-tanda" di dalamnya. Semua makhluk hidup dan tak hidup di alam semesta diliputi oleh tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka semua "diciptakan", bahwa mereka menunjukkan kekuasaan, ilmu, dan seni dari "Pencipta" mereka. Manusia bertanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda ini dengan menggunakan akal budinya, untuk memuliakan Allah.
Walau semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk Allah secara khusus dalam Al Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Di surat Al Baqarah ayat 26, nyamuk disebutkan:
"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik."(Al Bagarah, ayat 26)
Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang biasa dan tidak penting. Namun, ternyata nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah. Inilah sebabnya "Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu".
Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin akan menggunakan antenanya-organ pendengar-untuk menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan yang berhasil mencengkeram nyamuk betina akan melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan. Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.
Perjalanan Luar Biasa Sang Nyamuk
Pada umumnya, nyamuk dikenal sebagai pengisap dan pemakan darah. Hal ini ternyata tidak terlalu tepat, karena yang mengisap darah hanya nyamuk betina. Selain itu, nyamuk betina tidak membutuhkan darah untuk makan. Baik nyamuk jantan maupun betina hidup dari nektar bunga. Nyamuk betina mengisap darah hanya karena ia membutuhkan protein dalam darah untuk membantu telurnya berkembang. Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah hanya untuk memelihara kelangsungan spesiesnya.
Proses perkembangan nyamuk merupakan salah satu aspek yang paling mengesankan dan mengagumkan. Berikut ini adalah kisah singkat tentang transformasi makhluk hidup dari seekor larva renik melalui beberapa tahap menjadi seekor nyamuk:
Telur nyamuk, yang berkembang dengan diberi makan darah, ditelurkan nyamuk betina di atas daun lembap atau kolam kering selama musim panas atau musim gugur.
Sebelumnya, si induk memeriksa permukaan tanah secara menyeluruh dengan reseptor halus di bawah perutnya. Setelah menemukan tempat yang cocok, ia mulai bertelur. Telur-telur tersebut panjangnya kurang dari satu milimeter, tersusun dalam satu baris, secara berkelompok atau satu-satu. Beberapa spesies bertelur dalam bentuk tertentu, saling menempel sehingga menyerupai sampan. Sebagian kelompok telur ini bisa terdiri atas 300 telur.
Telur-telur berwarna putih yang disusun rapi ini segera menjadi gelap warnanya, lalu menghitam dalam beberapa jam. Warna hitam ini memberikan perlindungan bagi larva, agar takterlihat oleh burung atau serangga lain. Selain telur, warna kulit sebagian larva juga berubah sesuai dengan lingkungan, sehingga mereka lebih terlindungi.
Larva berubah warna dengan memanfaatkan faktor-faktor tertentu melalui berbagai proses kimia rumit. Jelaslah, telur, larva, ataupun induk nyamuk tersebut tidak mengetahui proses-proses di balik perubahan warna dalam tahap perkembangan nyamuk. Tidak mungkin ia bisa membuat sistem ini. dengan kemampuan sendiri. Tidak mungkin pula sistem ini terbentuk secara kebetulan. Nyamuk telah diciptakan dengan sistem ini sejak mereka pertama kali muncul.
Menetasnya Telur
Seusai masa inkubasi, larva-larva mulai keluar dari telur secara hampir bersamaan. Larva, yang terus-menerus makan, tumbuh dengan cepat. Kulit mereka segera menjadi sempit, sehingga mereka tidak bisa tumbuh lebih besar lagi. Ini berarti sudah tiba saatnya untuk pergantian kulit yang pertama. Pada tahap ini, kulit yang keras dan rapuh ini mudah pecah. Larva nyamuk berganti kulit dua kali lagi sampai selesai berkembang.
Metode makan larva pun menakjubkan. Larva membuat pusaran kecil di dalam air, dengan menggunakan dua anggota badan yang berbulu dan mirip kipas angin. Pusaran ini membuat bakteri atau mikroorganisme lainnya mengalir ke mulutnya. Sambil bergantung terjungkir di dalam air, larva bernapas melalui pipa udara yang mirip "snorkel" yang digunakan para penyelam. Tubuhnya mengeluarkan cairan kental yang mencegah masuknya air ke lubang yang digunakannya untuk bernapas. Singkatnya, makhluk hidup ini dapat bertahan hidup melalui banyak keseimbangan rumit yang berhubungan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Jika tidak memiliki pipa udara, ia tidak akan mampu bertahan hidup. Jika tidak ada cairan kental, pipa pernapasannya akan dipenuhi air. Pembentukan dua sistem ini pada dua waktu yang berbeda akan menyebabkan kematian pada tahap ini. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan sistem nyamuk tersebut itu utuh sejak awal. Dengan kata lain, ia telah diciptakan.
Larva berganti kulit sekali lagi. Pergantian yang terakhir ini agak berbeda dengan sebelumnya. Pada tahap ini, larva memasuki tahap pendewasaan terakhir, yaitu tahap kepompong. Kepompong yang mereka tempati menjadi sangat sempit. Ini berarti sudah tiba saatnya bagi larva untuk keluar dari kepompong. Makhluk yang keluar dari kepompong ini sedemikian berbeda, sehingga sulit dipercaya bahwa kedua wujud ini adalah dua fase perkembangan dari satu makhluk yang sama. Sebagaimana yang terlihat, proses perubahan ini terlalu rumit dan sulit untuk dirancang baik oleh larva ataupun nyamuk betina….
Selama tahap terakhir perkembangan ini, larva menghadapi bahaya terputusnya pernapasan, sebab lubang pernapasannya yang mencapai permukaan air melalui pipa udara akan tertutup. Sejak tahap ini, pernapasan nyamuk tidak lagi menggunakan lubang ini, tetapi melalui dua pipa yang baru saja muncul pada bagian depan tubuhnya. Oleh karena itulah, pipa-pipa ini tersembul di permukaan air sebelum pergantian kulit. Nyamuk dalam kepompong ini sekarang telah dewasa. Ia siap terbang, lengkap dengan semua organ dan organelnya, seperti antena, tubuh, kaki, dada, sayap, perut, dan matanya yang besar.
Kepompong tersebut tersobek di bagian atas. Bahaya terbesar pada tahap ini adalah bocornya air ke dalam kepompong. Akan tetapi, bagian atas kepompong yang tersobek ini ditutupi suatu cairan kental khusus, yang berfungsi melindungi kepala nyamuk dari sentuhan air. Ini saat yang sangat penting. Karena ia dapat jatuh ke air dan mati akibat tiupan angin, nyamuk harus memanjat ke atas air dan hanya kakinya yang boleh menyentuh permukaan air. Ia berhasil.
Bagaimana nyamuk pertama kali mendapatkan "kemampuan" bertransformasi seperti ini? Mungkinkah sebuah larva "memutuskan" untuk berubah menjadi seekor nyamuk setelah berganti kulit tiga kali? Tentu tidak! Sangatlah jelas bahwa makhluk hidup mungil ini, yang dijadikan perumpamaan oleh Allah, telah diciptakan sedemikian secara khusus.
Sistem Pernapasan
Dalam sistem pernapasannya, larva mengisap udara dengan menggunakan pipa berongga yang didorong ke atas permukaan air. Sementara itu, larva menggantung terjungkir di bawah air. Suatu cairan kental mencegah masuknya air ke lubang yang digunakan larva untuk bernapas.
Gnats during their pupal stages = Nyamuk dalam tahap kepompong
Ketika nyamuk keluar dari air, kepalanya tidak boleh menyentuh air sama sekali. Jika tidak bernapas satu saat saja, napasnya akan terputus. Angin sepoi atau riak kecil pada permukaan air pun dapat berakibat fatal bagi nyamuk.
Bagaimana Nyamuk Mengindra Dunia Luar?
Nyamuk dilengkapi dengan penerima panas yang sangat peka. Mereka mengindra segala sesuatu di sekitar mereka dalam berbagai warna menurut panasnya, sebagaimana terlihat pada gambar di sebelah kanan. Karena pengindraannya tidak bergantung pada cahaya, nyamuk sangat mudah menentukan letak pembuluh darah dalam ruangan yang gelap sekalipun. Penerima panas pada nyamuk cukup peka untuk mendeteksi perbedaan suhu hingga sekecil 1/1000 C.
Teknik Mengisap Darah Yang Menakjubkan
Teknik nyamuk untuk mengisap darah ini bergantung pada sistem kompleks yang mengatur kerja sama antara berbagai struktur yang sangat terperinci.
Setelah mendarat pada sasaran, mula-mula nyamuk mendeteksi sebuah titik dengan bibir pada belalainya. Sengat nyamuk yang mirip alat suntik ini dilindungi bungkus khusus yang membuka selama proses pengisapan darah.
Tidak seperti anggapan orang, nyamuk tidak menusuk kulit dengan cara menghunjamkan belalainya dengan tekanan. Di sini, tugas utama dilakukan oleh rahang atas yang setajam pisau dan rahang bawah yang memiliki gigi yang membengkok ke belakang. Nyamuk menggerakkan rahang bawah maju-mundur seperti gergaji dan mengiris kulit dengan bantuan rahang atas. Ketika sengat diselipkan melalui irisan pada kulit ini dan mencapai pembuluh darah, proses pengeboran berakhir. Sekarang waktunya nyamuk mengisap darah.
Namun, sebagaimana kita ketahui, luka seringan apa pun pada pembuluh darah akan menyebabkan tubuh manusia mengeluarkan enzim yang membekukan darah dan menghentikan kebocoran. Enzim ini tentunya menjadi masalah bagi nyamuk, sebab tubuh manusia juga akan segera bereaksi membekukan darah pada lubang yang dibuat nyamuk dan menutup luka tersebut. Artinya, nyamuk tidak akan bisa mengisap darah lagi.
Akan tetapi, masalah ini dapat diatasi. Sebelum mulai mengisap darah, ia menyuntikkan cairan khusus dari tubuhnya ke dalam irisan yang telah terbuka. Cairan ini menetralkan enzim pembeku darah. Maka, nyamuk dapat mengisap darah yang ia butuhkan tanpa terjadi pembekuan darah. Rasa gatal dan bengkak pada titik yang digigit nyamuk diakibatkan oleh cairan pencegah pembekuan darah ini.
Ini tentulah sebuah proses yang luar biasa dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Bagaimana nyamuk tahu dalam tubuh manusia ada enzim pembeku?
2. Untuk memproduksi cairan penetral enzim tersebut, nyamuk perlu mengetahui struktur kimianya. Bagaimana ini bisa terjadi?
3. Andaipun entah bagaimana nyamuk mendapatkan pengetahuan itu (!), bagaimana ia memproduksi cairan tersebut dalam tubuhnya sendiri dan membuat "rantai teknis" yang dibutuhkan untuk mentransfer cairan tersebut ke belalainya?Jawaban semua pertanyaan ini telah jelas: tidak mungkin nyamuk bisa melakukan semua hal di atas. Ia tidak pula memiliki akal, ilmu kimia, ataupun lingkungan "laboratorium" yang diperlukan untuk memproduksi cairan tersebut. Yang kita bicarakan adalah seekor nyamuk yang hanya beberapa milimeter panjangnya, tanpa akal ataupun kecerdasan, itu saja!
Jelaslah bahwa Allah, Tuhan dari langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, telah menciptakan nyamuk dan manusia, dan memberikan kemampuan-kemampuan luar biasa dan menakjubkan tersebut kepada nyamuk.
"Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahabesar, Maha Bijaksana. Kekuasaan dari langit dan bumi adalah miliknya. Ia memberikan hidup dan menjadikan mati. Ia memiliki kekuasaan atas segala sesuatu." (QS. Al Hadid: 1-2)
Rabu, 22 Desember 2010
MUHAMMADIYAH: SEJARAH BERIDIRNYA
SEJARAH BERDIRI MUHAMMADIYAH
Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha.
Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Terdapat pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.
Berdasarkan situs resmi Muhammadiyah, Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha.
Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin _khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta).
Pada masa kepemimpinan Ahmad Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.
Terdapat pula organisasi khusus wanita bernama Aisyiyah.
AHMAD SURKATI: TOKOH AL;-IRSYAD
SYAIKH AHMAD SURKATI: TOKOH AL-IRSYAD
SYAIKH AHMAD SURKATI adalah tokoh utama berdirinya Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Banyak ahli sejarah mengakui perannya yang besar dalam pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, namun sayang namanya tak banyak disebutdalam wacana sejarah pergulatan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarawan Deliar Noer menyatakan Ahmad Surkati "memainkan peran penting" sebagai mufti. ¹ Sedang sejarawan Belanda G.F. Pijper menyebut dia "seorang pembaharu Islam di Indonesia." Pijper juga menyebut Al-Irsyad sebagai gerakan pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformasi di Mesir, sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha lewat Jam'iyat al-Islah wal Irsyad (Perhimpunan bagi Reformasi dan Pimpinan).²
Sejarawan Abubakar Aceh menyebut Syeikh Ahmad Surkati sebagai pelopor gerakan salaf di Jawa.³ Howard M. Federspiel menyebut Syekh Ahmad Surkati sebagai "penasehat awal pemikiran Islam fundamental di Indonesia". Dan pendiri Persatuan Islam (Persis), Haji Zamzam dan Muhammad Yunus, oleh Federspiel disebut sebagi sahabat karib Syekh Ahmad Surkati.
Pengakuan terhadap ketokohan Syekh Ahmad Surkati juga datang dari seorang tokoh Persis, A. Hassan. Menurut A. Hassan juga menyebut, pendiri Muhammadiyah H. Ahamd Dahlan dan pendiri Persis Haji Zamzam juga murid-murid Ahmad Surkati.
Menurut A. Hassan:
"Mereka itu tidak menerima pelajaran dengan teratur, namun Al-Ustadz Ahmad Surkati inilah yang membuka pikirannya sehingga berani membuang prinsip-prinsip yang lama, dan menjadi pemimpin-pemimpin organisasi yang bergerak berdasarkan Al-Kitab dan Al-Sunnah."
Pujian terhadap Ahmad Surkati juga datang dari ayah Hamka, H. Abdul Karim Amrullah. Kisahnya, di tahun 1944 Hamka bertanya kepada ayahnya tentang seseorang yang dipandang sebagai ulama besar di Jawa. Ayahnya menjawab, "Hanya Syekh Ahmad Surkati." Hamka bertanya kembali, "Tentang apanya?"
"Dialah yang teguh pendirian. Walaupun kedua belah matanya telah buta, masih tetap mempertahankan agam dan menyatakannya dengan terus terang, terutama terhadap pemerintah Jepang. Ilmunya amat dala, fahamnya amat luas dan hati sangat tawadu!"
Dalam bukunya yang berjudul Ayahku: Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Hamka juga menulis hubungan khusus antara ayahnya dengan Syekh Ahmad Surkati. "Setelah pindah ke tanah Jawa, sangatlah rapat hubungannya dengan almarhum Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad yang masyhur itu. Pertemuan beliau yang pertama dengan Syekh itu di Pekalongan pada 1925. Ketika itu Syekh masih sehat dan matanya belum rusak…"
Syekh Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan), 1292 H atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih punya hubungan keturunan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, Sahabat Rasulullah saw. dari golongan Anshar.
Syekh Ahmad Surkati lahir dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Ayahnya, Muhammad Surkati, adalah lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir. Syekh Ahamd dikenal cerdas sedari kecil. Dalam usia muda, ia sudah hafal Al-Qur'an.
Setamat pendidikan dasar di Mesjid Al-Qaulid, Ahmad Surkati dikirim oleh ayahnya belajar di Ma'had Sharqi Nawi, sebuah pesantren besar di Sudan waktu itu. Ia kembali lulus memuaskan, dan ayahnya ingin ia bisa melanjutkan ke Uniersitas Al-Azhar di Mesir. Namun pemerintahan Al-Mahdi yang berkuasa di Sudan waktu itu, melarang warganya meninggalkan Sudan. Putus keinginan Ahmad muda untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi sarjana Al-Azhar.
Namun suatu waktu, Ahmad Surkati bisa juga lolos dari Sudan dan berangkat ke Madinah dan Mekkah, untuk belajar agama. Tepatnya, setelah ayah beliau wafat pada 1896 M. Di Mekkah, ia sempat memperoleh gelar Al-Allaamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H. Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama Al-Azhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami'at Kheir (Indonesia) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke Syekh Ahmad. Dan beliaupun pergi ke Indonesia bersam dua kawan karibnya, Syekh Muhammad Abdulhamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Thayyib al-Maghribi.
Di negeri barunya ini, Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syekh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Kheir di Jakarta dan Bogor.
Berkat kepemimpinan dan bimbingannya, dalam waktu satu tahun sekolah-sekolah tersebut maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Kheir, karena perbedaan faham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Kheir, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Kheir tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas modern, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami'at Kheir dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad Surkati tentang kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at Kheir, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan dihari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya dari golongan non-Alawi mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk menaunginya: Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad Al-Islamiyyah).
Karya Tulis Syekh Ahmad Surkati: Selain mengajar di sekolah formal, di Indonesia Syekh Ahmad Surkati juga rajin membuat karya tulis . Antaranya yang penting adalah:
1. Surat al-Jawab (1915):
Risalah ini merupakan jawaban Ahmad Surkati terhadap permintaan pemimpin surat kabar Suluh India, H.O.S. Tjokroaminoto, sehubungan dengan makin luasnya pembicaraan tentang kafa'ah.
2. Risalah Tawjih al-Qur'an ila Adab al-Qur'an (1917): Karyanya ini lebih menajamkan isi yang terkandung dalam Surat al-Jawab. Intinya antara lain: kedekatan seseorang pada Muhammad sebagai Rasulullah bukan didasarkan atas keturunan, namun atas dasar ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejak dan dakwahnya.
3. Al-Dhakhirah al-Islamiyah (1923):
Ini majalah bulanan yang dikelola Syekh Ahmad Surkati bersama saudaranya, Muhammad Nur al-Anshari. Melalui majalah ini Syekh Ahmad Surkati membongkar praktek-praktek beragama yang keliru, menulis tentang Islam yang cocok untuk segala bangsa dan di segala waktu, dan persatuan ummat.
4. Al-Masa'il al-Thalats (1925):
Yang berisi pandangan Syekh Ahmad tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid'ah serta tentang ziarah kubur dan tawassul.
5. Al-Wasiyyat al-Amiriyyah (1918) 6. Zedeleer Uit Den Qor'an (1932) 7. Al-Khawatir al-Hisan (1941)
Beberapa buku diatas sudah diterjemahkan ke Bahasa Melayu (Indonesia).
G.F. Pijper menulis: "Sebagai seorang Muslim yang baik, dia menjauhkan diri dari para pejabat pemerintah. Tentu saja dia bukanlah tipe seorang sahabat pemerintah Kolonial…." Pijper adalah penasehat Pemerintah Hindia Belanda menjelang dan sampai masuknya Jepang ke Indonesia. Menurut pengakuannya, ia kenal baik dengan Syekh Ahmad, bahkan ia sempat tiga tahun belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih pada Syekh Ahmad.
Banyak pemuka Islam yang selain merupakan sahabat erat Syekh Ahmad, juga sempat menimba ilmu darinya. Antara lain A. Hassan, salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis). Juga KH. Mas Mansyur dan H. Fachruddin (pemuka Muhammadiyah), KH. Abdul Halim, pemuka Persyarikatan 'Ulama yang kemudian menjadi PUI (Persatuan Umat Islam).
A. Hassan-lah yang memperkenalkan Syekh Ahmad Surkati pada Bung Karno, ketika Bung Karno berada dalam pembuangan di Ende, lewat brosur-brosur dan buku-buku yang ditulis Syekh Ahmad. Presiden pertama RI ini ketika bebas dari Ende, sering bertandang ke rumah Syekh Ahmad.
Syekh Ahmad juga menjadi "guru spritual" Jong Islamieten Bond (JIB), dimana para aktifisnya seperti Muhammad Natsir (mantan perdana Menteri), Kasman Sigodimedjo dkk. Sering belajar pada beliau.
Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman beliau Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta, tepat 29 tahun setelah beliau mendirikan Al-Irsyad. Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet dengan cara sederhana dan tidak ada tanda apa-apa diatas tanah kuburannya. Ini sesuai amanat beliau sendiri sebelum meninggal.
Diantara orang-orang dan para muridnya yang melayat, sebagian besar telah menjadi tokoh masyarakat dan pejuang bangsa. Diantaranya Bung Karno, yang pernah menyatakan: "Almarhum telah ikut mempercepat lahirnya gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia."
Sumber: Website PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah: www.alirsyad.org
1. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900 - 1942, Oxford
2. University Press, Singapore, 1973, hal. 59 dan 63.
3. G.F. Pijper, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900 - 1950, terj. Oleh Prof. Dr. Tudjimah dan Drs. Yessy Dagusdin, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 120 dan 114.
4. Abubakar Aceh, Salaf, Permata, Jakarta, 1970, hal. 27
5. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Cornell University, Ithaca, 1970, hal.12
6. Umar Sulaiman Naji, Tarjamat Al-Hayat al-Ustadz Ahmad al-Surkati al-Ansari al-Sudani, Manuskrip, hal.29.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Syaikh_Ahmad_Surkati"
SYAIKH AHMAD SURKATI adalah tokoh utama berdirinya Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Banyak ahli sejarah mengakui perannya yang besar dalam pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, namun sayang namanya tak banyak disebutdalam wacana sejarah pergulatan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarawan Deliar Noer menyatakan Ahmad Surkati "memainkan peran penting" sebagai mufti. ¹ Sedang sejarawan Belanda G.F. Pijper menyebut dia "seorang pembaharu Islam di Indonesia." Pijper juga menyebut Al-Irsyad sebagai gerakan pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformasi di Mesir, sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha lewat Jam'iyat al-Islah wal Irsyad (Perhimpunan bagi Reformasi dan Pimpinan).²
Sejarawan Abubakar Aceh menyebut Syeikh Ahmad Surkati sebagai pelopor gerakan salaf di Jawa.³ Howard M. Federspiel menyebut Syekh Ahmad Surkati sebagai "penasehat awal pemikiran Islam fundamental di Indonesia". Dan pendiri Persatuan Islam (Persis), Haji Zamzam dan Muhammad Yunus, oleh Federspiel disebut sebagi sahabat karib Syekh Ahmad Surkati.
Pengakuan terhadap ketokohan Syekh Ahmad Surkati juga datang dari seorang tokoh Persis, A. Hassan. Menurut A. Hassan juga menyebut, pendiri Muhammadiyah H. Ahamd Dahlan dan pendiri Persis Haji Zamzam juga murid-murid Ahmad Surkati.
Menurut A. Hassan:
"Mereka itu tidak menerima pelajaran dengan teratur, namun Al-Ustadz Ahmad Surkati inilah yang membuka pikirannya sehingga berani membuang prinsip-prinsip yang lama, dan menjadi pemimpin-pemimpin organisasi yang bergerak berdasarkan Al-Kitab dan Al-Sunnah."
Pujian terhadap Ahmad Surkati juga datang dari ayah Hamka, H. Abdul Karim Amrullah. Kisahnya, di tahun 1944 Hamka bertanya kepada ayahnya tentang seseorang yang dipandang sebagai ulama besar di Jawa. Ayahnya menjawab, "Hanya Syekh Ahmad Surkati." Hamka bertanya kembali, "Tentang apanya?"
"Dialah yang teguh pendirian. Walaupun kedua belah matanya telah buta, masih tetap mempertahankan agam dan menyatakannya dengan terus terang, terutama terhadap pemerintah Jepang. Ilmunya amat dala, fahamnya amat luas dan hati sangat tawadu!"
Dalam bukunya yang berjudul Ayahku: Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Hamka juga menulis hubungan khusus antara ayahnya dengan Syekh Ahmad Surkati. "Setelah pindah ke tanah Jawa, sangatlah rapat hubungannya dengan almarhum Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad yang masyhur itu. Pertemuan beliau yang pertama dengan Syekh itu di Pekalongan pada 1925. Ketika itu Syekh masih sehat dan matanya belum rusak…"
Syekh Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan), 1292 H atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih punya hubungan keturunan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, Sahabat Rasulullah saw. dari golongan Anshar.
Syekh Ahmad Surkati lahir dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Ayahnya, Muhammad Surkati, adalah lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir. Syekh Ahamd dikenal cerdas sedari kecil. Dalam usia muda, ia sudah hafal Al-Qur'an.
Setamat pendidikan dasar di Mesjid Al-Qaulid, Ahmad Surkati dikirim oleh ayahnya belajar di Ma'had Sharqi Nawi, sebuah pesantren besar di Sudan waktu itu. Ia kembali lulus memuaskan, dan ayahnya ingin ia bisa melanjutkan ke Uniersitas Al-Azhar di Mesir. Namun pemerintahan Al-Mahdi yang berkuasa di Sudan waktu itu, melarang warganya meninggalkan Sudan. Putus keinginan Ahmad muda untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi sarjana Al-Azhar.
Namun suatu waktu, Ahmad Surkati bisa juga lolos dari Sudan dan berangkat ke Madinah dan Mekkah, untuk belajar agama. Tepatnya, setelah ayah beliau wafat pada 1896 M. Di Mekkah, ia sempat memperoleh gelar Al-Allaamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H. Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama Al-Azhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami'at Kheir (Indonesia) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke Syekh Ahmad. Dan beliaupun pergi ke Indonesia bersam dua kawan karibnya, Syekh Muhammad Abdulhamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Thayyib al-Maghribi.
Di negeri barunya ini, Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syekh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Kheir di Jakarta dan Bogor.
Berkat kepemimpinan dan bimbingannya, dalam waktu satu tahun sekolah-sekolah tersebut maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Kheir, karena perbedaan faham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Kheir, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Kheir tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas modern, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami'at Kheir dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad Surkati tentang kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at Kheir, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan dihari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya dari golongan non-Alawi mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk menaunginya: Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad Al-Islamiyyah).
Karya Tulis Syekh Ahmad Surkati: Selain mengajar di sekolah formal, di Indonesia Syekh Ahmad Surkati juga rajin membuat karya tulis . Antaranya yang penting adalah:
1. Surat al-Jawab (1915):
Risalah ini merupakan jawaban Ahmad Surkati terhadap permintaan pemimpin surat kabar Suluh India, H.O.S. Tjokroaminoto, sehubungan dengan makin luasnya pembicaraan tentang kafa'ah.
2. Risalah Tawjih al-Qur'an ila Adab al-Qur'an (1917): Karyanya ini lebih menajamkan isi yang terkandung dalam Surat al-Jawab. Intinya antara lain: kedekatan seseorang pada Muhammad sebagai Rasulullah bukan didasarkan atas keturunan, namun atas dasar ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejak dan dakwahnya.
3. Al-Dhakhirah al-Islamiyah (1923):
Ini majalah bulanan yang dikelola Syekh Ahmad Surkati bersama saudaranya, Muhammad Nur al-Anshari. Melalui majalah ini Syekh Ahmad Surkati membongkar praktek-praktek beragama yang keliru, menulis tentang Islam yang cocok untuk segala bangsa dan di segala waktu, dan persatuan ummat.
4. Al-Masa'il al-Thalats (1925):
Yang berisi pandangan Syekh Ahmad tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid'ah serta tentang ziarah kubur dan tawassul.
5. Al-Wasiyyat al-Amiriyyah (1918) 6. Zedeleer Uit Den Qor'an (1932) 7. Al-Khawatir al-Hisan (1941)
Beberapa buku diatas sudah diterjemahkan ke Bahasa Melayu (Indonesia).
G.F. Pijper menulis: "Sebagai seorang Muslim yang baik, dia menjauhkan diri dari para pejabat pemerintah. Tentu saja dia bukanlah tipe seorang sahabat pemerintah Kolonial…." Pijper adalah penasehat Pemerintah Hindia Belanda menjelang dan sampai masuknya Jepang ke Indonesia. Menurut pengakuannya, ia kenal baik dengan Syekh Ahmad, bahkan ia sempat tiga tahun belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih pada Syekh Ahmad.
Banyak pemuka Islam yang selain merupakan sahabat erat Syekh Ahmad, juga sempat menimba ilmu darinya. Antara lain A. Hassan, salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis). Juga KH. Mas Mansyur dan H. Fachruddin (pemuka Muhammadiyah), KH. Abdul Halim, pemuka Persyarikatan 'Ulama yang kemudian menjadi PUI (Persatuan Umat Islam).
A. Hassan-lah yang memperkenalkan Syekh Ahmad Surkati pada Bung Karno, ketika Bung Karno berada dalam pembuangan di Ende, lewat brosur-brosur dan buku-buku yang ditulis Syekh Ahmad. Presiden pertama RI ini ketika bebas dari Ende, sering bertandang ke rumah Syekh Ahmad.
Syekh Ahmad juga menjadi "guru spritual" Jong Islamieten Bond (JIB), dimana para aktifisnya seperti Muhammad Natsir (mantan perdana Menteri), Kasman Sigodimedjo dkk. Sering belajar pada beliau.
Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman beliau Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta, tepat 29 tahun setelah beliau mendirikan Al-Irsyad. Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet dengan cara sederhana dan tidak ada tanda apa-apa diatas tanah kuburannya. Ini sesuai amanat beliau sendiri sebelum meninggal.
Diantara orang-orang dan para muridnya yang melayat, sebagian besar telah menjadi tokoh masyarakat dan pejuang bangsa. Diantaranya Bung Karno, yang pernah menyatakan: "Almarhum telah ikut mempercepat lahirnya gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia."
Sumber: Website PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah: www.alirsyad.org
1. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900 - 1942, Oxford
2. University Press, Singapore, 1973, hal. 59 dan 63.
3. G.F. Pijper, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900 - 1950, terj. Oleh Prof. Dr. Tudjimah dan Drs. Yessy Dagusdin, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 120 dan 114.
4. Abubakar Aceh, Salaf, Permata, Jakarta, 1970, hal. 27
5. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Cornell University, Ithaca, 1970, hal.12
6. Umar Sulaiman Naji, Tarjamat Al-Hayat al-Ustadz Ahmad al-Surkati al-Ansari al-Sudani, Manuskrip, hal.29.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Syaikh_Ahmad_Surkati"
AHMAD SURKATI: WAHHABI?
AHMAD SURKATI: WAHHABI ATAU MU’TAZILAH?
Sebagian pengunjung blog ini ada yang dari kalangan wahhabi dan ada yang dari kalangan mu’tazilah. Ada juga yang mengkafirkan orang-orang seperti saya dan ada juga yang mengkafirkan orang-orang PKS karena ikut kepada demokrasi. Masya Allah…. kami memang tak setuju dengan demokrasi, tetapi kami tak mengkafirkan ahlul qiblah. Di antara mereka ada yang mengaku sebagai pengikut salafy dan mengidolakan Ahmad Dahlan dan juga Ahmad Surkati.
Ada pula yang berkata bahwa saya banyak mengkritik wahhabi karena saya iri, ketika Ahmad Dahlan dan Ahmad Surkati di undang ke Arab Saudi, KH. Hasyim Asyari tidak diundang. Sungguh konyol. Untuk apa saya iri? Apa hebatnya raja wahhabi macam Saudi?
Namun, yang juga konyol, dia berfikir bahwa Ahmad Surkati adalah Wahhabi. Saya fikir orang Ahlus Sunnah saja yang agak kesulitan untuk membedakan mana Mu’tazilah dan mana Wahhabi. Ternyata, ada juga diantara mereka yang sulit membedakan mana Wahhabi dan mana Mu’tazilah.
Ahmad Surkati, seperti dijelaskan Hussein Badjerei dalam buku “Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa”, bukanlah pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab. Ahmad Surkati adalah seorang Mu’tazilah pengikut Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridho.
Adapun orang-orang PKS itu kebanyakan mereka adalah pengikut Hassan Al-Banna. Hassan Al-Banna adalah pengagum M. Rasyid Ridho dan M. Abduh. Jadi, mereka termasuk orang-orang berfikiran Mu’tazilah pula. Namun di dalam PKS juga terdapat kaum Wahhabi, atau mungkin Wahhabi-Mu’tazilah, atau mungkin Salafy-Mu’tazilah. Saya masih belum bisa menentukan istilah yang tepat untuk sebagian petinggi mereka yang masih membid’ahkan maulid, ziarah ke makam para wali, tawassul dan sebagainya. Wallahu a’lam.
Sebagian pengunjung blog ini ada yang dari kalangan wahhabi dan ada yang dari kalangan mu’tazilah. Ada juga yang mengkafirkan orang-orang seperti saya dan ada juga yang mengkafirkan orang-orang PKS karena ikut kepada demokrasi. Masya Allah…. kami memang tak setuju dengan demokrasi, tetapi kami tak mengkafirkan ahlul qiblah. Di antara mereka ada yang mengaku sebagai pengikut salafy dan mengidolakan Ahmad Dahlan dan juga Ahmad Surkati.
Ada pula yang berkata bahwa saya banyak mengkritik wahhabi karena saya iri, ketika Ahmad Dahlan dan Ahmad Surkati di undang ke Arab Saudi, KH. Hasyim Asyari tidak diundang. Sungguh konyol. Untuk apa saya iri? Apa hebatnya raja wahhabi macam Saudi?
Namun, yang juga konyol, dia berfikir bahwa Ahmad Surkati adalah Wahhabi. Saya fikir orang Ahlus Sunnah saja yang agak kesulitan untuk membedakan mana Mu’tazilah dan mana Wahhabi. Ternyata, ada juga diantara mereka yang sulit membedakan mana Wahhabi dan mana Mu’tazilah.
Ahmad Surkati, seperti dijelaskan Hussein Badjerei dalam buku “Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa”, bukanlah pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab. Ahmad Surkati adalah seorang Mu’tazilah pengikut Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridho.
Adapun orang-orang PKS itu kebanyakan mereka adalah pengikut Hassan Al-Banna. Hassan Al-Banna adalah pengagum M. Rasyid Ridho dan M. Abduh. Jadi, mereka termasuk orang-orang berfikiran Mu’tazilah pula. Namun di dalam PKS juga terdapat kaum Wahhabi, atau mungkin Wahhabi-Mu’tazilah, atau mungkin Salafy-Mu’tazilah. Saya masih belum bisa menentukan istilah yang tepat untuk sebagian petinggi mereka yang masih membid’ahkan maulid, ziarah ke makam para wali, tawassul dan sebagainya. Wallahu a’lam.
AHMAD SURKATI: BIOGRAFI
SYEIKH AHMAD SURKATI: BIOGRAFI
SYEIKH AHMAD SURKATI AL-ANSHARI adalah tokoh utama berdirinya Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Banyak ahli sejarah mengakui perannya yang besar dalam pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, namun sayang namanya tak banyak disebutdalam wacana sejarah pergulatan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarawan Deliar Noer menyatakan Ahmad Surkati "memainkan peran penting" sebagai mufti. ¹ Sedang sejarawan Belanda G.F. Pijper menyebut dia "seorang pembaharu Islam di Indonesia." Pijper juga menyebut Al-Irsyad sebagai gerakan pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformasi di Mesir, sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha lewat Jam'iyat al-Islah wal Irsyad (Perhimpunan bagi Reformasi dan Pimpinan).²
Sejarawan Abubakar Aceh menyebut Syeikh Ahmad Surkati sebagai pelopor gerakan salaf di Jawa.³
Howard M. Federspiel menyebut Syekh Ahmad Surkati sebagai "penasehat awal pemikiran Islam fundamental di Indonesia". Dan pendiri Persatuan Islam (Persis), Haji Zamzam dan Muhammad Yunus, oleh Federspiel disebut sebagi sahabat karib Syekh Ahmad Surkati.
Pengakuan terhadap ketokohan Syekh Ahmad Surkati juga datang dari seorang tokoh Persis, A. Hassan. Menurut A. Hassan juga menyebut, pendiri Muhammadiyah H. Ahamd Dahlan dan pendiri Persis Haji Zamzam juga murid-murid Ahmad Surkati.
Menurut A. Hassan:
"Mereka itu tidak menerima pelajaran dengan teratur, namun Al-Ustadz Ahmad Surkati inilah yang membuka pikirannya sehingga berani membuang prinsip-prinsip yang lama, dan menjadi pemimpin-pemimpin organisasi yang bergerak berdasarkan Al-Kitab dan Al-Sunnah."
Pujian terhadap Ahmad Surkati juga datang dari ayah Hamka, H. Abdul Karim Amrullah. Kisahnya, di tahun 1944 Hamka bertanya kepada ayahnya tentang seseorang yang dipandang sebagai ulama besar di Jawa. Ayahnya menjawab, "Hanya Syekh Ahmad Surkati." Hamka bertanya kembali, "Tentang apanya?"
"Dialah yang teguh pendirian. Walaupun kedua belah matanya telah buta, masih tetap mempertahankan agam dan menyatakannya dengan terus terang, terutama terhadap pemerintah Jepang. Ilmunya amat dala, fahamnya amat luas dan hati sangat tawadu!"
Dalam bukunya yang berjudul Ayahku: Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Hamka juga menulis hubungan khusus antara ayahnya dengan Syekh Ahmad Surkati. "Setelah pindah ke tanah Jawa, sangatlah rapat hubungannya dengan almarhum Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad yang masyhur itu. Pertemuan beliau yang pertama dengan Syekh itu di Pekalongan pada 1925. Ketika itu Syekh masih sehat dan matanya belum rusak…"
Syekh Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan), 1292 H atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih punya hubungan keturunan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, Sahabat Rasulullah saw. dari golongan Anshar.
Syekh Ahmad Surkati lahir dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Ayahnya, Muhammad Surkati, adalah lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir. Syekh Ahamd dikenal cerdas sedari kecil. Dalam usia muda, ia sudah hafal Al-Qur'an.
Setamat pendidikan dasar di Mesjid Al-Qaulid, Ahmad Surkati dikirim oleh ayahnya belajar di Ma'had Sharqi Nawi, sebuah pesantren besar di Sudan waktu itu. Ia kembali lulus memuaskan, dan ayahnya ingin ia bisa melanjutkan ke Uniersitas Al-Azhar di Mesir. Namun pemerintahan Al-Mahdi yang berkuasa di Sudan waktu itu, melarang warganya meninggalkan Sudan. Putus keinginan Ahmad muda untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi sarjana Al-Azhar.
Namun suatu waktu, Ahmad Surkati bisa juga lolos dari Sudan dan berangkat ke Madinah dan Mekkah, untuk belajar agama. Tepatnya, setelah ayah beliau wafat pada 1896 M. Di Mekkah, ia sempat memperoleh gelar Al-Allaamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H. Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama Al-Azhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami'at Kheir (Indonesia) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke Syekh Ahmad. Dan beliaupun pergi ke Indonesia bersam dua kawan karibnya, Syekh Muhammad Abdulhamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Thayyib al-Maghribi.
Di negeri barunya ini, Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syekh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Kheir di Jakarta dan Bogor.
Berkat kepemimpinan dan bimbingannya, dalam waktu satu tahun sekolah-sekolah tersebut maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Kheir, karena perbedaan faham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Kheir, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Kheir tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas modern, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami'at Kheir dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad Surkati tentang kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at Kheir, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan dihari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya dari golongan non-Alawi mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk menaunginya: Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad Al-Islamiyyah).
Karya Tulis Syekh Ahmad Surkati:
Selain mengajar di sekolah formal, di Indonesia Syekh Ahmad Surkati juga rajin membuat karya tulis . Antaranya yang penting adalah:
1. Surat al-Jawab (1915):
Risalah ini merupakan jawaban Ahmad Surkati terhadap permintaan pemimpin surat kabar Suluh India, H.O.S. Tjokroaminoto, sehubungan dengan makin luasnya pembicaraan tentang kafa'ah.
2. Risalah Tawjih al-Qur'an ila Adab al-Qur'an (1917):
Karyanya ini lebih menajamkan isi yang terkandung dalam Surat al-Jawab. Intinya antara lain: kedekatan seseorang pada Muhammad sebagai Rasulullah bukan didasarkan atas keturunan, namun atas dasar ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejak dan dakwahnya.
3. Al-Dhakhirah al-Islamiyah (1923):
Ini majalah bulanan yang dikelola Syekh Ahmad Surkati bersama saudaranya, Muhammad Nur al-Anshari. Melalui majalah ini Syekh Ahmad Surkati membongkar praktek-praktek beragama yang keliru, menulis tentang Islam yang cocok untuk segala bangsa dan di segala waktu, dan persatuan ummat.
4. Al-Masa'il al-Thalats (1925):
Yang berisi pandangan Syekh Ahmad tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid'ah serta tentang ziarah kubur dan tawassul.
5. Al-Wasiyyat al-Amiriyyah (1918)
6. Zedeleer Uit Den Qor'an (1932)
7. Al-Khawatir al-Hisan (1941)
Beberapa buku diatas sudah diterjemahkan ke Bahasa Melayu (Indonesia).
G.F. Pijper menulis: "Sebagai seorang Muslim yang baik, dia menjauhkan diri dari para pejabat pemerintah. Tentu saja dia bukanlah tipe seorang sahabat pemerintah Kolonial…." Pijper adalah penasehat Pemerintah Hindia Belanda menjelang dan sampai masuknya Jepang ke Indonesia. Menurut pengakuannya, ia kenal baik dengan Syekh Ahmad, bahkan ia sempat tiga tahun belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih pada Syekh Ahmad.
Banyak pemuka Islam yang selain merupakan sahabat erat Syekh Ahmad, juga sempat menimba ilmu darinya. Antara lain A. Hassan, salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis). Juga KH. Mas Mansyur dan H. Fachruddin (pemuka Muhammadiyah), KH. Abdul Halim, pemuka Persyarikatan 'Ulama yang kemudian menjadi PUI (Persatuan Umat Islam).
A. Hassan-lah yang memperkenalkan Syekh Ahmad Surkati pada Bung Karno, ketika Bung Karno berada dalam pembuangan di Ende, lewat brosur-brosur dan buku-buku yang ditulis Syekh Ahmad. Presiden pertama RI ini ketika bebas dari Ende, sering bertandang ke rumah Syekh Ahmad.
Syekh Ahmad juga menjadi "guru spritual" Jong Islamieten Bond (JIB), dimana para aktifisnya seperti Muhammad Natsir (mantan perdana Menteri), Kasman Sigodimedjo dkk. Sering belajar pada beliau.
Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman beliau Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta, tepat 29 tahun setelah beliau mendirikan Al-Irsyad. Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet dengan cara sederhana dan tidak ada tanda apa-apa diatas tanah kuburannya. Ini sesuai amanat beliau sendiri sebelum meninggal.
Diantara orang-orang dan para muridnya yang melayat, sebagian besar telah menjadi tokoh masyarakat dan pejuang bangsa. Diantaranya Bung Karno, yang pernah menyatakan: "Almarhum telah ikut mempercepat lahirnya gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia."
Sumber: Website PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah: www.alirsyad.org
1. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900 - 1942, Oxford
2. University Press, Singapore, 1973, hal. 59 dan 63.
3. G.F. Pijper, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900 - 1950, terj. Oleh Prof. Dr. Tudjimah dan Drs. Yessy Dagusdin, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 120 dan 114.
4. Abubakar Aceh, Salaf, Permata, Jakarta, 1970, hal. 27
5. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Cornell University, Ithaca, 1970, hal.12
6. Umar Sulaiman Naji, Tarjamat Al-Hayat al-Ustadz Ahmad al-Surkati al-Ansari al-Sudani, Manuskrip, hal.29.
SYEIKH AHMAD SURKATI AL-ANSHARI adalah tokoh utama berdirinya Jam'iyat al-Islah wa Al-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berubah menjadi Jam'iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah), atau disingkat dengan nama Al-Irsyad. Banyak ahli sejarah mengakui perannya yang besar dalam pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, namun sayang namanya tak banyak disebutdalam wacana sejarah pergulatan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarawan Deliar Noer menyatakan Ahmad Surkati "memainkan peran penting" sebagai mufti. ¹ Sedang sejarawan Belanda G.F. Pijper menyebut dia "seorang pembaharu Islam di Indonesia." Pijper juga menyebut Al-Irsyad sebagai gerakan pembaharuan yang punya kesamaan dengan gerakan reformasi di Mesir, sebagaimana dilakukan Muhammad Abduh dan Rashid Ridha lewat Jam'iyat al-Islah wal Irsyad (Perhimpunan bagi Reformasi dan Pimpinan).²
Sejarawan Abubakar Aceh menyebut Syeikh Ahmad Surkati sebagai pelopor gerakan salaf di Jawa.³
Howard M. Federspiel menyebut Syekh Ahmad Surkati sebagai "penasehat awal pemikiran Islam fundamental di Indonesia". Dan pendiri Persatuan Islam (Persis), Haji Zamzam dan Muhammad Yunus, oleh Federspiel disebut sebagi sahabat karib Syekh Ahmad Surkati.
Pengakuan terhadap ketokohan Syekh Ahmad Surkati juga datang dari seorang tokoh Persis, A. Hassan. Menurut A. Hassan juga menyebut, pendiri Muhammadiyah H. Ahamd Dahlan dan pendiri Persis Haji Zamzam juga murid-murid Ahmad Surkati.
Menurut A. Hassan:
"Mereka itu tidak menerima pelajaran dengan teratur, namun Al-Ustadz Ahmad Surkati inilah yang membuka pikirannya sehingga berani membuang prinsip-prinsip yang lama, dan menjadi pemimpin-pemimpin organisasi yang bergerak berdasarkan Al-Kitab dan Al-Sunnah."
Pujian terhadap Ahmad Surkati juga datang dari ayah Hamka, H. Abdul Karim Amrullah. Kisahnya, di tahun 1944 Hamka bertanya kepada ayahnya tentang seseorang yang dipandang sebagai ulama besar di Jawa. Ayahnya menjawab, "Hanya Syekh Ahmad Surkati." Hamka bertanya kembali, "Tentang apanya?"
"Dialah yang teguh pendirian. Walaupun kedua belah matanya telah buta, masih tetap mempertahankan agam dan menyatakannya dengan terus terang, terutama terhadap pemerintah Jepang. Ilmunya amat dala, fahamnya amat luas dan hati sangat tawadu!"
Dalam bukunya yang berjudul Ayahku: Riwayat Hidup Dr. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera, Hamka juga menulis hubungan khusus antara ayahnya dengan Syekh Ahmad Surkati. "Setelah pindah ke tanah Jawa, sangatlah rapat hubungannya dengan almarhum Syekh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad yang masyhur itu. Pertemuan beliau yang pertama dengan Syekh itu di Pekalongan pada 1925. Ketika itu Syekh masih sehat dan matanya belum rusak…"
Syekh Ahmad Surkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, Dongula (Sudan), 1292 H atau 1875 M. Ayahnya bernama Muhammad dan diyakini masih punya hubungan keturunan dari Jabir bin Abdullah al-Anshari, Sahabat Rasulullah saw. dari golongan Anshar.
Syekh Ahmad Surkati lahir dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam. Ayahnya, Muhammad Surkati, adalah lulusan Universitas Al-Azhar, Mesir. Syekh Ahamd dikenal cerdas sedari kecil. Dalam usia muda, ia sudah hafal Al-Qur'an.
Setamat pendidikan dasar di Mesjid Al-Qaulid, Ahmad Surkati dikirim oleh ayahnya belajar di Ma'had Sharqi Nawi, sebuah pesantren besar di Sudan waktu itu. Ia kembali lulus memuaskan, dan ayahnya ingin ia bisa melanjutkan ke Uniersitas Al-Azhar di Mesir. Namun pemerintahan Al-Mahdi yang berkuasa di Sudan waktu itu, melarang warganya meninggalkan Sudan. Putus keinginan Ahmad muda untuk mengikuti jejak ayahnya, menjadi sarjana Al-Azhar.
Namun suatu waktu, Ahmad Surkati bisa juga lolos dari Sudan dan berangkat ke Madinah dan Mekkah, untuk belajar agama. Tepatnya, setelah ayah beliau wafat pada 1896 M. Di Mekkah, ia sempat memperoleh gelar Al-Allaamah yang prestisius waktu itu, dari Majelis Ulama Mekkah, pada 1326 H. Syekh Ahmad lantas mendirikan sekolah sendiri di Mekkah, dan mengajar tetap di Masjidil Haram.
Meski berada di Mekkah, ia rutin berhubungan dengan ulama-ulama Al-Azhar lewat surat menyurat. Hingga suatu waktu datang utusan dari Jami'at Kheir (Indonesia) untuk mencari guru, ulama Al-Azhar langsung menunjuk ke Syekh Ahmad. Dan beliaupun pergi ke Indonesia bersam dua kawan karibnya, Syekh Muhammad Abdulhamid al-Sudani dan Syekh Muhammad Thayyib al-Maghribi.
Di negeri barunya ini, Syekh Ahmad menyebarkan ide-ide baru dalam lingkungan masyarakat Islam Indonesia. Syekh Ahmad Surkati diangkat sebagai Penilik sekolah-sekolah yang dibuka Jami'at Kheir di Jakarta dan Bogor.
Berkat kepemimpinan dan bimbingannya, dalam waktu satu tahun sekolah-sekolah tersebut maju pesat. Namun Syekh Ahmad Surkati hanya bertahan tiga tahun di Jami'at Kheir, karena perbedaan faham yang cukup prinsipil dengan para penguasa Jami'at Kheir, yang umumnya keturunan Arab sayyid (alawiyin).
Sekalipun Jami'at Kheir tergolong organisasi yang memiliki cara dan fasilitas modern, namun pandangan keagamaannya, khususnya yang menyangkut persamaan derajat, belum terserap baik. Ini nampak setelah para pemuka Jami'at Kheir dengan kerasnya menentang fatwa Syekh Ahmad Surkati tentang kafaah (persamaan derajat).
Karena tak disukai lagi, Syekh Ahmad memutuskan mundur dari Jami'at Kheir, pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Dan dihari itu juga Syekh Ahmad bersama beberapa sahabatnya dari golongan non-Alawi mendirikan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah, serta organisasi untuk menaunginya: Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad al-Arabiyah (kemudian berganti nama Jam'iyat al-Islah wal-Irsyad Al-Islamiyyah).
Karya Tulis Syekh Ahmad Surkati:
Selain mengajar di sekolah formal, di Indonesia Syekh Ahmad Surkati juga rajin membuat karya tulis . Antaranya yang penting adalah:
1. Surat al-Jawab (1915):
Risalah ini merupakan jawaban Ahmad Surkati terhadap permintaan pemimpin surat kabar Suluh India, H.O.S. Tjokroaminoto, sehubungan dengan makin luasnya pembicaraan tentang kafa'ah.
2. Risalah Tawjih al-Qur'an ila Adab al-Qur'an (1917):
Karyanya ini lebih menajamkan isi yang terkandung dalam Surat al-Jawab. Intinya antara lain: kedekatan seseorang pada Muhammad sebagai Rasulullah bukan didasarkan atas keturunan, namun atas dasar ketekunan dan kesungguhan dalam mengikuti jejak dan dakwahnya.
3. Al-Dhakhirah al-Islamiyah (1923):
Ini majalah bulanan yang dikelola Syekh Ahmad Surkati bersama saudaranya, Muhammad Nur al-Anshari. Melalui majalah ini Syekh Ahmad Surkati membongkar praktek-praktek beragama yang keliru, menulis tentang Islam yang cocok untuk segala bangsa dan di segala waktu, dan persatuan ummat.
4. Al-Masa'il al-Thalats (1925):
Yang berisi pandangan Syekh Ahmad tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid'ah serta tentang ziarah kubur dan tawassul.
5. Al-Wasiyyat al-Amiriyyah (1918)
6. Zedeleer Uit Den Qor'an (1932)
7. Al-Khawatir al-Hisan (1941)
Beberapa buku diatas sudah diterjemahkan ke Bahasa Melayu (Indonesia).
G.F. Pijper menulis: "Sebagai seorang Muslim yang baik, dia menjauhkan diri dari para pejabat pemerintah. Tentu saja dia bukanlah tipe seorang sahabat pemerintah Kolonial…." Pijper adalah penasehat Pemerintah Hindia Belanda menjelang dan sampai masuknya Jepang ke Indonesia. Menurut pengakuannya, ia kenal baik dengan Syekh Ahmad, bahkan ia sempat tiga tahun belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih pada Syekh Ahmad.
Banyak pemuka Islam yang selain merupakan sahabat erat Syekh Ahmad, juga sempat menimba ilmu darinya. Antara lain A. Hassan, salah satu tokoh Persatuan Islam (Persis). Juga KH. Mas Mansyur dan H. Fachruddin (pemuka Muhammadiyah), KH. Abdul Halim, pemuka Persyarikatan 'Ulama yang kemudian menjadi PUI (Persatuan Umat Islam).
A. Hassan-lah yang memperkenalkan Syekh Ahmad Surkati pada Bung Karno, ketika Bung Karno berada dalam pembuangan di Ende, lewat brosur-brosur dan buku-buku yang ditulis Syekh Ahmad. Presiden pertama RI ini ketika bebas dari Ende, sering bertandang ke rumah Syekh Ahmad.
Syekh Ahmad juga menjadi "guru spritual" Jong Islamieten Bond (JIB), dimana para aktifisnya seperti Muhammad Natsir (mantan perdana Menteri), Kasman Sigodimedjo dkk. Sering belajar pada beliau.
Ahmad Surkati tutup usia pada hari Kamis, 6 September 1943, jam 10.00 pagi, di kediaman beliau Jalan Gang Solan (sekarang Jl. KH. Hasyim Asy'ari no. 25) Jakarta, tepat 29 tahun setelah beliau mendirikan Al-Irsyad. Jenazahnya diantar ke Pekuburan Karet dengan cara sederhana dan tidak ada tanda apa-apa diatas tanah kuburannya. Ini sesuai amanat beliau sendiri sebelum meninggal.
Diantara orang-orang dan para muridnya yang melayat, sebagian besar telah menjadi tokoh masyarakat dan pejuang bangsa. Diantaranya Bung Karno, yang pernah menyatakan: "Almarhum telah ikut mempercepat lahirnya gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia."
Sumber: Website PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah: www.alirsyad.org
1. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900 - 1942, Oxford
2. University Press, Singapore, 1973, hal. 59 dan 63.
3. G.F. Pijper, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900 - 1950, terj. Oleh Prof. Dr. Tudjimah dan Drs. Yessy Dagusdin, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hal. 120 dan 114.
4. Abubakar Aceh, Salaf, Permata, Jakarta, 1970, hal. 27
5. Howard M. Federspiel, Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Cornell University, Ithaca, 1970, hal.12
6. Umar Sulaiman Naji, Tarjamat Al-Hayat al-Ustadz Ahmad al-Surkati al-Ansari al-Sudani, Manuskrip, hal.29.
AHMAD HASSAN: GERAKAN TAJDID
AHMAD HASSAN: GERAKAN TAJDID
Oleh Nldia Zuraya
Sebagai sosok ulama pejuang penegak Alquran dan sunah, Ahmad Hassan memiliki integritas dan pandangan yang kukuh terhadap hukum-hukum yang diyakininya berdasarkan Alquran dan sunah. Meskipun, keyakinannya itu akhirnya menimbulkan kontroversial pada masanya. Namun, Ahmad Hassan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam gerakan pembaruan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20.
Ulama besar yang dikenal dengan Ahmad Hassan Bandung (ketika masih bermukim di Bandung) atau Ahmad Hassan Bangil (sejak bermukim di Bangil) im telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan pemurnian ajaran Islam di Indonesia dengan ketegasan, keberanian, dan kegigihannya menegakkan Alquran dan sunah secara konsekuen.
Terkadang, orang menganggap pemikirannya terlalu radikal. Selain menulis buku-buku, menerbitkanmajalah-majalah, menyusun tafsir Alquran pertama di Indonesia, dan mendidik para santri, ia pun banyak melahirkan tokoh ulama besar hasil didikannya, antara lain Mohammad Natsir. KHM Isa Anshary. KHE Abdurrahman, dan KH Rusyad Nurdin.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus Hayat dan Penuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan, disebutkan bahwa Ahmad Hassan juga memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno.
Kepada Ahmad Hassanlah, dalam pembuangannya di Ende, Flores (NTT), Bung Karno meminta buku-buku dan majalah-majalah karya Ahmad Hassan, sebagai pengisi roh batimahnya yang haus akan keislaman. Dari Ahmad Hassanlah api Islam Bung Karno menyala.
Melalui gerakan Persis, Ahmad Hassan menyebarkan ide-ide pembaruannya. Ia menyadari betul bahwa pemikirannya harus dituangkan dalam sebuah gerakan agar bisa berkembang secara efektif. Bahkan, ia berhasil membawa organisasi ini menjadisebuah gerakan islah.
Dengan menggabungkan watak Ahmad Hassan yang tajam dalam berpikir dan ciri Persis yang tegas, organisasi ini tumbuh sebagai sebuah gerakan tajdid yang cepat meluas. Ahmad Hassan telah membawa Persis menjadi organisasi pembaruan yang terkenal tegas dalam masalah-masalah fiQhiyyah. Di tangannya pula. Persis tampil dengan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Kiprah Ahmad Hassan dalam organisasi Persis, sejalan dengan program jihad" jamiyyah yang ditujukan untuk penyebaran ajaran Islam yang kaffah, yakni menegakkan Alquran dan sunah. Hal Ini ia lakukan dengan berbagai aktivitas, antara lain dengan mengadakan tabligh-tabligh. menyelenggarakan kursus pendidikan Islam bagi generasi muda, mendirikan pesantren, menerbitkan berbagai buku, majalah, dan selebaran-selebaran lainnya.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, Persis sejak tahun 1924 menyelenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagiorang dewasa yang kemudian berkembang cepat dengan masuknya Ahmad Hassan pada tahun 1926.
Demikian pula, dalam bidang penerbitan, banyak dicetak buku dan majalah, terutama yang memuat tulisan-tulisan Ahmad Hassan. Penerbitan buku dan majalah ini lebih banyak atas usahanya sendiri; dari menulis, mencetak, sampai memasarkannya. Penerbitan inilah yang menyebabkan luasnya daerah penyebaran pemikiran Ahmad Hassan yang identik dengan pemikiran Persis.
Selain itu. kegiatan tabligh dan dakwah menjadi ujung tombak penyebaran paham Alquran-sunah yang dilaksanakan di berbagai tempat. Dalam aktivitas tabligh ini, Ahmad Hassan lebih senang melakukannya dengan metode diskusi dan dialog. Karena itu, perdebatan sengit tentang berbagai masalah keagamaan sering kali digelar. Terutama terkait persoalan agama yang tidak ada dasarnya dalam Alquran dan sunah.
Pada masa itu, persoalan ini sangat hangat diperbincangkan. Di antaranya,masalah talqin. tahlil, talafudzh niyyat, bidah. khurafat, dan taklid. Meskipun terkadang debat yang digelar Persis ini berlangsung sangat keras, pengaruhnya cukup baik, yakni munculnya pemikiran kritis dalam menghancurkan taklid dan keju-mudan di kalangan umat Islam.
Sebagai salah seorang yang berperan besar dalam organisasi Persis, Ahmad Hassan mencurahkan berbagai pandangannya tentang agama, antara lain tentang sumber hukum Islam (ijtihad, ittiba, taklid, bidah) dan paham kebangsaan.
Kiprahnya dalam menyebarluaskan pandangan-pandangannya ini ia lakukan hingga mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Karangmenjangan (sekarang RS Dr Soetomo) Surabaya pada hari Senin, 10 November 1958. Sepanjang hidupnya, Ahmad Hassan banyak menulis karya, baik dalam bidang fikih, usul fikih, tasawuf, maupun akidah. Tak kurang dari 80 buah buku yang berhasil ditulisnya dalam upaya membuka pencerahan pemikiran umat Islam.
Entitas terkait Ahmad | Alquran | Dadan | Flores | Indonesia | Islam | KHE | Kiprahnya | Mohammad | Penerbitan | Persis | Sepanjang | Surabaya | Terutama | Ulama | Ahmad Hassan | Bung Karno | Hal Ini | Kepada Ahmad | KH Rusyad | KHM Isa | RS Dr | Ahmad Hassan Bandung | Ahmad Hassan Bangil | Dari Ahmad Hassanlah | Islam Bung Karno | Kiprah Ahmad Hassan | Oleh Nldia Zuraya | Presiden Republik Indonesia | Rumah Sakit Karangmenjangan | Penuangan Lima Tokoh Persis | Gerakan Tajdid Ala Ahmad Hassan | Yang Dai Yang Politikus Hayat | Ringkasan Artikel Ini
Sebagai sosok ulama pejuang penegak Alquran dan sunah, Ahmad Hassan memiliki integritas dan pandangan yang kukuh terhadap hukum-hukum yang diyakininya berdasarkan Alquran dan sunah. Ulama besar yang dikenal dengan Ahmad Hassan Bandung (ketika masih bermukim di Bandung) atau Ahmad Hassan Bangil (sejak bermukim di Bangil) im telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan pemurnian ajaran Islam di Indonesia dengan ketegasan, keberanian, dan kegigihannya menegakkan Alquran dan sunah secara konsekuen.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus Hayat dan Penuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan, disebutkan bahwa Ahmad Hassan juga memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Dengan menggabungkan watak Ahmad Hassan yang tajam dalam berpikir dan ciri Persis yang tegas, organisasi ini tumbuh sebagai sebuah gerakan tajdid yang cepat meluas. Kiprah Ahmad Hassan dalam organisasi Persis, sejalan dengan program jihad" jamiyyah yang ditujukan untuk penyebaran ajaran Islam yang kaffah, yakni menegakkan Alquran dan sunah.
Oleh Nldia Zuraya
Sebagai sosok ulama pejuang penegak Alquran dan sunah, Ahmad Hassan memiliki integritas dan pandangan yang kukuh terhadap hukum-hukum yang diyakininya berdasarkan Alquran dan sunah. Meskipun, keyakinannya itu akhirnya menimbulkan kontroversial pada masanya. Namun, Ahmad Hassan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam gerakan pembaruan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20.
Ulama besar yang dikenal dengan Ahmad Hassan Bandung (ketika masih bermukim di Bandung) atau Ahmad Hassan Bangil (sejak bermukim di Bangil) im telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan pemurnian ajaran Islam di Indonesia dengan ketegasan, keberanian, dan kegigihannya menegakkan Alquran dan sunah secara konsekuen.
Terkadang, orang menganggap pemikirannya terlalu radikal. Selain menulis buku-buku, menerbitkanmajalah-majalah, menyusun tafsir Alquran pertama di Indonesia, dan mendidik para santri, ia pun banyak melahirkan tokoh ulama besar hasil didikannya, antara lain Mohammad Natsir. KHM Isa Anshary. KHE Abdurrahman, dan KH Rusyad Nurdin.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus Hayat dan Penuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan, disebutkan bahwa Ahmad Hassan juga memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno.
Kepada Ahmad Hassanlah, dalam pembuangannya di Ende, Flores (NTT), Bung Karno meminta buku-buku dan majalah-majalah karya Ahmad Hassan, sebagai pengisi roh batimahnya yang haus akan keislaman. Dari Ahmad Hassanlah api Islam Bung Karno menyala.
Melalui gerakan Persis, Ahmad Hassan menyebarkan ide-ide pembaruannya. Ia menyadari betul bahwa pemikirannya harus dituangkan dalam sebuah gerakan agar bisa berkembang secara efektif. Bahkan, ia berhasil membawa organisasi ini menjadisebuah gerakan islah.
Dengan menggabungkan watak Ahmad Hassan yang tajam dalam berpikir dan ciri Persis yang tegas, organisasi ini tumbuh sebagai sebuah gerakan tajdid yang cepat meluas. Ahmad Hassan telah membawa Persis menjadi organisasi pembaruan yang terkenal tegas dalam masalah-masalah fiQhiyyah. Di tangannya pula. Persis tampil dengan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Kiprah Ahmad Hassan dalam organisasi Persis, sejalan dengan program jihad" jamiyyah yang ditujukan untuk penyebaran ajaran Islam yang kaffah, yakni menegakkan Alquran dan sunah. Hal Ini ia lakukan dengan berbagai aktivitas, antara lain dengan mengadakan tabligh-tabligh. menyelenggarakan kursus pendidikan Islam bagi generasi muda, mendirikan pesantren, menerbitkan berbagai buku, majalah, dan selebaran-selebaran lainnya.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, Persis sejak tahun 1924 menyelenggarakan kelas pendidikan akidah dan ibadah bagiorang dewasa yang kemudian berkembang cepat dengan masuknya Ahmad Hassan pada tahun 1926.
Demikian pula, dalam bidang penerbitan, banyak dicetak buku dan majalah, terutama yang memuat tulisan-tulisan Ahmad Hassan. Penerbitan buku dan majalah ini lebih banyak atas usahanya sendiri; dari menulis, mencetak, sampai memasarkannya. Penerbitan inilah yang menyebabkan luasnya daerah penyebaran pemikiran Ahmad Hassan yang identik dengan pemikiran Persis.
Selain itu. kegiatan tabligh dan dakwah menjadi ujung tombak penyebaran paham Alquran-sunah yang dilaksanakan di berbagai tempat. Dalam aktivitas tabligh ini, Ahmad Hassan lebih senang melakukannya dengan metode diskusi dan dialog. Karena itu, perdebatan sengit tentang berbagai masalah keagamaan sering kali digelar. Terutama terkait persoalan agama yang tidak ada dasarnya dalam Alquran dan sunah.
Pada masa itu, persoalan ini sangat hangat diperbincangkan. Di antaranya,masalah talqin. tahlil, talafudzh niyyat, bidah. khurafat, dan taklid. Meskipun terkadang debat yang digelar Persis ini berlangsung sangat keras, pengaruhnya cukup baik, yakni munculnya pemikiran kritis dalam menghancurkan taklid dan keju-mudan di kalangan umat Islam.
Sebagai salah seorang yang berperan besar dalam organisasi Persis, Ahmad Hassan mencurahkan berbagai pandangannya tentang agama, antara lain tentang sumber hukum Islam (ijtihad, ittiba, taklid, bidah) dan paham kebangsaan.
Kiprahnya dalam menyebarluaskan pandangan-pandangannya ini ia lakukan hingga mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Karangmenjangan (sekarang RS Dr Soetomo) Surabaya pada hari Senin, 10 November 1958. Sepanjang hidupnya, Ahmad Hassan banyak menulis karya, baik dalam bidang fikih, usul fikih, tasawuf, maupun akidah. Tak kurang dari 80 buah buku yang berhasil ditulisnya dalam upaya membuka pencerahan pemikiran umat Islam.
Entitas terkait Ahmad | Alquran | Dadan | Flores | Indonesia | Islam | KHE | Kiprahnya | Mohammad | Penerbitan | Persis | Sepanjang | Surabaya | Terutama | Ulama | Ahmad Hassan | Bung Karno | Hal Ini | Kepada Ahmad | KH Rusyad | KHM Isa | RS Dr | Ahmad Hassan Bandung | Ahmad Hassan Bangil | Dari Ahmad Hassanlah | Islam Bung Karno | Kiprah Ahmad Hassan | Oleh Nldia Zuraya | Presiden Republik Indonesia | Rumah Sakit Karangmenjangan | Penuangan Lima Tokoh Persis | Gerakan Tajdid Ala Ahmad Hassan | Yang Dai Yang Politikus Hayat | Ringkasan Artikel Ini
Sebagai sosok ulama pejuang penegak Alquran dan sunah, Ahmad Hassan memiliki integritas dan pandangan yang kukuh terhadap hukum-hukum yang diyakininya berdasarkan Alquran dan sunah. Ulama besar yang dikenal dengan Ahmad Hassan Bandung (ketika masih bermukim di Bandung) atau Ahmad Hassan Bangil (sejak bermukim di Bangil) im telah menorehkan sejarah baru dalam gerakan pemurnian ajaran Islam di Indonesia dengan ketegasan, keberanian, dan kegigihannya menegakkan Alquran dan sunah secara konsekuen.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus Hayat dan Penuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan, disebutkan bahwa Ahmad Hassan juga memberikan andil besar terhadap pemikiran keislaman Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno. Dengan menggabungkan watak Ahmad Hassan yang tajam dalam berpikir dan ciri Persis yang tegas, organisasi ini tumbuh sebagai sebuah gerakan tajdid yang cepat meluas. Kiprah Ahmad Hassan dalam organisasi Persis, sejalan dengan program jihad" jamiyyah yang ditujukan untuk penyebaran ajaran Islam yang kaffah, yakni menegakkan Alquran dan sunah.
AHMAD HASSAN: TOKOH KONTROVERSIAL
AHMAD HASSAN: PEMIKIRANNYA YANG KRITIS DAN KONTROVERSIAL
Ahmad Hassan
AHMAD HASSAN atau A Hassan adalah salah satu tokoh utama organisasi Persatuan Islam (Persis). Sosok ulama yang satu ini tidak hanya dikenal luas di Indonesia, tetapi juga di negeri tetangga Malaysia dan Singapura. Sebagai seorang ulama, Ahmad Hassan dikenal sangat militan, teguh pendirian, dan memiliki kecakapan luar biasa. Pemahamannya dalam bidang ilmu pengetahuan agama, sangat luas dan mendalam.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan disebutkan bahwa nama Ahmad Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad. Akan tetapi, berdasarkan kelaziman penulisan nama keturunan India di Singapura, yang menuliskan nama orang tua (ayah) di depannya, Hassan bin Ahmad lebih dikenal dengan panggilan Ahmad Hassan.
Ia lahir di Singapura pada tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia-India. Ayahnya bernama Ahmad, juga bernama Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam bidang agama Islam dan kesusasteraan Tamil.
Sang ayah pernah menjadi redaktur majalah Nur al-Islam (sebuah majalah sastra Tamil), selain sebagai penulis beberapa kitab berbahasa Tamil dan beberapa terjemahan dari bahasa Arab. Adapun ibu Ahmad Hassan bernama Muznah, yang berasal dari Palekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Setelah menikah, kedua orang tua Ahmad Hassan ini menetap di Singapura.
Masa kecil Ahmad Hassan dilewatinya di Singapura. Ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi tidak sampai lulus. Kemudian ia masuk sekolah Melayu dan menyelesaikannya hingga kelas empat. Ia juga sempat belajar di sekolah dasar pemerintah Inggris sampai tingkat yang sama, sambil belajar bahasa Tamil dari ayahnya.
Saat mengenyam pendidikan di sekolah Melayu inilah ia belajar bahasa Arab, Melayu, Tamil, dan Inggris. Pada usia tujuh tahun, sebagaimana anak-anak pada umumnya, ia belajar Alquran dan memperdalam agama Islam.
Hidup Mandiri
Pada usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib, seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
Ahmad Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh. Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
Selain itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910, menjelang usia 23 tahun.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun 1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura.
Ia juga menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913, ia menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan oleh Singapore Press.
Berbagai pekerjaan lainnya, ia geluti tanpa rasa lelah. Ia pernah menjadi buruh toko, pedagang tekstil, permata, minyak wangi, bahkan menjadi agen distribusi es dan vulkanisir ban mobil. Ia juga pernah menjadi juru tulis di kantor jamaah haji di Jeddah Pilgrims Office Singapura. Selain itu, ia juga menjadi guru bahasa Melayu dan bahasa Inggris di Pontian Kecil, Sanglang, Benut, dan Johor.
Perseteruan Kaum Muda dan Kaum Tua
Pada tahun 1921, ia hijrah dari Singapura ke Surabaya untuk meneruskan usaha tekstil milik pamannya. Pada masa itu, Surabaya menjadi tempat pertikaian antara ‘kaum muda’ dan ‘kaum tua’ dalam masalah agama. Kaum muda dipelopori oleh Faqih Hasyim, seorang pendatang yang menaruh perhatian besar dalam masalah keagamaan.
Di Surabaya, Faqih Hasyim memimpin kaum muda dalam upayanya melakukan gerakan pembaruan pemikiran Islam melalui tukar pikiran, tabligh, dan diskusi-diskusi keagamaan. Kaum muda di Surabaya ini mendapat pengaruh pembaharuan Islam dari tulisan-tulisan Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay (ketiganya dari Sumatra), dan Ahmad Surkati (tokoh Persis lainnya).
Dari Kiai Haji Abdul Wahab–seorang ulama di Surabaya yang di kemudian hari menjadi tokoh Nahdlatul Ulama (NU)–ia mengetahui pokok persoalan yang menyulut pertikaian antara kaum muda dan kaum tua. Kiai Wahab mengungkapkan pelafalan ushalli (pembacaan niat dengan bersuara yang dilakukan sebelum shalat) yang dipraktikkan oleh kaum tua sebagai salah satu contoh pertentangan itu.
Kaum muda menolak praktik ushalli ini. Sebab, menurut mereka, tidak ada dasarnya dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Dalam pandangan mereka, agar dapat disebut agama, keberagamaan hendaklah didasarkan pada Al-Quran dan hadis sahih. Karena ushalli merupakan hal baru yang diperkenalkan oleh ulama yang datang kemudian dan tidak terdapat dalam kedua sumber hukum tersebut, kaum muda menolaknya dan menilainya sebagai amalan yang tidak perlu dilakukan.
Pembicaraan dengan Kiai Wahab itu, mendorong Ahmad Hassan untuk berpikir lebih jauh tentang masalah tersebut. Setelah melakukan penelitian terhadap Al-Quran dan hadis sahih, ia sampai pada kesimpulan bahwa pendapat kaum mudalah yang benar. Sejak saat itu, ia lebih banyak bergaul dengan Faqih Hasyim dan kaum muda lainnya. Dalam kesempatan lain, ia sering juga bergaul dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam (SI), seperti HOS Tjokroaminoto, AM Sangadji, Bakri Suroatmodjo, dan Wondoamiseno.
Bergabung ke Persis
Karena lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan kaum muda dan para tokoh SI, usaha dagangnya di Surabaya mengalami kemunduran. Toko yang dikelolanya diserahkan kembali kepada pamannya. Ia kemudian memulai usaha lain dengan membuka perusahaan tambal ban, tetapi tidak lama kemudian tutup.
Melihat hal ini, kedua orang sahabatnya, Bibi Wantee dan Muallimin, mengirimnya ke Kediri untuk mempelajari pertenunan. Memang saat itu di Surabaya banyak pedagang yang membuka perusahaan tenun.
Selesai belajar pertenunan di Kediri, ia kemudian melanjutkan ke sekolah pertenunan pemerintah di Bandung. Di kota kembang ini, ia tinggal di keluarga Muhammad Yunus, salah seorang pendiri Persis (Persatuan Islam). Karena itu pula, ia sering mengikuti pengajian-pengajian dalam lingkungan Persis.
Dengan keadaan itu, tanpa sengaja, Ahmad Hassan telah mendekatkan dirinya pada pusat kegiatan penelaahan dan pengkajian Islam melalui Persis; suatu kegiatan yang tidak ingin ditinggalkannya.
Dengan persetujuan teman-temannya, ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan tetapi, perusahaan tenun yang didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup. Sejak itulah, minatnya untuk berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah dalam jam’iyyah Persis. Ia memasuki organisasi tersebut pada 1926, tiga tahun setelah organisasi ini berdiri.
Ahmad Hassan
AHMAD HASSAN atau A Hassan adalah salah satu tokoh utama organisasi Persatuan Islam (Persis). Sosok ulama yang satu ini tidak hanya dikenal luas di Indonesia, tetapi juga di negeri tetangga Malaysia dan Singapura. Sebagai seorang ulama, Ahmad Hassan dikenal sangat militan, teguh pendirian, dan memiliki kecakapan luar biasa. Pemahamannya dalam bidang ilmu pengetahuan agama, sangat luas dan mendalam.
Dalam buku Yang Dai Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis karya Dadan Wildan disebutkan bahwa nama Ahmad Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad. Akan tetapi, berdasarkan kelaziman penulisan nama keturunan India di Singapura, yang menuliskan nama orang tua (ayah) di depannya, Hassan bin Ahmad lebih dikenal dengan panggilan Ahmad Hassan.
Ia lahir di Singapura pada tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia-India. Ayahnya bernama Ahmad, juga bernama Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam bidang agama Islam dan kesusasteraan Tamil.
Sang ayah pernah menjadi redaktur majalah Nur al-Islam (sebuah majalah sastra Tamil), selain sebagai penulis beberapa kitab berbahasa Tamil dan beberapa terjemahan dari bahasa Arab. Adapun ibu Ahmad Hassan bernama Muznah, yang berasal dari Palekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Setelah menikah, kedua orang tua Ahmad Hassan ini menetap di Singapura.
Masa kecil Ahmad Hassan dilewatinya di Singapura. Ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi tidak sampai lulus. Kemudian ia masuk sekolah Melayu dan menyelesaikannya hingga kelas empat. Ia juga sempat belajar di sekolah dasar pemerintah Inggris sampai tingkat yang sama, sambil belajar bahasa Tamil dari ayahnya.
Saat mengenyam pendidikan di sekolah Melayu inilah ia belajar bahasa Arab, Melayu, Tamil, dan Inggris. Pada usia tujuh tahun, sebagaimana anak-anak pada umumnya, ia belajar Alquran dan memperdalam agama Islam.
Hidup Mandiri
Pada usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib, seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
Ahmad Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh. Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
Selain itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910, menjelang usia 23 tahun.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun 1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura.
Ia juga menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913, ia menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan oleh Singapore Press.
Berbagai pekerjaan lainnya, ia geluti tanpa rasa lelah. Ia pernah menjadi buruh toko, pedagang tekstil, permata, minyak wangi, bahkan menjadi agen distribusi es dan vulkanisir ban mobil. Ia juga pernah menjadi juru tulis di kantor jamaah haji di Jeddah Pilgrims Office Singapura. Selain itu, ia juga menjadi guru bahasa Melayu dan bahasa Inggris di Pontian Kecil, Sanglang, Benut, dan Johor.
Perseteruan Kaum Muda dan Kaum Tua
Pada tahun 1921, ia hijrah dari Singapura ke Surabaya untuk meneruskan usaha tekstil milik pamannya. Pada masa itu, Surabaya menjadi tempat pertikaian antara ‘kaum muda’ dan ‘kaum tua’ dalam masalah agama. Kaum muda dipelopori oleh Faqih Hasyim, seorang pendatang yang menaruh perhatian besar dalam masalah keagamaan.
Di Surabaya, Faqih Hasyim memimpin kaum muda dalam upayanya melakukan gerakan pembaruan pemikiran Islam melalui tukar pikiran, tabligh, dan diskusi-diskusi keagamaan. Kaum muda di Surabaya ini mendapat pengaruh pembaharuan Islam dari tulisan-tulisan Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay (ketiganya dari Sumatra), dan Ahmad Surkati (tokoh Persis lainnya).
Dari Kiai Haji Abdul Wahab–seorang ulama di Surabaya yang di kemudian hari menjadi tokoh Nahdlatul Ulama (NU)–ia mengetahui pokok persoalan yang menyulut pertikaian antara kaum muda dan kaum tua. Kiai Wahab mengungkapkan pelafalan ushalli (pembacaan niat dengan bersuara yang dilakukan sebelum shalat) yang dipraktikkan oleh kaum tua sebagai salah satu contoh pertentangan itu.
Kaum muda menolak praktik ushalli ini. Sebab, menurut mereka, tidak ada dasarnya dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Dalam pandangan mereka, agar dapat disebut agama, keberagamaan hendaklah didasarkan pada Al-Quran dan hadis sahih. Karena ushalli merupakan hal baru yang diperkenalkan oleh ulama yang datang kemudian dan tidak terdapat dalam kedua sumber hukum tersebut, kaum muda menolaknya dan menilainya sebagai amalan yang tidak perlu dilakukan.
Pembicaraan dengan Kiai Wahab itu, mendorong Ahmad Hassan untuk berpikir lebih jauh tentang masalah tersebut. Setelah melakukan penelitian terhadap Al-Quran dan hadis sahih, ia sampai pada kesimpulan bahwa pendapat kaum mudalah yang benar. Sejak saat itu, ia lebih banyak bergaul dengan Faqih Hasyim dan kaum muda lainnya. Dalam kesempatan lain, ia sering juga bergaul dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam (SI), seperti HOS Tjokroaminoto, AM Sangadji, Bakri Suroatmodjo, dan Wondoamiseno.
Bergabung ke Persis
Karena lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan kaum muda dan para tokoh SI, usaha dagangnya di Surabaya mengalami kemunduran. Toko yang dikelolanya diserahkan kembali kepada pamannya. Ia kemudian memulai usaha lain dengan membuka perusahaan tambal ban, tetapi tidak lama kemudian tutup.
Melihat hal ini, kedua orang sahabatnya, Bibi Wantee dan Muallimin, mengirimnya ke Kediri untuk mempelajari pertenunan. Memang saat itu di Surabaya banyak pedagang yang membuka perusahaan tenun.
Selesai belajar pertenunan di Kediri, ia kemudian melanjutkan ke sekolah pertenunan pemerintah di Bandung. Di kota kembang ini, ia tinggal di keluarga Muhammad Yunus, salah seorang pendiri Persis (Persatuan Islam). Karena itu pula, ia sering mengikuti pengajian-pengajian dalam lingkungan Persis.
Dengan keadaan itu, tanpa sengaja, Ahmad Hassan telah mendekatkan dirinya pada pusat kegiatan penelaahan dan pengkajian Islam melalui Persis; suatu kegiatan yang tidak ingin ditinggalkannya.
Dengan persetujuan teman-temannya, ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan tetapi, perusahaan tenun yang didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup. Sejak itulah, minatnya untuk berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah dalam jam’iyyah Persis. Ia memasuki organisasi tersebut pada 1926, tiga tahun setelah organisasi ini berdiri.
AHMAD DAHLAN
AHMAD DAHLAN: BIOGRAFI
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir: 1 Ogos 1868
Yogyakarta
Meninggal: 23 Februari 1923
Di Yogyakarta
Terkenal sebagai: Pendiri Muhammadiyah dan
Pahlawan Nasional Indonesia
Agama: Islam
Pasangan (isteri): Hj. Siti Walidah
Anak/Putra-Putri: Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada 1 Ogos 1868 dan meninggal dunia di Jogyakarta pada 23 Februari 1923.
KH Ahmad Dahlan adalah putera keempat dari tujuh adik-beradik dari keluarga KH Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu KH Ahmad Dahlan adalah puteri H. Ibrahim yang juga menjawat jawatan sebagai penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
Nama semasa kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Pada umur 15 tahun, beliau pergi menunaikan haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada masa ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang ke kampungnya tahun 1888, beliau menukar nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pengasas Nahdatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari.
Rujukan
• Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1994.
• Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia, New York: Cambridge University Press. ISBN 0-521-54262-2.
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir: 1 Ogos 1868
Yogyakarta
Meninggal: 23 Februari 1923
Di Yogyakarta
Terkenal sebagai: Pendiri Muhammadiyah dan
Pahlawan Nasional Indonesia
Agama: Islam
Pasangan (isteri): Hj. Siti Walidah
Anak/Putra-Putri: Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada 1 Ogos 1868 dan meninggal dunia di Jogyakarta pada 23 Februari 1923.
KH Ahmad Dahlan adalah putera keempat dari tujuh adik-beradik dari keluarga KH Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu KH Ahmad Dahlan adalah puteri H. Ibrahim yang juga menjawat jawatan sebagai penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
Nama semasa kecil KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Pada umur 15 tahun, beliau pergi menunaikan haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada masa ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang ke kampungnya tahun 1888, beliau menukar nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, beliau bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, beliau sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pengasas Nahdatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari.
Rujukan
• Ricklefs, M.C. A History of Modern Indonesia Since c. 1300, 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1994.
• Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia, New York: Cambridge University Press. ISBN 0-521-54262-2.
AGUS SALIM: BIOGRAFI
HAJI AGUS SALIM
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Agus Salim
Haji Agus Salim (8 Oktober 1884 - 4 November 1954) ialah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia serta Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Amir Syarifuddin I pada 1947 dan Kabinet Mohammad Hatta antara tahun-tahun 1948-1949. Beliau juga pernah menjadi anggota Volksraad antara tahun 1921 hingga tahun 1924.
Latar belakang
Agus Salim dilahirkan di Koto Gadang, Bukittinggi, Minangkabau dengan nama Mashudul Haq yang membawa pengertian "pembela kebenaran" kepada pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya seorang ketua pendakwah di Mahkamah Tinggi Riau.
Selepas tamat pendidikan dasarnya di Sekolah Rendah Europeesche Lagere (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropah, Agus Salim melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Hoogere Burgerschool (HBS), Batavia dan merupakan pelajar yang terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penterjemah dan pembantu notari di sebuah syarikat pelombongan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim bertolak ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada masa inilah Salim dididik oleh Syeh Ahmad Khatib yang merupakan bapa saudaranya.
Salim kemudian terjun ke dalam dunia kewartawanan pada tahun 1915 ketika menyertai akhbar Harian Neratja sebagai Editor II dan akhirnya dinaikkan pangkat sebagai Ketua Editor. Beliau menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikurniakan lapan orang anak. Kegiatannya dalam bidang kewartawanan terus berlangsung sehingga akhirnya menjadi ketua akhbar Hindia Baroe di Jakarta. Salim kemudian mengasaskan akhbar Fadjar Asia dan selanjutnya menjadi editor akhbar Moestika di Yogyakarta . Beliau mengasaskan Pertubuhan Antara Parlimen ASEAN (AIPO) dan bersamaan dengan ini, terjun ke dalam dunia politik sebagai ketua Sarekat Islam.
Kerja Politik
Pada tahun 1915, Salim menyertai Sarekat Islam dan menjadi ketua keduanya selepas H.O.S. Tjokroaminoto. Peranannya pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia antara lain termasuk:
• anggota Volksraad (1921-1924)
• anggota jawatankuasa Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mempersiapkan UUD 1945
• Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir II (1946) dan Sjahrir III (1947)
• pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutamanya Mesir pada tahun 1947
• Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Amir Sjarifuddin (1947)
• Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta (1948-1949)
Antara tahun-tahun 1946-1950, Salim laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia sehingga kerap kali digelar "Orang Tua Besar". Beliau menjawat Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Presiden Indonesia dan pada tahun 1950 sehingga akhir hayatnya merupakan Penasihat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, Salim menjadi Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Biarpun pennya tajam dan kritikannya pedas, namun Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kod Etika Kewartawanan.
Setelah berundur daripada dunia politik, Salim mengarang sebuah buku pada tahun 1953 yang berjudul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauhid harus difahami? yang kemudian diperbaiki menjadi Keterangan Falsafah Tentang Tauhid, Takdir dan Tawakal.
Salim meninggal dunia pada tahun 1954 di Hospital Besar Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.
Agus Salim
Haji Agus Salim (8 Oktober 1884 - 4 November 1954) ialah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia serta Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Amir Syarifuddin I pada 1947 dan Kabinet Mohammad Hatta antara tahun-tahun 1948-1949. Beliau juga pernah menjadi anggota Volksraad antara tahun 1921 hingga tahun 1924.
Latar belakang
Agus Salim dilahirkan di Koto Gadang, Bukittinggi, Minangkabau dengan nama Mashudul Haq yang membawa pengertian "pembela kebenaran" kepada pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya seorang ketua pendakwah di Mahkamah Tinggi Riau.
Selepas tamat pendidikan dasarnya di Sekolah Rendah Europeesche Lagere (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropah, Agus Salim melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Hoogere Burgerschool (HBS), Batavia dan merupakan pelajar yang terbaik di HBS se-Hindia Belanda.
Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penterjemah dan pembantu notari di sebuah syarikat pelombongan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim bertolak ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada masa inilah Salim dididik oleh Syeh Ahmad Khatib yang merupakan bapa saudaranya.
Salim kemudian terjun ke dalam dunia kewartawanan pada tahun 1915 ketika menyertai akhbar Harian Neratja sebagai Editor II dan akhirnya dinaikkan pangkat sebagai Ketua Editor. Beliau menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikurniakan lapan orang anak. Kegiatannya dalam bidang kewartawanan terus berlangsung sehingga akhirnya menjadi ketua akhbar Hindia Baroe di Jakarta. Salim kemudian mengasaskan akhbar Fadjar Asia dan selanjutnya menjadi editor akhbar Moestika di Yogyakarta . Beliau mengasaskan Pertubuhan Antara Parlimen ASEAN (AIPO) dan bersamaan dengan ini, terjun ke dalam dunia politik sebagai ketua Sarekat Islam.
Kerja Politik
Pada tahun 1915, Salim menyertai Sarekat Islam dan menjadi ketua keduanya selepas H.O.S. Tjokroaminoto. Peranannya pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia antara lain termasuk:
• anggota Volksraad (1921-1924)
• anggota jawatankuasa Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mempersiapkan UUD 1945
• Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir II (1946) dan Sjahrir III (1947)
• pembukaan hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Arab, terutamanya Mesir pada tahun 1947
• Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Amir Sjarifuddin (1947)
• Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta (1948-1949)
Antara tahun-tahun 1946-1950, Salim laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia sehingga kerap kali digelar "Orang Tua Besar". Beliau menjawat Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Presiden Indonesia dan pada tahun 1950 sehingga akhir hayatnya merupakan Penasihat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, Salim menjadi Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Biarpun pennya tajam dan kritikannya pedas, namun Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kod Etika Kewartawanan.
Setelah berundur daripada dunia politik, Salim mengarang sebuah buku pada tahun 1953 yang berjudul Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauhid harus difahami? yang kemudian diperbaiki menjadi Keterangan Falsafah Tentang Tauhid, Takdir dan Tawakal.
Salim meninggal dunia pada tahun 1954 di Hospital Besar Jakarta dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
JAM'IYYAT AL-KHAIR
MODERNISME ISLAM:
GERAKAN PADERI, JAM’IYYATUL KHAIR, DAN AL-ISRSYAD
Munculnya gerakan Modernisme Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 dipengaruhi oleh berbagai variabel penting yang melatar belakanginya. Menurut Steenbrink, setidaknya terdapat empat faktor penting yang mendorong ”perubahan dan pembaharuan Islam di Indonesia” pada saat itu.
Pertama, adanya tekanan kuat untuk kembali kepada ajaran Al-quran dan Hadist, yang keduanya dijadikan sebagai landasan berfikir untuk menilai pola keagamaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Tema sentral dari kecendrungan ini adalah menolak setiap pengaruh budaya lokal yang dianggap mengontaminasi kemurnian ajaran Islam. Sehingga upaya kembali pada ajaran Al-Qur`an dan Hadist dipilih sebagai jawaban solutif atas problem keberagaman yang meluas di masyarakat.
Kedua, kuatnya semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Gerakan perlawanan ini banyak direalisasikan oleh kelompok nasionalis yang terus berusaha menentang kebijakan penjajah belanda, tetapi mereka juga enggan menerima gerakan Pan-Islamisme. Ketiga, kuatnya motivasi dari komunitas muslim untuk mendirikan organisasi dibidang sosial –ekonomi yang diharapkan bermanfaat demi kepentingan mereka sendiri, maupun kepentingan publik. Keempat, gencarnya upaya memperbaiki pendidikan Islam.
A. Kaum Paderi
Paderi adalah sebuah nama didaerah padang. Yang mana didaerah inilah awal mulanya diterapkannya gerakan puritanisme di Indonesia. Gerakan puritanisme adalah sebuah gerakan pemurnian ajaran islam yang telah terpengaruh atau telah tercemari oleh ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam. Gerakan ini pertama kali di plopori oleh Muhammad ibn Abdul Wahab, di Nejd. Berkat bantuan penguasa keluarga su`ud faham ini berkembang pesat diwilayah jazirah Arabia, bahkan sempat menggoyahkan pemerintah kerajaan Turki Usmani.
Gerakan puritanisme ini dibawa masuk kewilayah Indonesia oleh tiga orang kaum muda paderi yang baru pulang kembali dari tanah suci selepas melaksanakan ibadah haji, mereka itu adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang pada tahun 1803 Masehi.
Mereka kemudian membentuk kelompok yang terkenal dengan kelompok Harimau Nan Salapan atau kaum muda Paderi mereka mengadakan penentangan terhadap praktek kehidupan beragama masyarakat Minang Kabau, yang telah terpengaruh oleh unsur-unsur tahayul, bid’ah, dan kurafat. Masyarakatnya sudah menyimpang jauh dari tradisi keagamaan yang telah ada. Perjudian, penyabungan ayam, dan sebagainya adalah contoh dari sebagian kecil perbuatan mereka yang waktu telah merupakan perbuatan atau suatu hal yang biasa.oleh karena itu, kedatangan tiga orang Haji ini, yang kemudian bersekutu dengan tuanku Nan Renceh dan tuanku Imam Bonjol, melakukan gerakan kemurnian ajaran Islam. Karena aktifitas mereka dianggap cukup membahayakan keberadaan kaum tua atau kaum adat paderi, maka kaum tua meminta bantuan Belanda pada tahun 1821-1937 M terjadilah perang paderi. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu kaum Ulama mengalami kekalahan Ulama dalam perang paderi dalam menghadapi
Belanda, bukanlah membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu itu,tetapi gerakannya semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi bersifat politik agama, tetapi dialihkan kedalam gerakan pembaharuan pendidikan.
Perang paderi dianggap sebagai pembaharuan Islam di karena tujuan dari perang paderi adalah memiliki kekuasaan yang kuat dan dengan memiliki kekuatan atas kekuasaan kaum ulama dapat menguatakan ajaran Islam yang telah banyak ditinggalkan. Kondisi pada saat itu daerah Minangkabau jauh dari apa yang Isalam ajarkan dan syariatkan oleh agama Islam .
Para Ulama giat mengadakan ceramah-ceramah, pengajian, mendirikan madrasah dan Pondok Pesantern yang diberi nama Sumatera Thawalib. Pengaruh gerakan ini lalu meluas keseluruh tanah air yang diikuti dengan bermunculannya berbagai organisasi Islam pada zaman pergerakan nasional di Indonesia pada abad ke-20 Masehi.
B. Al-Irsyad
Jika ditelusuri awal mulanya, munculnya Al-Irsyad dilatarbelakangi oleh terjadinya pertentangan dalam Jami’at Al-Khair, terkait persoalan konsep kafa’ah dalam pernikahan. Yakni, apakah mereka yang memiliki gelar sayyid boleh menikah dengan rakyat biasa atau tidak? Bagi masyarakat arab modernis, perkawinan semacam itu sah, akan tetapi menurut kaum tradisionalis, pernikahan itu dianggap tidak sah, karena salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya kafa’ah antara kedua mempelai. Kalau syarat kafa’ah ini tidak terpenuhi maka perkawinan dianggap batal atau tidak sah.
Semula, perdebatan kafa’ah ini muncul pertama kali ketika Ahmad Surkati berkunjung ke Solo, tepatnya dalam suatu pertemuan di kediaman Al-Hamid dari keluarga Al-Azami. Pada saat menjamu Surkati ini terjadi pembicaraan tentang nasib seorang syarifah, yang karena tekanan ekonomi terpaksa hidup bersama seorang China di Solo. Surkati menyarankan agar dicarikan dana secukupnya untuk memisahkan kedua orang yang tengah kumpul kebo itu. Pilihan lain yang diajukan Surkati adalah hendaknya dicarikan seorang muslim yang ikhlas menikahi secara sah si Syarifah tersebut, agar ia bisa terlepas dari gelimang dosa.
Salah seorang yang hadir, Umar bin Said Sungkar bertanya pada Surkati: ”apakah yang demikian itu diperbolehkan menurut hukum ajaran agama Islam, sementara ada hukum yang mengharamkan karena tidak memenuhi syarat kafa’ah, meskipun syarat-syarat lainnya sudah terpenuhi”.
Setelah Surkati mengeluarkan fatwa tentang sahnya pernikahan yang tidak sekutu tersebut, kemudian terjadi pertentangan yang terkenal dengan ”Fatwa Solo”. Fatwa tersebut telah ”Mengguncang” masyarakat Arab golongan Alawi. Fatwa ini dianggap sebagai penghinaan besar terhadap kelompok mereka. Mereka menuntut kepada Surkati agar bersedia mencabut fatwanya, namun Surkati tetap mempertahankan fatwanya dan berusaha menghormati pendapat publik baik yang setuju maupun yang menolak.
Akibat telah mengeluarkan fatwa, pada tahun 1914 Ahmad Surkati dikeluarkan dari Jami’atul Al-Khair. Setelah dikeluarkan dari jami’atul Al-Khair dengan dibantu oleh Sayyid Saleh bin Ubaid Abdatu dan Sayyid Said Masya’bi untuk mendirikan madrasah Al-Irsyah Al-Islamiyah yang diresmikan pada tanggal 15 Syawal 1332 H. Bertepatan dengan 6 September 1914 dengan dia sendiri sebagai pimpinannya.
Tidak lama setelah Surkati dikeluarkan dari Jami’atu Al-Khair, keluar pula para guru yang berasal dari Makkah, baik yang datang bersama Surkati maupun yang datang atas jasa Surkati. Sebagian mereka kembali ke Makkah dan sebagian tetap tinggal di Indonesia dan bergabung dengan Al-Irsyad sampai akhir hayat mereka di Indonesia. Di antara mereka adalah: Abul Fadhel Muhammad Khair Al-Anshori yang tidak lain adalah saudara kandung Surkati, Syaikh Muhammad Nur Muhammad Khair Al-Anshori, dan lain sebagainya.
Izin untuk pembukaan dan pengelolaan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah berada ditangan dan atas nama Surkati. Berdasarkan ordonasi guru 1905 yang mengatur pendidikan islam, beban tanggung jawab Surkati akan ringan apabila Madrasah tersebut dinaungi oleh satu organisasi yang teratur dan memiliki status badan hukum. Maka disiapkanlah berdirinya Jami’iyyah Al-ishlah wa Al-irsyad Al-Arabiyyah, yang beberapa tahun kemudian diganti dengan nama Jami’iyyah Al-Ishlah wal Irsyad Al-Islamiyyah.
Permohonan pengesahan diajukan kepada Gubernur Jendral AWF. I den Burg, sementara pengurusan Madrasah dilaksanakan oleh suatu badan yang diberi nama: Hai’ah Madaris Jami’iyyah Al-Irsyad yang diketuai oleh Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-Habsyi. Meskipun pengesahan dari Gubernur Jendral belum keluar, Syaikh Umar Yusuf Manggus telah berhasil menyewa gedung bekas hotel ORT yang tidak berfungsi lagi di Molenulist West, Jakarta, guna memenuhi kebutuhan yang agak mendesak karena perhatian dan peminat yang luar biasa.
Penghimpunan Al-Irsyad (sebagai lembaga yang memiliki hukum) akhirnya memperoleh pengakuan dari Gubernur Jendral pada tanggal 11 Agustus 1915. Dengan keputusan no 47, yang disiarkan dalam Javache Courant nomor 67 tanggal 20 Agustus 1915. Sejak itu Al-Irsyad, meminjam ungkapan Badjerei; ”meluncur laksana meteor; enerjik dan penuh vitalitas; kian hari kian besar dan meningglkan jami’at Al-Khoir jauh dibelakangnya.
Dalam perjalanannya, Al-Irsyad terlihat sering menjalin kerjasama dengan organisasi Modernis Islam lainnya, seperti Muhammadiyyah dan Persis sebagaimana diungkapkan oleh Badjerei berikut ini:
”Dengan lahirnya persatuan Islam di Bandung, pada tahun 1923, kemudian dengan munculnya Fachruddin pada pimpinan Muhammadiyyah kegiatan dakwah menjadi kian semarak dakwah Muhammadiyyah dan Persis diucapkan pula diucapkan diisi oleh tenaga-tenaga dari Al-Irsyad, khusnya dari kelompok izh harAl-Haq ini, ketika Ali Harahah berangkat ke Hejaz dan bermukim kesana, sekitar satu tahun delapan bulam dan baru kembali ke Jakarta bulan juni 1929, kegiatan Izhar Al-haq ikut berhenti. Meskipun demikian Muhammadiyyah persatuan Islam dan Al-Irsyad merupakan ”tiga serangkai” yang tak terpisahkan sehingga saat ini”.
Kerjasama antara Al-Irsyad dengan organisasi Modernis Islam lainnya terus Berlanjut pada kongres Al-Islam ke-1 di Cirebon pada tahun 1922, kongres Al-Islam ke-2 tahun 1923 di Garud, kongres ke-3 di Surabaya tahun 1924, kongres Al-Islam ke-4 di Yogyakarta tahun 1925, kongres Al-Islam ke-5 di Bandung tahun 1926(Hussein Banjerei, 1996:114). Al-Irsyad juga menjalin kerjasama dengan gerakan-gerakan Islam lain dalam majelis islam A’la Indonesia MIAL.
Menurut Hussein Badjerei, salah seorang tokoh pemikir dari Al-Irsyad, organisasi Al-Irsyad didirikan bukan untuk melawana atau menandingi Jami’at Al-Khoir. Al-Irsyad lahir bukan karena desakan kebencian kepada segolongan masyarakat Arab yang saat itu di sebut Alawiyyin. Semasa Surkati masih hidup, Al-Irsyad tidak melulu mengurusi dan berdakwah kepada masyarakat Arab Hadrami; tidak melulu mengurusi perantau dari Hadramaut. Risalahnya cukup luas, surkati tidak mululu mengurusi persoalan pembaharuan dikalangan masyarakat Arab hadrawi.
Perhimpunan Al-Irsyad juga tidak dibangun dari asas kekesalah kemarahan, para pemimpinnya bukanlah diktator. Karena itulah Al-Irsyad bisa hidup terus sepanjang waktu, meski parapemimpinnya wafat dan silih berganti, sebagai kelompok organisasi Islam tertua yang telah meneliti sejarah di berbagai jama’ah, dari zaman penjajahan Belanda sampai sekarang ini.
Masa formatif Al-Irsyad diawali sejak kelahirannya. Akte pendirian dan anggaran dasar Al-Irsyad disahkan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan nomor 47, tertanggal 11agustus 1915, dan disiarkan dalam surat kabar Javasche Courant Nomor 67, tertanggal 20 Agustus 1915. Keputusan ini kemudian menjadi izin resmi kelahiran organisasi ini, yaitu 19 Agustus 1915, dalam keputusan ini pula tercatat pengurus pertamanya, yaitu: Salim bin Awad Balweel sebagai ketua, Muhammad Ubaid Abud sebagai sekretaris, Said bin Salim Masya’bi sebagai bendahara, dan saleh bin Obeid bin Abdat sebagai penasehat.
Setelah peristiwa dikeluarkannya beslit dari Gubernur Jendral pada hari selasa tanggal 19 syawal 1333/31 Agustus 1915,maka diadakan rapat umum anggota.dalam rapat itu diputuskan susunan pengurus untuk kepentingan intern,yaitu;salim bin awad bal weel sebagai ketua, saleh bin obeid bin abdat sebagai wakil ketua,Muhammad Ubait Abut sebagai sekretaris,Said bin Salim Masy’abi sebagai bendahara.
Untuk lebih mendinamisasikan gerak dan langkah organisasi serta berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat,dalam kepengurusannya Al-Irsyad membentuk majelis-majelis yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda,antara lain;1. majelis pendidikan dan pengajaran;2,majelis dakwah;3,majelis sosial dan ekonomi ;4,Majelis wakaf dan yayasan;5 majelis wanita dan putri:6.majelis pemuda dan pelajar :7,majelis organisasi dan kelembagaan ;8, Majelis hubungan luar negri.
Patut garis bawahi bahwa dalam penyebaran gagasan atau pemikirannya,Al- Irsyad lebih memfokuskan pada upaya perbaikan dan pelayanan pendidikan.Ini biasa dilihat dari pembukaan sekolah Al-Isyad yang didukung oleh pemuka-pemuka arab.Terutama Syaikh Umar Manggus,yang saat itu menjabat sebagai kapten arab.Tokoh ini yang memberi saran agar didirikan suatu perkumpulan untuk menunjang sekolah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati tersebut. Atas dukungan itu,berdirilah sekolah”Jam’iyyah Al Ishlah Wa Al Irsyad Al Islamiyyah”.Agar kehadirannya tidak terkesan hanya diperuntukkan bagi orang arab,maka beberapa waktu kemudian namanya di ubah menjadi ”Jam’iyyah Al- Irsyad Al-Islamiyyah”.Yang selanjutnya dikenal dengan nama Al- Irsyad,Al- Irsyad beranggotakan semua orang islam yang berumur 18 tahun atau yang telah beristri dan tingggal di wilayah Indonesia.
Periode perkembangan Al- Irsyad ditandai dengan pembukaan cabang-cabang Al -Irsyad dengan prioritas pertama pulau Jawa.Pada tanggal 29 Agustus 1917 Al- Irsyad membuka cabang yang pertama di Tegal,dengan diketahui oleh Ahmad Ali Bais.Pada tanggal 20 November 1917 di resmikan pula keputusan untuk pembukaan cabang Al -Irsyad kedua,yaitu di Pekalongan dengan ketua pertama kalinya Said Bin Salaim Sahaq,cabang Al Irsyad ketiga dibuka di Bumiayu pada tanggal 14 Oktober 1918,dengan ketuanya yang pertama adalah Husein Bin Muhammad Al Yazidi pada tanggal 31 Oktober 1918 Al Irsyad membuka cabang ke empat di cerebon,dengan ketua pertamanya Ali Awad Baharmuz.Tanggal 21 Januari 1919,dibuka cabang ke lima disurabaya. pembukaan cabang di Surabaya ini di nilai sebagai peristiwa amat penting dalam sejarah Al- Irsyad,karena kedudukan Surabaya waktu ini sebagai pusat kegiatan pergerakan islam dan tempat berdomisilinya para pemuka masyarakat muslim pada waktu itu.Cabang ini
pertama kalinya di ketuain Oleh Muhammad bin Rayis bin Thaib.
Pada periode berikutnya, setelah pulau jawa, Al irsyad semakin melebarkan saya at punya keluar jawa.Dari tahun 1927 sampai dengan tahun 1931 telah tercatat berdirinya cabang-cabang Al irsyad di lhokseumawhe Aceh , Menggala Lampung,Sungeiliat Bangka ,labuan haji dan talewang Nusa Tenggara Barat, Pemekasan, Probolinggo, Krian, Jombang, Bangil, Sepanjang, Semarang, Comal, Pemalang, Prowokerto, Indramayu, Cibadak, Sindang laya, dan Solo.sampai tahun 1970-an, cabang Al-Irsyad telah tersebar diseluruh propinsi Sulawesi Utara dan sekarang, hampir disetiap propinsi di Indonesian telah berdiri cabang Al-Irsyad.
Di masing-masing cabanh tersebut, didirikan pusat pendidikan bagi warga Al-Irsyad khususnya, dan masyarakat. Luas pada umumnya.oleh pendirinya,Ahmad Surkati pendidikan formal dipilih sebagai wahana yang tepat untuk menyemaikan dan mengembangkan gagasan-gagasan Al-Irsyad seban agaimana telah dicanangkan dalam Mabadi Al-Irsyad.
Konsistensi dan fokus gerakan terhadap bidang pendidikan formal tampaknya tetap mampu dipertahankan hingga saat ini kiprah al irsyad lebih banyak di fokuskan kepada pengembangan pendidiksn fornal,yang di harapkan mampu membentuk generasi irsyadi.
Jika diklasifikasikan,maka akan terlihat perbedaan perkembangan pendidikan al irsyad dari setiap periode,periode 1914sampai dengan1942 menunjukan adanya perkembangan yang cukup pesat,namun pada periode 1942-1961 terjadi kemunduran .baruhlah pada periode1961-1982,pendidikan Al-Irsyad mengalami kebangkitan kembalidengan di tandai pedirian sekolah-sekolah Al- Irsyad di berapah daerah ditanah air .perkembangan yang cepat terjadi pada periode 1982-1997.pada periode ini Al- Irsyad masih dan berhasil mendirikan lembaga pendidika berupa pesantren dan perguruan tinggi.
Terdapat keunikan dari pengembangan pendidikan Al-Irsyad,yaitu dengan didirikannya pesantren pada tahun 80-an.Jika pada kelompok tradisional {Nahdlatul Ulama}muncul trend mengembangkan pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah umum dan madrasah maka tidak demikian dengan ormas Al Irsyad (dan juga muhammdiyah)yang justeru mendirikan pesantren ,karena didorong oleh kesadaran perlunya memberikan perhatian yang besar pada aspek pendidikan agama.Namun demikian,tipologi pesantren Al Irsyad tetap memiliki perbedaan dengan pesantren milik ormas itu.
Jika pesantren itu didirikan oleh perorangan,maka pesantren Al Irsyad didirikan oleh Jam’iyyah (Organisasi),dengan manajement pesantren yang tidak bersifat kekeluargaan.kitab-kitab yang diajarkan dipesantren Al Irsyad,Meskipun sama-sama berbahasa arab,namun tidak tergolong kitab kuning seperti yang diajarkan dipesantren-pesantren itu.kitab-kitab tersebut ditulis oleh para ulama komtemporer di timur tengah.lebih dari itu,kesan lux juga terlihat pada pesantren-pesantren milik Al Irsyad,jika dibandingkan dengan pesantren-pesantren tradisional,Akibatnya biaya pendidikan pun menjadi mahal.
Bisa dikatakan bahwa dalam pengembangan pendidikan islam di Indonesia,Al Irsyad telah berhasil mempelopori pendirian lembaga-lembaga islam modoren,yang pada massa berikutnya di ikutin oleh ormas-ormas islam lain.Namun demikian,meskipun lembaga pendidikan Al Irsyad didirikan oleh organisasi yang merupakan representasi dari masyarakat keturunan arab,pribumi yang simpati dan bersekolah dilembaga-lembaga pendidikan Al Irsyad,baik sekolah pesantren maupun perguruan tingginya
Meskipun Al Irsyad didirikan tidak hanya oleh Ahmad sukarti,namun berbicara kontributor pemikiran untuk Al Irsyad sosok sukarti tetap menjadi fokus utama.Dia juga menjadi figur utama dan sentral yang tinggi kini gagasan-gagasannya masi dipakai dan menyemangati Al Irsyad.Berbicara tentang gagasan Sukarti,maka tidak salah lagi bahwasanya Sukarti mengadopsi pemikiran dari Muhammd abdul Wahab sebagai sang inspiratornya.
Jika dirunut,genealogi pemikiran keislaman Al Irsyad bermula dari kehadiran Ahmad Sukarti di Indonesia.saat itu,sukarti merasa menghadapi masyarakat yang memiliki kesamaan ciri dengan yang dihadapi Muhammad Abdul Wahab pada masanya.baik Sukarti maupan Abdul Wahab sama-sama dihadapkan pada persoalan yang sangat mendasar dalam agama islam,yakni Taulid kehadiran Sukarti di Indonesia,khususnya dikota Solo,membuat dia merasa prihatin dengan kemurnian ajaran tauhid yang berkembang dimasyarakat.Meskipun agama islam telah berkembang cukup lama di Indonesia,namun pengaruh Hindu-Budha maupun budaya lokal masih sangat kuat,apa lagi di kota Solo yang merupakan pusat situs kerajaan besar di Indonesia,tentu persinggungan islam dengan budaya setempat masih sangat insentif.
Meyikapi kondisi yang demikian,Ahmad Sukarti pernah menyampaikan beberapa pandangan tentang ketauhidan.Apa bila di bandingkan dengan pandangan Muhammad bin Abdul Wahab,maka terdapat kemiripan,sebagai contoh,Sukarti mempersoalkan Bid’ah sebagai berikut:
Pertama, taklid buta sebagaimana yang dilakukan para ulama yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk memahami Al-Quran dan Hadits.Namun mereka menjadikan pendapat seseorang sebagai dalill agama Sukarti menyatakan adapun taklid buta dan menjadikan pendapat orang sebagai dalill agama tidak diperbolehkan oleh allah dan rosull-nya,para sahabat maupun para ulama terdahulu,dan merupakan bid’ah yang sesat.
Kedua,meminta syafa”at . ia mengatakan kepada orang yang sudah mata dan bertawasuldenga Mereka ,surkati menyatakansebagaiperbuatan yang munkar dan bid”a ia menatakan :”meminta syafa”at kepada orang yang mati atau bertawasul kepada mereka adalah perbuatan munkar, sebab hal tersebut tidak pernah di kerjakan oleh rasulullah saw,al khulafa”al rasyidan ataupun oleh para mujtahid ,baik bertawasul dengan rasul sendiri atau dengan yang lain .selain itu ,hal tersebut merupakan sesuatu yang diada –adakan dalam ruang lingkup al din. Setiap yang baru dalam agama adalah bid ”ah ,setiap bid ah adalah sesat ,dan setiap yang sesat akan masuk neraka’’.
Ketiga,dalam kasus pembayaran fidyah membayar sejumlah tebusan kepada orang lain untuk mengganti shalat dan puasa yang di tinggalkan oleh salah seorang anggota keluarganya,ketika menyampaikan fidyah seseorang berkata ;’’terimalah uang ini sebagai penebus shalat dan puasa si fulan ’’.kemudian si penerima menjawab ,’’saya terima pemberian ini ’’ .bagi surkarti,pembuatan ini dilarang karena tidak di dasarkan atas dasar dalil agama ,dan merupakan perbuatan bid’ah.
Keempat,dalam kasus pembacaan talqin untuk mayat yang baru di kubur surkarti melihatnya sebagai pembuatan yang tidak bedasarkan tuntunan al qur’an dan hadits juga tidak ada petunjuk dari para sahabat.
Kelima,pembuatan berdiri pada saat melakukan pembacaan kisah maulid nabi muhammad saw,bagi surkarti bukan perbuatan agama,namun demikian,apa bila perbuatan tersebut di pandang sebagai perbuatan agama,atau termasuk dalam ruang lingkup agama,maka pembuatan tersebuttetap di anggap sebagai perbuatan bid’ah.
Keenam,pengucapan niat (Nawaitu atau Ushalli) bagi Sukarti adalah perbuatan bid’ah.Alasannya,melafalkan niat demikian dipadang sebagai tambahan dalam melaksanakan niat yang seharusnya merupakan maksud didalam hati.Menurut Sukarti pula,ia tidak pernah memperoleh petunjuk bahwa perbuatan tersebut pernah dirawihkan orang dari nabi Muhammad,atau dari para sahabat,walaupun diajarkan oleh salah satu imam yang keempat.Dari berbagai sumber rujukan dapat disimpulkan bahwa niat adalah maksud dalam hati lebih tidak beralasan lagi ialah pendapat tentang wajib atau sunnahnya pengucapan lafal niat tersebut.Itu berarti ”mewajibkan apa yang sebenarnya tidak wajib”.
Ketujuh, adat berkumpul untuk melakukan ritual tahlil dirumah orang yang baru ditimpah musibah kematian menurut Sukarti,merupakan perbuatan Bid’ah dan bertentangan dengan sunnah rasul.Sukarti menilai parbuatan tersebut sebagai perbuatan yang membebeni keluarga yang terkena musibah.Dan perbuatan terpuji yang berkenan dengan keluarga yang terkena musibah adalah penyediakan makanan,sebagaimana Sabda nabi Jafar bin Abi Thalib meninggal dunia.”Buatlah makanan bagi keluarga Jafar, ,sebab mereka telah ditimpa sesuatu yang membuat mereka lupa makan”.
Dan kedelapan, adat berdzikir bersama dan berdoaa bersama setelah shalat wajib lima waktu menurut surkarti, merupakan perbuatan bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasul. Surkati menilai perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang mengada-ada dan menambah-nambah karena Rasulallah selesai sholat wajib lima waktu, langsung mengerjakan sholat sunnah ba’diah dirumah, tetapi kalau ada yang akan dia sampaikan maka dia berdiri lalu menyampaikannya ke umat Muslim.
Pendeknya, dari negara Sudan, Ahmad Surkati datang dengan membawa ”gagasan rasional”. Gagasan itulah yang kemudian memberi kontribusi besar bagi lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyyah, sebuah gerakan pembaharuan untuk memperbaiki pemahaman keberagaman muslim Indonesia.Deliar Noor menyatakan, seperti halnya seperti Modernis muslim Indonesia yang lain. Pemikiran-pemikiran yang berkembang di Al-Irsyad banyak dipengaruhi oleh pemikiran Puritanisme yang berkembang di Timur Tengah, yang diplopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (dengan gerakan Wahabinya), pemikiran tersebut secara intensif masuki Indonesia pada awal abad ke-20, melalui kontak personal antara masyarakat Arab di Indonesia dengan mereka yang berada di Timur Tengah, juga melaui penerbitan-penerbitan majalah, seperti majalah Al-Manar dan lain-lainnya.
C. Jami’atul Khair
Setiap dari mereka gerakan Modernisme Islam termasuk organisasi islam yang beranggoatakan keturunan Arab memiliki karakter gerakan yang berbeda-beda. Ada gerakan Islam yang menekankan pada aspek ekonomi dan politik, ada yang menekankan pada upaya pemurnian ajaran Islam, serta ada yang menekankan pada uapaya pemurnian ajaran Islam, serta ada yang menekankan pada aspek pembaharuan pendidikan Islam.
Contoh gerakan Moderenisme Islam yang berdiri pada awal abad ke-20 adalah Jami’atul khair, sebuah organisasi Islam, yang mana organisasi ini sebagai tempat para Ulama dan aktivis berjuang dan memperjuangkan pembaharuan dalam segala aspek. Jami’atu khair juga sebagai organisasi Islam pertama di Indonesia yang dikelola dengan system (managemen) keorganisasian modern, Jami’atu khairmemliki anggaran dasar, anggaran rumah tangga, buku anggota notulensi rapat, iuran anggota dan lembaga control anggota melalui rapat tahunan, dan lain sebagainya. Konon, lembaga ini telah diusahakan berdirinya sejak tahun 1901.pemrakarsanya adalah golongan terpelajar dari kalangan muslim Indonesia keturunan Arab, dari keluarga shihab dan Yahya. Klan Shihab dan Yahya dikalangan Alawiyyin termasuk dalam stratifikasi sosial kelas rendah.
Dalam proses pendiriannya, Jami’atul khair mengalami banyak hambatan . berulangkali permohonan izin pengesahan diajukan kepada Gubernur Jendral W.Rooseboom, namun selalu ditolak. Penyebabnya tidak jelas pada tahun 1903 misalnya,permohonan izin diajukan, namun ditolak. Kemudian untuk meyakinkan pemerintah colonial Belanda, surat permohonan dikirim berulang kali dengan mencantumkan nama pemohonan yang berbeda, yaitu Said bin Ahmad Basandid dan Muhammad bin Abdurrahman Al-Masyhur.
Setelah lama menunggu, akhirnya izin pendirian Jami’atul khair dikeluarkan pada tanggal 17 Juni 1905, setelah permohonan disetujui oleh Gubernur Jendral J.V.Van Heutsz. Izin pendirian Jami’atul khair keluar disertai catatan dari pemerintah, bahwa Jami’atul khair tidak boleh mendirikan cabang diluar Jakarta.
Pengurus Jami’atul khair angkatan pertama terdiri dari Said bin Ahmad Basandid sebagai ketua, Muhammad bin Abdullah bin Shihab sebagai wakil ketua, Muhammad Al-Fakhir bin Abdurrahman masyhur sebagai sekretaris, dan Idrus bin Ahmad bin Shihab sebagai bendahara, setahun kemudian pengurus Jami’atul khair dirubah dan tersusun pegurus baru dengan Idrus Bin Abdullah Al-Masyhur sebagai ketua , Salim bin Ahmad Balwel sebagai wakil ketua, Muhammad Al-Fakhir bin Abdurrahmnan Al-Masyhur sebagai sekretaris, dan Idrus bin Ahmad bin Shihab sebagai bendahara.
Jami’atul khair semula mencantumkan tujuannya untuk menolong orang-orang Arab yang tinggal di Jakarta pada saat kemetian dan pesta perkawinan. Organisasi ini kemudian mendirikan sekolah pertama di Pekojan Jakarta. Beberapa tahun setelah itu, dibuka pula sekolah-sekolah di Krukut, Tanah Abang dan Bogor, pada bulan Rabiul Awal 1329 H, atau bulan Maret 1911 M.
Datanglah pengajar dari Makkah yang ditujukan untuk memperkuat staf penagajar pada sekolah-sekolah Jami’atul khair mereka adalah Syaikh Ahmad Surkati Al-Anshari ditempatkan disekolah Jami’atul khair di Pekojan dan sekaligus sebagai pemilik sekolah-sekolah Jami’atul khair lainnya.Syaikh Ahmad Tayyib Al-Maghribi ditempatkan disekolah Krukut dan syaikh Muhammad Abdul Hamid Al-Sudani ditempatkan di sekolah Jami’atul khair di Bogor.
Kemudian atas jasa seorang staf pimpinan Jami’atul khair, Abdullah Al-Attas, didatangkan pula seorang pengajar asak Tunis dan lulusan kulliyyah Azzaitun, yaitu Muhammad Al-Hasyimi, kemudian ditempat disekolah Jami’atul khair di Tanah Abang.
Muhammad Al-Hasyimi adalah seorang berkebangsaan Tunis yang pernah ikut memberontak melawan pemerintah Prancis, ia dikenal sebagai guru olahraga dan memiliki berbagai pengetahuan keterampilan, seperti memasak, membuat sabun dan lain sebagainya. Dialah yang pertama kali yang mengenalkan gerakan kepanduan dikalangan umat Islam Indonesia. dengan demikian ia mestinya disebut sebagai “bapak kepanduan Islam Indonesia”.
Dalam perkembangan berikutnya, Abdullah Al-Atas mengalami perselisihan dengan pengurus Jami’atul khair. Karena perselisihan itu dia memutuskan untuk meninggalkan Jami’atul khair, dan mendirikan Al-Atas school pada tahun 1912.langkah Abdullah Al-Atas ini diikuti oleh Al-Hasyimi dengan cara meninggalkan Jami’atul khair dan bergabung dengan Al-Atas Schcool. Namun ketika Al-Irsyad berdiri, dia meninggalkan Al-Atas school dan bergabung dengan Al-Irsyad serta menjadi guru pada sekolah Al-Irsyad.
Dua tahun kamudian, atas jasa Ahmad Surkati, didatangkan empat orang pengajar lagi, yaitu syaikh Ahmad Al-Aqib Assudani. Ditempatkan di sekolah Al-Khairyyah di Surabaya, syaikh Abul Fadhel Muhammad Assati Al-Anshari, saudara kandung Ahmad Surkati ditempatkan disekolah Jami’atul khair di Tanah Abang, syaikh Muhammad Nur Muhammad Khair An-Anshari ditempat disekolah Jami’atul khair di Pekojan dan Jami’atul khair di Krukut. Dalam perkembangan selanjutnya Syaikh Hasan Hamid Al-Anshari dipindahkan ke Bogor karena syaikh Muhammad Abdul Hamid Assudani kembali ke Negerinya.
Kesimpulan
Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang Statis, semua pasti mengalami perubahan dan perkembangan.salah stu faktor penting yang mendorong perubahan dan perkembangan itu adalah adanya kontak pergaulan dengan masyarakat yang lebih maju sehingga terangsang untuk mengejar ketertigalannya atau bisa sejajar dengan mitra pergaulannya. Pada permulaan abad ke-20 banyak orang Islam di Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan dapat menyaingi kekuatan kolonialisme penjajahan Belanda dan mengejar ketertinggalan dari Barat, apabila mereka melanjutkan cara-cara yang bersifat trdisional dalam menegakkan ajaran Islam golongan ini merintis cara-cara baru dalam memahami dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat oleh sebab itu, mereka disebut kaum pembaharu.
Para pembaharu did Indonesia mengikuti jejak kaum pembaharu di Timur Tengah, terutama yang berpusat di Mesir.. Mereka berkenalam dengan gagasan tajdid melalui bacaan dan pertemuan langsung dengan tokohtokohnya sewaktu mereka menuntut ilmu di Timur Tengah. Terutama di Al-Haramain atau dua tanah suci yaitu Mekkah dan Madinah.
Menurut kami disimpulkan pembaharuan yang dilakukan Jami’atul Khoir, Padri, dan Al-Irsyad secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. menyegarkan pemahaman ajaran Islam dengan membuka kembali pintu Ijtihad.
b. Mengembangkan pemikiran rasional.
c. Memurnikan Aqidah umat Islam.
Daftar Pustaka
M.Mukhsin Jamil, Nalar Islam Nusantara, 2007, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Departemen Agama RI.
Badrus Zaman, Sejarah Kebudayaan Islam, 2005, Surakarta: Amand Press
Abdullah,Tradisi Dan Kebngkita Islam di Asia Tenggara, 1989,Jakarta: Lp3 Press,
Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia, 1985,Jakarta: Grafitti Press.
Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia,1980 Jakarta:Lp3 Press
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,1994, Semarang : PT Karya Toha Semarang.
GERAKAN PADERI, JAM’IYYATUL KHAIR, DAN AL-ISRSYAD
Munculnya gerakan Modernisme Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 dipengaruhi oleh berbagai variabel penting yang melatar belakanginya. Menurut Steenbrink, setidaknya terdapat empat faktor penting yang mendorong ”perubahan dan pembaharuan Islam di Indonesia” pada saat itu.
Pertama, adanya tekanan kuat untuk kembali kepada ajaran Al-quran dan Hadist, yang keduanya dijadikan sebagai landasan berfikir untuk menilai pola keagamaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Tema sentral dari kecendrungan ini adalah menolak setiap pengaruh budaya lokal yang dianggap mengontaminasi kemurnian ajaran Islam. Sehingga upaya kembali pada ajaran Al-Qur`an dan Hadist dipilih sebagai jawaban solutif atas problem keberagaman yang meluas di masyarakat.
Kedua, kuatnya semangat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda. Gerakan perlawanan ini banyak direalisasikan oleh kelompok nasionalis yang terus berusaha menentang kebijakan penjajah belanda, tetapi mereka juga enggan menerima gerakan Pan-Islamisme. Ketiga, kuatnya motivasi dari komunitas muslim untuk mendirikan organisasi dibidang sosial –ekonomi yang diharapkan bermanfaat demi kepentingan mereka sendiri, maupun kepentingan publik. Keempat, gencarnya upaya memperbaiki pendidikan Islam.
A. Kaum Paderi
Paderi adalah sebuah nama didaerah padang. Yang mana didaerah inilah awal mulanya diterapkannya gerakan puritanisme di Indonesia. Gerakan puritanisme adalah sebuah gerakan pemurnian ajaran islam yang telah terpengaruh atau telah tercemari oleh ajaran-ajaran yang datang dari luar Islam. Gerakan ini pertama kali di plopori oleh Muhammad ibn Abdul Wahab, di Nejd. Berkat bantuan penguasa keluarga su`ud faham ini berkembang pesat diwilayah jazirah Arabia, bahkan sempat menggoyahkan pemerintah kerajaan Turki Usmani.
Gerakan puritanisme ini dibawa masuk kewilayah Indonesia oleh tiga orang kaum muda paderi yang baru pulang kembali dari tanah suci selepas melaksanakan ibadah haji, mereka itu adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang pada tahun 1803 Masehi.
Mereka kemudian membentuk kelompok yang terkenal dengan kelompok Harimau Nan Salapan atau kaum muda Paderi mereka mengadakan penentangan terhadap praktek kehidupan beragama masyarakat Minang Kabau, yang telah terpengaruh oleh unsur-unsur tahayul, bid’ah, dan kurafat. Masyarakatnya sudah menyimpang jauh dari tradisi keagamaan yang telah ada. Perjudian, penyabungan ayam, dan sebagainya adalah contoh dari sebagian kecil perbuatan mereka yang waktu telah merupakan perbuatan atau suatu hal yang biasa.oleh karena itu, kedatangan tiga orang Haji ini, yang kemudian bersekutu dengan tuanku Nan Renceh dan tuanku Imam Bonjol, melakukan gerakan kemurnian ajaran Islam. Karena aktifitas mereka dianggap cukup membahayakan keberadaan kaum tua atau kaum adat paderi, maka kaum tua meminta bantuan Belanda pada tahun 1821-1937 M terjadilah perang paderi. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu kaum Ulama mengalami kekalahan Ulama dalam perang paderi dalam menghadapi
Belanda, bukanlah membuat patah semangat para tokoh pejuang pembaharu itu,tetapi gerakannya semakin hebat. Gerakan pembaharuan itu tidak lagi bersifat politik agama, tetapi dialihkan kedalam gerakan pembaharuan pendidikan.
Perang paderi dianggap sebagai pembaharuan Islam di karena tujuan dari perang paderi adalah memiliki kekuasaan yang kuat dan dengan memiliki kekuatan atas kekuasaan kaum ulama dapat menguatakan ajaran Islam yang telah banyak ditinggalkan. Kondisi pada saat itu daerah Minangkabau jauh dari apa yang Isalam ajarkan dan syariatkan oleh agama Islam .
Para Ulama giat mengadakan ceramah-ceramah, pengajian, mendirikan madrasah dan Pondok Pesantern yang diberi nama Sumatera Thawalib. Pengaruh gerakan ini lalu meluas keseluruh tanah air yang diikuti dengan bermunculannya berbagai organisasi Islam pada zaman pergerakan nasional di Indonesia pada abad ke-20 Masehi.
B. Al-Irsyad
Jika ditelusuri awal mulanya, munculnya Al-Irsyad dilatarbelakangi oleh terjadinya pertentangan dalam Jami’at Al-Khair, terkait persoalan konsep kafa’ah dalam pernikahan. Yakni, apakah mereka yang memiliki gelar sayyid boleh menikah dengan rakyat biasa atau tidak? Bagi masyarakat arab modernis, perkawinan semacam itu sah, akan tetapi menurut kaum tradisionalis, pernikahan itu dianggap tidak sah, karena salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya kafa’ah antara kedua mempelai. Kalau syarat kafa’ah ini tidak terpenuhi maka perkawinan dianggap batal atau tidak sah.
Semula, perdebatan kafa’ah ini muncul pertama kali ketika Ahmad Surkati berkunjung ke Solo, tepatnya dalam suatu pertemuan di kediaman Al-Hamid dari keluarga Al-Azami. Pada saat menjamu Surkati ini terjadi pembicaraan tentang nasib seorang syarifah, yang karena tekanan ekonomi terpaksa hidup bersama seorang China di Solo. Surkati menyarankan agar dicarikan dana secukupnya untuk memisahkan kedua orang yang tengah kumpul kebo itu. Pilihan lain yang diajukan Surkati adalah hendaknya dicarikan seorang muslim yang ikhlas menikahi secara sah si Syarifah tersebut, agar ia bisa terlepas dari gelimang dosa.
Salah seorang yang hadir, Umar bin Said Sungkar bertanya pada Surkati: ”apakah yang demikian itu diperbolehkan menurut hukum ajaran agama Islam, sementara ada hukum yang mengharamkan karena tidak memenuhi syarat kafa’ah, meskipun syarat-syarat lainnya sudah terpenuhi”.
Setelah Surkati mengeluarkan fatwa tentang sahnya pernikahan yang tidak sekutu tersebut, kemudian terjadi pertentangan yang terkenal dengan ”Fatwa Solo”. Fatwa tersebut telah ”Mengguncang” masyarakat Arab golongan Alawi. Fatwa ini dianggap sebagai penghinaan besar terhadap kelompok mereka. Mereka menuntut kepada Surkati agar bersedia mencabut fatwanya, namun Surkati tetap mempertahankan fatwanya dan berusaha menghormati pendapat publik baik yang setuju maupun yang menolak.
Akibat telah mengeluarkan fatwa, pada tahun 1914 Ahmad Surkati dikeluarkan dari Jami’atul Al-Khair. Setelah dikeluarkan dari jami’atul Al-Khair dengan dibantu oleh Sayyid Saleh bin Ubaid Abdatu dan Sayyid Said Masya’bi untuk mendirikan madrasah Al-Irsyah Al-Islamiyah yang diresmikan pada tanggal 15 Syawal 1332 H. Bertepatan dengan 6 September 1914 dengan dia sendiri sebagai pimpinannya.
Tidak lama setelah Surkati dikeluarkan dari Jami’atu Al-Khair, keluar pula para guru yang berasal dari Makkah, baik yang datang bersama Surkati maupun yang datang atas jasa Surkati. Sebagian mereka kembali ke Makkah dan sebagian tetap tinggal di Indonesia dan bergabung dengan Al-Irsyad sampai akhir hayat mereka di Indonesia. Di antara mereka adalah: Abul Fadhel Muhammad Khair Al-Anshori yang tidak lain adalah saudara kandung Surkati, Syaikh Muhammad Nur Muhammad Khair Al-Anshori, dan lain sebagainya.
Izin untuk pembukaan dan pengelolaan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah berada ditangan dan atas nama Surkati. Berdasarkan ordonasi guru 1905 yang mengatur pendidikan islam, beban tanggung jawab Surkati akan ringan apabila Madrasah tersebut dinaungi oleh satu organisasi yang teratur dan memiliki status badan hukum. Maka disiapkanlah berdirinya Jami’iyyah Al-ishlah wa Al-irsyad Al-Arabiyyah, yang beberapa tahun kemudian diganti dengan nama Jami’iyyah Al-Ishlah wal Irsyad Al-Islamiyyah.
Permohonan pengesahan diajukan kepada Gubernur Jendral AWF. I den Burg, sementara pengurusan Madrasah dilaksanakan oleh suatu badan yang diberi nama: Hai’ah Madaris Jami’iyyah Al-Irsyad yang diketuai oleh Sayyid Abdullah bin Abu Bakar Al-Habsyi. Meskipun pengesahan dari Gubernur Jendral belum keluar, Syaikh Umar Yusuf Manggus telah berhasil menyewa gedung bekas hotel ORT yang tidak berfungsi lagi di Molenulist West, Jakarta, guna memenuhi kebutuhan yang agak mendesak karena perhatian dan peminat yang luar biasa.
Penghimpunan Al-Irsyad (sebagai lembaga yang memiliki hukum) akhirnya memperoleh pengakuan dari Gubernur Jendral pada tanggal 11 Agustus 1915. Dengan keputusan no 47, yang disiarkan dalam Javache Courant nomor 67 tanggal 20 Agustus 1915. Sejak itu Al-Irsyad, meminjam ungkapan Badjerei; ”meluncur laksana meteor; enerjik dan penuh vitalitas; kian hari kian besar dan meningglkan jami’at Al-Khoir jauh dibelakangnya.
Dalam perjalanannya, Al-Irsyad terlihat sering menjalin kerjasama dengan organisasi Modernis Islam lainnya, seperti Muhammadiyyah dan Persis sebagaimana diungkapkan oleh Badjerei berikut ini:
”Dengan lahirnya persatuan Islam di Bandung, pada tahun 1923, kemudian dengan munculnya Fachruddin pada pimpinan Muhammadiyyah kegiatan dakwah menjadi kian semarak dakwah Muhammadiyyah dan Persis diucapkan pula diucapkan diisi oleh tenaga-tenaga dari Al-Irsyad, khusnya dari kelompok izh harAl-Haq ini, ketika Ali Harahah berangkat ke Hejaz dan bermukim kesana, sekitar satu tahun delapan bulam dan baru kembali ke Jakarta bulan juni 1929, kegiatan Izhar Al-haq ikut berhenti. Meskipun demikian Muhammadiyyah persatuan Islam dan Al-Irsyad merupakan ”tiga serangkai” yang tak terpisahkan sehingga saat ini”.
Kerjasama antara Al-Irsyad dengan organisasi Modernis Islam lainnya terus Berlanjut pada kongres Al-Islam ke-1 di Cirebon pada tahun 1922, kongres Al-Islam ke-2 tahun 1923 di Garud, kongres ke-3 di Surabaya tahun 1924, kongres Al-Islam ke-4 di Yogyakarta tahun 1925, kongres Al-Islam ke-5 di Bandung tahun 1926(Hussein Banjerei, 1996:114). Al-Irsyad juga menjalin kerjasama dengan gerakan-gerakan Islam lain dalam majelis islam A’la Indonesia MIAL.
Menurut Hussein Badjerei, salah seorang tokoh pemikir dari Al-Irsyad, organisasi Al-Irsyad didirikan bukan untuk melawana atau menandingi Jami’at Al-Khoir. Al-Irsyad lahir bukan karena desakan kebencian kepada segolongan masyarakat Arab yang saat itu di sebut Alawiyyin. Semasa Surkati masih hidup, Al-Irsyad tidak melulu mengurusi dan berdakwah kepada masyarakat Arab Hadrami; tidak melulu mengurusi perantau dari Hadramaut. Risalahnya cukup luas, surkati tidak mululu mengurusi persoalan pembaharuan dikalangan masyarakat Arab hadrawi.
Perhimpunan Al-Irsyad juga tidak dibangun dari asas kekesalah kemarahan, para pemimpinnya bukanlah diktator. Karena itulah Al-Irsyad bisa hidup terus sepanjang waktu, meski parapemimpinnya wafat dan silih berganti, sebagai kelompok organisasi Islam tertua yang telah meneliti sejarah di berbagai jama’ah, dari zaman penjajahan Belanda sampai sekarang ini.
Masa formatif Al-Irsyad diawali sejak kelahirannya. Akte pendirian dan anggaran dasar Al-Irsyad disahkan oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan nomor 47, tertanggal 11agustus 1915, dan disiarkan dalam surat kabar Javasche Courant Nomor 67, tertanggal 20 Agustus 1915. Keputusan ini kemudian menjadi izin resmi kelahiran organisasi ini, yaitu 19 Agustus 1915, dalam keputusan ini pula tercatat pengurus pertamanya, yaitu: Salim bin Awad Balweel sebagai ketua, Muhammad Ubaid Abud sebagai sekretaris, Said bin Salim Masya’bi sebagai bendahara, dan saleh bin Obeid bin Abdat sebagai penasehat.
Setelah peristiwa dikeluarkannya beslit dari Gubernur Jendral pada hari selasa tanggal 19 syawal 1333/31 Agustus 1915,maka diadakan rapat umum anggota.dalam rapat itu diputuskan susunan pengurus untuk kepentingan intern,yaitu;salim bin awad bal weel sebagai ketua, saleh bin obeid bin abdat sebagai wakil ketua,Muhammad Ubait Abut sebagai sekretaris,Said bin Salim Masy’abi sebagai bendahara.
Untuk lebih mendinamisasikan gerak dan langkah organisasi serta berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat,dalam kepengurusannya Al-Irsyad membentuk majelis-majelis yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda,antara lain;1. majelis pendidikan dan pengajaran;2,majelis dakwah;3,majelis sosial dan ekonomi ;4,Majelis wakaf dan yayasan;5 majelis wanita dan putri:6.majelis pemuda dan pelajar :7,majelis organisasi dan kelembagaan ;8, Majelis hubungan luar negri.
Patut garis bawahi bahwa dalam penyebaran gagasan atau pemikirannya,Al- Irsyad lebih memfokuskan pada upaya perbaikan dan pelayanan pendidikan.Ini biasa dilihat dari pembukaan sekolah Al-Isyad yang didukung oleh pemuka-pemuka arab.Terutama Syaikh Umar Manggus,yang saat itu menjabat sebagai kapten arab.Tokoh ini yang memberi saran agar didirikan suatu perkumpulan untuk menunjang sekolah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati tersebut. Atas dukungan itu,berdirilah sekolah”Jam’iyyah Al Ishlah Wa Al Irsyad Al Islamiyyah”.Agar kehadirannya tidak terkesan hanya diperuntukkan bagi orang arab,maka beberapa waktu kemudian namanya di ubah menjadi ”Jam’iyyah Al- Irsyad Al-Islamiyyah”.Yang selanjutnya dikenal dengan nama Al- Irsyad,Al- Irsyad beranggotakan semua orang islam yang berumur 18 tahun atau yang telah beristri dan tingggal di wilayah Indonesia.
Periode perkembangan Al- Irsyad ditandai dengan pembukaan cabang-cabang Al -Irsyad dengan prioritas pertama pulau Jawa.Pada tanggal 29 Agustus 1917 Al- Irsyad membuka cabang yang pertama di Tegal,dengan diketahui oleh Ahmad Ali Bais.Pada tanggal 20 November 1917 di resmikan pula keputusan untuk pembukaan cabang Al -Irsyad kedua,yaitu di Pekalongan dengan ketua pertama kalinya Said Bin Salaim Sahaq,cabang Al Irsyad ketiga dibuka di Bumiayu pada tanggal 14 Oktober 1918,dengan ketuanya yang pertama adalah Husein Bin Muhammad Al Yazidi pada tanggal 31 Oktober 1918 Al Irsyad membuka cabang ke empat di cerebon,dengan ketua pertamanya Ali Awad Baharmuz.Tanggal 21 Januari 1919,dibuka cabang ke lima disurabaya. pembukaan cabang di Surabaya ini di nilai sebagai peristiwa amat penting dalam sejarah Al- Irsyad,karena kedudukan Surabaya waktu ini sebagai pusat kegiatan pergerakan islam dan tempat berdomisilinya para pemuka masyarakat muslim pada waktu itu.Cabang ini
pertama kalinya di ketuain Oleh Muhammad bin Rayis bin Thaib.
Pada periode berikutnya, setelah pulau jawa, Al irsyad semakin melebarkan saya at punya keluar jawa.Dari tahun 1927 sampai dengan tahun 1931 telah tercatat berdirinya cabang-cabang Al irsyad di lhokseumawhe Aceh , Menggala Lampung,Sungeiliat Bangka ,labuan haji dan talewang Nusa Tenggara Barat, Pemekasan, Probolinggo, Krian, Jombang, Bangil, Sepanjang, Semarang, Comal, Pemalang, Prowokerto, Indramayu, Cibadak, Sindang laya, dan Solo.sampai tahun 1970-an, cabang Al-Irsyad telah tersebar diseluruh propinsi Sulawesi Utara dan sekarang, hampir disetiap propinsi di Indonesian telah berdiri cabang Al-Irsyad.
Di masing-masing cabanh tersebut, didirikan pusat pendidikan bagi warga Al-Irsyad khususnya, dan masyarakat. Luas pada umumnya.oleh pendirinya,Ahmad Surkati pendidikan formal dipilih sebagai wahana yang tepat untuk menyemaikan dan mengembangkan gagasan-gagasan Al-Irsyad seban agaimana telah dicanangkan dalam Mabadi Al-Irsyad.
Konsistensi dan fokus gerakan terhadap bidang pendidikan formal tampaknya tetap mampu dipertahankan hingga saat ini kiprah al irsyad lebih banyak di fokuskan kepada pengembangan pendidiksn fornal,yang di harapkan mampu membentuk generasi irsyadi.
Jika diklasifikasikan,maka akan terlihat perbedaan perkembangan pendidikan al irsyad dari setiap periode,periode 1914sampai dengan1942 menunjukan adanya perkembangan yang cukup pesat,namun pada periode 1942-1961 terjadi kemunduran .baruhlah pada periode1961-1982,pendidikan Al-Irsyad mengalami kebangkitan kembalidengan di tandai pedirian sekolah-sekolah Al- Irsyad di berapah daerah ditanah air .perkembangan yang cepat terjadi pada periode 1982-1997.pada periode ini Al- Irsyad masih dan berhasil mendirikan lembaga pendidika berupa pesantren dan perguruan tinggi.
Terdapat keunikan dari pengembangan pendidikan Al-Irsyad,yaitu dengan didirikannya pesantren pada tahun 80-an.Jika pada kelompok tradisional {Nahdlatul Ulama}muncul trend mengembangkan pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah umum dan madrasah maka tidak demikian dengan ormas Al Irsyad (dan juga muhammdiyah)yang justeru mendirikan pesantren ,karena didorong oleh kesadaran perlunya memberikan perhatian yang besar pada aspek pendidikan agama.Namun demikian,tipologi pesantren Al Irsyad tetap memiliki perbedaan dengan pesantren milik ormas itu.
Jika pesantren itu didirikan oleh perorangan,maka pesantren Al Irsyad didirikan oleh Jam’iyyah (Organisasi),dengan manajement pesantren yang tidak bersifat kekeluargaan.kitab-kitab yang diajarkan dipesantren Al Irsyad,Meskipun sama-sama berbahasa arab,namun tidak tergolong kitab kuning seperti yang diajarkan dipesantren-pesantren itu.kitab-kitab tersebut ditulis oleh para ulama komtemporer di timur tengah.lebih dari itu,kesan lux juga terlihat pada pesantren-pesantren milik Al Irsyad,jika dibandingkan dengan pesantren-pesantren tradisional,Akibatnya biaya pendidikan pun menjadi mahal.
Bisa dikatakan bahwa dalam pengembangan pendidikan islam di Indonesia,Al Irsyad telah berhasil mempelopori pendirian lembaga-lembaga islam modoren,yang pada massa berikutnya di ikutin oleh ormas-ormas islam lain.Namun demikian,meskipun lembaga pendidikan Al Irsyad didirikan oleh organisasi yang merupakan representasi dari masyarakat keturunan arab,pribumi yang simpati dan bersekolah dilembaga-lembaga pendidikan Al Irsyad,baik sekolah pesantren maupun perguruan tingginya
Meskipun Al Irsyad didirikan tidak hanya oleh Ahmad sukarti,namun berbicara kontributor pemikiran untuk Al Irsyad sosok sukarti tetap menjadi fokus utama.Dia juga menjadi figur utama dan sentral yang tinggi kini gagasan-gagasannya masi dipakai dan menyemangati Al Irsyad.Berbicara tentang gagasan Sukarti,maka tidak salah lagi bahwasanya Sukarti mengadopsi pemikiran dari Muhammd abdul Wahab sebagai sang inspiratornya.
Jika dirunut,genealogi pemikiran keislaman Al Irsyad bermula dari kehadiran Ahmad Sukarti di Indonesia.saat itu,sukarti merasa menghadapi masyarakat yang memiliki kesamaan ciri dengan yang dihadapi Muhammad Abdul Wahab pada masanya.baik Sukarti maupan Abdul Wahab sama-sama dihadapkan pada persoalan yang sangat mendasar dalam agama islam,yakni Taulid kehadiran Sukarti di Indonesia,khususnya dikota Solo,membuat dia merasa prihatin dengan kemurnian ajaran tauhid yang berkembang dimasyarakat.Meskipun agama islam telah berkembang cukup lama di Indonesia,namun pengaruh Hindu-Budha maupun budaya lokal masih sangat kuat,apa lagi di kota Solo yang merupakan pusat situs kerajaan besar di Indonesia,tentu persinggungan islam dengan budaya setempat masih sangat insentif.
Meyikapi kondisi yang demikian,Ahmad Sukarti pernah menyampaikan beberapa pandangan tentang ketauhidan.Apa bila di bandingkan dengan pandangan Muhammad bin Abdul Wahab,maka terdapat kemiripan,sebagai contoh,Sukarti mempersoalkan Bid’ah sebagai berikut:
Pertama, taklid buta sebagaimana yang dilakukan para ulama yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk memahami Al-Quran dan Hadits.Namun mereka menjadikan pendapat seseorang sebagai dalill agama Sukarti menyatakan adapun taklid buta dan menjadikan pendapat orang sebagai dalill agama tidak diperbolehkan oleh allah dan rosull-nya,para sahabat maupun para ulama terdahulu,dan merupakan bid’ah yang sesat.
Kedua,meminta syafa”at . ia mengatakan kepada orang yang sudah mata dan bertawasuldenga Mereka ,surkati menyatakansebagaiperbuatan yang munkar dan bid”a ia menatakan :”meminta syafa”at kepada orang yang mati atau bertawasul kepada mereka adalah perbuatan munkar, sebab hal tersebut tidak pernah di kerjakan oleh rasulullah saw,al khulafa”al rasyidan ataupun oleh para mujtahid ,baik bertawasul dengan rasul sendiri atau dengan yang lain .selain itu ,hal tersebut merupakan sesuatu yang diada –adakan dalam ruang lingkup al din. Setiap yang baru dalam agama adalah bid ”ah ,setiap bid ah adalah sesat ,dan setiap yang sesat akan masuk neraka’’.
Ketiga,dalam kasus pembayaran fidyah membayar sejumlah tebusan kepada orang lain untuk mengganti shalat dan puasa yang di tinggalkan oleh salah seorang anggota keluarganya,ketika menyampaikan fidyah seseorang berkata ;’’terimalah uang ini sebagai penebus shalat dan puasa si fulan ’’.kemudian si penerima menjawab ,’’saya terima pemberian ini ’’ .bagi surkarti,pembuatan ini dilarang karena tidak di dasarkan atas dasar dalil agama ,dan merupakan perbuatan bid’ah.
Keempat,dalam kasus pembacaan talqin untuk mayat yang baru di kubur surkarti melihatnya sebagai pembuatan yang tidak bedasarkan tuntunan al qur’an dan hadits juga tidak ada petunjuk dari para sahabat.
Kelima,pembuatan berdiri pada saat melakukan pembacaan kisah maulid nabi muhammad saw,bagi surkarti bukan perbuatan agama,namun demikian,apa bila perbuatan tersebut di pandang sebagai perbuatan agama,atau termasuk dalam ruang lingkup agama,maka pembuatan tersebuttetap di anggap sebagai perbuatan bid’ah.
Keenam,pengucapan niat (Nawaitu atau Ushalli) bagi Sukarti adalah perbuatan bid’ah.Alasannya,melafalkan niat demikian dipadang sebagai tambahan dalam melaksanakan niat yang seharusnya merupakan maksud didalam hati.Menurut Sukarti pula,ia tidak pernah memperoleh petunjuk bahwa perbuatan tersebut pernah dirawihkan orang dari nabi Muhammad,atau dari para sahabat,walaupun diajarkan oleh salah satu imam yang keempat.Dari berbagai sumber rujukan dapat disimpulkan bahwa niat adalah maksud dalam hati lebih tidak beralasan lagi ialah pendapat tentang wajib atau sunnahnya pengucapan lafal niat tersebut.Itu berarti ”mewajibkan apa yang sebenarnya tidak wajib”.
Ketujuh, adat berkumpul untuk melakukan ritual tahlil dirumah orang yang baru ditimpah musibah kematian menurut Sukarti,merupakan perbuatan Bid’ah dan bertentangan dengan sunnah rasul.Sukarti menilai parbuatan tersebut sebagai perbuatan yang membebeni keluarga yang terkena musibah.Dan perbuatan terpuji yang berkenan dengan keluarga yang terkena musibah adalah penyediakan makanan,sebagaimana Sabda nabi Jafar bin Abi Thalib meninggal dunia.”Buatlah makanan bagi keluarga Jafar, ,sebab mereka telah ditimpa sesuatu yang membuat mereka lupa makan”.
Dan kedelapan, adat berdzikir bersama dan berdoaa bersama setelah shalat wajib lima waktu menurut surkarti, merupakan perbuatan bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasul. Surkati menilai perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang mengada-ada dan menambah-nambah karena Rasulallah selesai sholat wajib lima waktu, langsung mengerjakan sholat sunnah ba’diah dirumah, tetapi kalau ada yang akan dia sampaikan maka dia berdiri lalu menyampaikannya ke umat Muslim.
Pendeknya, dari negara Sudan, Ahmad Surkati datang dengan membawa ”gagasan rasional”. Gagasan itulah yang kemudian memberi kontribusi besar bagi lahirnya Al-Irsyad Al-Islamiyyah, sebuah gerakan pembaharuan untuk memperbaiki pemahaman keberagaman muslim Indonesia.Deliar Noor menyatakan, seperti halnya seperti Modernis muslim Indonesia yang lain. Pemikiran-pemikiran yang berkembang di Al-Irsyad banyak dipengaruhi oleh pemikiran Puritanisme yang berkembang di Timur Tengah, yang diplopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (dengan gerakan Wahabinya), pemikiran tersebut secara intensif masuki Indonesia pada awal abad ke-20, melalui kontak personal antara masyarakat Arab di Indonesia dengan mereka yang berada di Timur Tengah, juga melaui penerbitan-penerbitan majalah, seperti majalah Al-Manar dan lain-lainnya.
C. Jami’atul Khair
Setiap dari mereka gerakan Modernisme Islam termasuk organisasi islam yang beranggoatakan keturunan Arab memiliki karakter gerakan yang berbeda-beda. Ada gerakan Islam yang menekankan pada aspek ekonomi dan politik, ada yang menekankan pada upaya pemurnian ajaran Islam, serta ada yang menekankan pada uapaya pemurnian ajaran Islam, serta ada yang menekankan pada aspek pembaharuan pendidikan Islam.
Contoh gerakan Moderenisme Islam yang berdiri pada awal abad ke-20 adalah Jami’atul khair, sebuah organisasi Islam, yang mana organisasi ini sebagai tempat para Ulama dan aktivis berjuang dan memperjuangkan pembaharuan dalam segala aspek. Jami’atu khair juga sebagai organisasi Islam pertama di Indonesia yang dikelola dengan system (managemen) keorganisasian modern, Jami’atu khairmemliki anggaran dasar, anggaran rumah tangga, buku anggota notulensi rapat, iuran anggota dan lembaga control anggota melalui rapat tahunan, dan lain sebagainya. Konon, lembaga ini telah diusahakan berdirinya sejak tahun 1901.pemrakarsanya adalah golongan terpelajar dari kalangan muslim Indonesia keturunan Arab, dari keluarga shihab dan Yahya. Klan Shihab dan Yahya dikalangan Alawiyyin termasuk dalam stratifikasi sosial kelas rendah.
Dalam proses pendiriannya, Jami’atul khair mengalami banyak hambatan . berulangkali permohonan izin pengesahan diajukan kepada Gubernur Jendral W.Rooseboom, namun selalu ditolak. Penyebabnya tidak jelas pada tahun 1903 misalnya,permohonan izin diajukan, namun ditolak. Kemudian untuk meyakinkan pemerintah colonial Belanda, surat permohonan dikirim berulang kali dengan mencantumkan nama pemohonan yang berbeda, yaitu Said bin Ahmad Basandid dan Muhammad bin Abdurrahman Al-Masyhur.
Setelah lama menunggu, akhirnya izin pendirian Jami’atul khair dikeluarkan pada tanggal 17 Juni 1905, setelah permohonan disetujui oleh Gubernur Jendral J.V.Van Heutsz. Izin pendirian Jami’atul khair keluar disertai catatan dari pemerintah, bahwa Jami’atul khair tidak boleh mendirikan cabang diluar Jakarta.
Pengurus Jami’atul khair angkatan pertama terdiri dari Said bin Ahmad Basandid sebagai ketua, Muhammad bin Abdullah bin Shihab sebagai wakil ketua, Muhammad Al-Fakhir bin Abdurrahman masyhur sebagai sekretaris, dan Idrus bin Ahmad bin Shihab sebagai bendahara, setahun kemudian pengurus Jami’atul khair dirubah dan tersusun pegurus baru dengan Idrus Bin Abdullah Al-Masyhur sebagai ketua , Salim bin Ahmad Balwel sebagai wakil ketua, Muhammad Al-Fakhir bin Abdurrahmnan Al-Masyhur sebagai sekretaris, dan Idrus bin Ahmad bin Shihab sebagai bendahara.
Jami’atul khair semula mencantumkan tujuannya untuk menolong orang-orang Arab yang tinggal di Jakarta pada saat kemetian dan pesta perkawinan. Organisasi ini kemudian mendirikan sekolah pertama di Pekojan Jakarta. Beberapa tahun setelah itu, dibuka pula sekolah-sekolah di Krukut, Tanah Abang dan Bogor, pada bulan Rabiul Awal 1329 H, atau bulan Maret 1911 M.
Datanglah pengajar dari Makkah yang ditujukan untuk memperkuat staf penagajar pada sekolah-sekolah Jami’atul khair mereka adalah Syaikh Ahmad Surkati Al-Anshari ditempatkan disekolah Jami’atul khair di Pekojan dan sekaligus sebagai pemilik sekolah-sekolah Jami’atul khair lainnya.Syaikh Ahmad Tayyib Al-Maghribi ditempatkan disekolah Krukut dan syaikh Muhammad Abdul Hamid Al-Sudani ditempatkan di sekolah Jami’atul khair di Bogor.
Kemudian atas jasa seorang staf pimpinan Jami’atul khair, Abdullah Al-Attas, didatangkan pula seorang pengajar asak Tunis dan lulusan kulliyyah Azzaitun, yaitu Muhammad Al-Hasyimi, kemudian ditempat disekolah Jami’atul khair di Tanah Abang.
Muhammad Al-Hasyimi adalah seorang berkebangsaan Tunis yang pernah ikut memberontak melawan pemerintah Prancis, ia dikenal sebagai guru olahraga dan memiliki berbagai pengetahuan keterampilan, seperti memasak, membuat sabun dan lain sebagainya. Dialah yang pertama kali yang mengenalkan gerakan kepanduan dikalangan umat Islam Indonesia. dengan demikian ia mestinya disebut sebagai “bapak kepanduan Islam Indonesia”.
Dalam perkembangan berikutnya, Abdullah Al-Atas mengalami perselisihan dengan pengurus Jami’atul khair. Karena perselisihan itu dia memutuskan untuk meninggalkan Jami’atul khair, dan mendirikan Al-Atas school pada tahun 1912.langkah Abdullah Al-Atas ini diikuti oleh Al-Hasyimi dengan cara meninggalkan Jami’atul khair dan bergabung dengan Al-Atas Schcool. Namun ketika Al-Irsyad berdiri, dia meninggalkan Al-Atas school dan bergabung dengan Al-Irsyad serta menjadi guru pada sekolah Al-Irsyad.
Dua tahun kamudian, atas jasa Ahmad Surkati, didatangkan empat orang pengajar lagi, yaitu syaikh Ahmad Al-Aqib Assudani. Ditempatkan di sekolah Al-Khairyyah di Surabaya, syaikh Abul Fadhel Muhammad Assati Al-Anshari, saudara kandung Ahmad Surkati ditempatkan disekolah Jami’atul khair di Tanah Abang, syaikh Muhammad Nur Muhammad Khair An-Anshari ditempat disekolah Jami’atul khair di Pekojan dan Jami’atul khair di Krukut. Dalam perkembangan selanjutnya Syaikh Hasan Hamid Al-Anshari dipindahkan ke Bogor karena syaikh Muhammad Abdul Hamid Assudani kembali ke Negerinya.
Kesimpulan
Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang Statis, semua pasti mengalami perubahan dan perkembangan.salah stu faktor penting yang mendorong perubahan dan perkembangan itu adalah adanya kontak pergaulan dengan masyarakat yang lebih maju sehingga terangsang untuk mengejar ketertigalannya atau bisa sejajar dengan mitra pergaulannya. Pada permulaan abad ke-20 banyak orang Islam di Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan dapat menyaingi kekuatan kolonialisme penjajahan Belanda dan mengejar ketertinggalan dari Barat, apabila mereka melanjutkan cara-cara yang bersifat trdisional dalam menegakkan ajaran Islam golongan ini merintis cara-cara baru dalam memahami dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam ditengah-tengah masyarakat oleh sebab itu, mereka disebut kaum pembaharu.
Para pembaharu did Indonesia mengikuti jejak kaum pembaharu di Timur Tengah, terutama yang berpusat di Mesir.. Mereka berkenalam dengan gagasan tajdid melalui bacaan dan pertemuan langsung dengan tokohtokohnya sewaktu mereka menuntut ilmu di Timur Tengah. Terutama di Al-Haramain atau dua tanah suci yaitu Mekkah dan Madinah.
Menurut kami disimpulkan pembaharuan yang dilakukan Jami’atul Khoir, Padri, dan Al-Irsyad secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. menyegarkan pemahaman ajaran Islam dengan membuka kembali pintu Ijtihad.
b. Mengembangkan pemikiran rasional.
c. Memurnikan Aqidah umat Islam.
Daftar Pustaka
M.Mukhsin Jamil, Nalar Islam Nusantara, 2007, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Departemen Agama RI.
Badrus Zaman, Sejarah Kebudayaan Islam, 2005, Surakarta: Amand Press
Abdullah,Tradisi Dan Kebngkita Islam di Asia Tenggara, 1989,Jakarta: Lp3 Press,
Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia, 1985,Jakarta: Grafitti Press.
Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia,1980 Jakarta:Lp3 Press
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam,1994, Semarang : PT Karya Toha Semarang.
TJOKROAMINOTO: English Version
H.O.S. TJOKROAMINOTO
(From Wikipedia, the free encyclopedia)
(Raden Mas) Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (August 16, 1882 – December 17, 1934) was a nationalist, the first leader of Sarekat Dagang Islam (Islamic Trade Union, later Sarekat Islam) in Indonesia.
Early life
Born in Madiun as the son of RM. Tjokroaminoto (district chief of Kleco), grandson of RMA. Tjokronegoro (regent of Ponorogo), and grand-grandson of Kyai Bagus Kasan Besari of Tegalsari pesantren. According to his genealogy, his education was directed towards civil service eventually not his hope.
After graduating from OSVIA (OpleidingSchool Voor Inlandsche Ambtenaren, the then-highest civil servant education) in Magelang (1902), Oemar Said began to work as civil servant in Ngawi, but eventually he left it (1902-1905). In looking for other job he came in Surabaya. In the night he attended BAS (Burgerlijke Avond School) for some years. After graduating, he worked in a sugar refinery (1907-1912). In that time Tjokroaminoto began to write and became assistant in Bintang Soerabaja daily.
Organization
SDI (SAREKAT DAGANG ISLAM0
In that time, in Surakarta, H. Samanhoedi had founded Sarekat Dagang Islam (SDI, in the late 1911). Tjokroaminoto was asked to prepare needed regulations for organization and next management handling. After that the statuten (statute) was prepared and strengthened by notarial act in Surabaya (September 10, 1912).
SI (SAREKAT ISLAM)
The word Dagang (trade) in the organization's name was removed and SDI became SI (Sarekat Islam; Islamic Union). Its chairman was H. Samanhoedi, while Tjokroaminoto became commissioner. Few days later its statute was sent to Governor-General to be legalized as a corporate body (rechtspersoon).
A central committee was formed with H. Samanhoedi as chairman and Tjokroaminoto as vice-chairman. In explaining organization's aim, Tjokroaminoto stated that SI would not oppose Dutch East Indies Government. For organization's interest he and other manager went to the then-Governor-General, Alexander Willem Frederik Idenburg (March 29, 1913). Idenburg stated that for public importance (algemeen belang) SI legalization couldn't be granted, but local SIs can be granted corporate-body status.
CSI (CENTRAAL SAREKAT ISLAM)
Because of rapid development of local SIs, it was necessary to establish a central SI coordinating them. On 1915, the Centraal Sarekat Islam (CSI) was founded with Tjokroaminoto as its chairman, Abdoel Moeis as its vice-chairman, and Samanhoedi as honorary chairman. Since then Tjokroaminoto was continuously chairman or member of SI Board of Administration until his death.
The 1st CSI national congress (the 3rd SI congress) in his presidency was held in Bandung (June 1916). The usage of word national remembered to the things Tjokroaminoto had sounded, is the necessity of the unity of all Indonesian. As social strength, Sarekat Islam obtained acknowledgement with entrance of Tjokroaminoto and Abdoel Moeis as the newly-opened Volksraad's member (1918). As successor of his organization's voice, in that representative body Tjokroaminoto tirelessly had government correct all people expect.
The whole SI under Tjokroaminoto continuously went forward, but inner opposition arose, when colonial government's trust decreased. The hardest challenge came from Marxist/Leninist fraction led by Semaoen who faced Tjokroaminoto. Eventually Marxist-Leninist fraction formed Red SI that later became Communist Party of Indonesia.
Arrest
In 1921 Tjokroaminoto was arrested for the charge of (assassination by) SI-afd. B in Cimareme, Garut, West Java; he was released ca. 9 months later without trial (August 1922).
Pan-Islamism
CSI became weak, and its name was changed to PSI (Partai Sarekat Islam; Islamic Union Party) on February 1923. Tjokroaminoto made an effort to unite outer Javanese group. After a propaganda, insurgency broke out wherever, until he and Abdoel Moeis was forbidden to visit some areas. In that time, Pan-Islamism was launched. Tjokroaminoto and KH. Mas Mansoer of Muhammadiyah was delegated to attend Islamic conference in Mecca (1926). In that time Tjokroaminoto made a hajj, the 5th Islamic pillar.
Political suggestion of hijra, non-cooperative attitude to colonial government eventually accepted by Congress, caused Tjokroaminoto's refusal when he would be elected as Volksraad's member (1927). Relationship with Dr. Soetomo of Indonesische Studieclub (PBI) became tense. Ulema Committee was founded to discuss Tjokroaminoto's Qur'anic interpretation that don't obtain agreement (1928).
PSII
Later PSI was changed to PSII (Indonesian Islamic Union Party, Partai Syarikat Islam Indonesia) in early 1929. There was a confrontation between nationalist Soekiman and religious Tjokroaminoto that led to Soekiman's departure to form a new party, the Indonesian Islamic Party (Partai Islam Indonesia).
Later life
After the 20th PSII Congress in Banjarmasin (May 1934), Hadji Oemar Said Tjokroaminoto was sick and died in Yogyakarta (17 December 1934). PSII's leadership was succeeded by his brother Abikoesno Tjokrosoejoso.
References
• -. 1993. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.
Retrieved from "http://en.wikipedia.org/wiki/Tjokroaminoto"
Categories: 1882 births | 1934 deaths | National Heroes of Indonesia
(From Wikipedia, the free encyclopedia)
(Raden Mas) Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (August 16, 1882 – December 17, 1934) was a nationalist, the first leader of Sarekat Dagang Islam (Islamic Trade Union, later Sarekat Islam) in Indonesia.
Early life
Born in Madiun as the son of RM. Tjokroaminoto (district chief of Kleco), grandson of RMA. Tjokronegoro (regent of Ponorogo), and grand-grandson of Kyai Bagus Kasan Besari of Tegalsari pesantren. According to his genealogy, his education was directed towards civil service eventually not his hope.
After graduating from OSVIA (OpleidingSchool Voor Inlandsche Ambtenaren, the then-highest civil servant education) in Magelang (1902), Oemar Said began to work as civil servant in Ngawi, but eventually he left it (1902-1905). In looking for other job he came in Surabaya. In the night he attended BAS (Burgerlijke Avond School) for some years. After graduating, he worked in a sugar refinery (1907-1912). In that time Tjokroaminoto began to write and became assistant in Bintang Soerabaja daily.
Organization
SDI (SAREKAT DAGANG ISLAM0
In that time, in Surakarta, H. Samanhoedi had founded Sarekat Dagang Islam (SDI, in the late 1911). Tjokroaminoto was asked to prepare needed regulations for organization and next management handling. After that the statuten (statute) was prepared and strengthened by notarial act in Surabaya (September 10, 1912).
SI (SAREKAT ISLAM)
The word Dagang (trade) in the organization's name was removed and SDI became SI (Sarekat Islam; Islamic Union). Its chairman was H. Samanhoedi, while Tjokroaminoto became commissioner. Few days later its statute was sent to Governor-General to be legalized as a corporate body (rechtspersoon).
A central committee was formed with H. Samanhoedi as chairman and Tjokroaminoto as vice-chairman. In explaining organization's aim, Tjokroaminoto stated that SI would not oppose Dutch East Indies Government. For organization's interest he and other manager went to the then-Governor-General, Alexander Willem Frederik Idenburg (March 29, 1913). Idenburg stated that for public importance (algemeen belang) SI legalization couldn't be granted, but local SIs can be granted corporate-body status.
CSI (CENTRAAL SAREKAT ISLAM)
Because of rapid development of local SIs, it was necessary to establish a central SI coordinating them. On 1915, the Centraal Sarekat Islam (CSI) was founded with Tjokroaminoto as its chairman, Abdoel Moeis as its vice-chairman, and Samanhoedi as honorary chairman. Since then Tjokroaminoto was continuously chairman or member of SI Board of Administration until his death.
The 1st CSI national congress (the 3rd SI congress) in his presidency was held in Bandung (June 1916). The usage of word national remembered to the things Tjokroaminoto had sounded, is the necessity of the unity of all Indonesian. As social strength, Sarekat Islam obtained acknowledgement with entrance of Tjokroaminoto and Abdoel Moeis as the newly-opened Volksraad's member (1918). As successor of his organization's voice, in that representative body Tjokroaminoto tirelessly had government correct all people expect.
The whole SI under Tjokroaminoto continuously went forward, but inner opposition arose, when colonial government's trust decreased. The hardest challenge came from Marxist/Leninist fraction led by Semaoen who faced Tjokroaminoto. Eventually Marxist-Leninist fraction formed Red SI that later became Communist Party of Indonesia.
Arrest
In 1921 Tjokroaminoto was arrested for the charge of (assassination by) SI-afd. B in Cimareme, Garut, West Java; he was released ca. 9 months later without trial (August 1922).
Pan-Islamism
CSI became weak, and its name was changed to PSI (Partai Sarekat Islam; Islamic Union Party) on February 1923. Tjokroaminoto made an effort to unite outer Javanese group. After a propaganda, insurgency broke out wherever, until he and Abdoel Moeis was forbidden to visit some areas. In that time, Pan-Islamism was launched. Tjokroaminoto and KH. Mas Mansoer of Muhammadiyah was delegated to attend Islamic conference in Mecca (1926). In that time Tjokroaminoto made a hajj, the 5th Islamic pillar.
Political suggestion of hijra, non-cooperative attitude to colonial government eventually accepted by Congress, caused Tjokroaminoto's refusal when he would be elected as Volksraad's member (1927). Relationship with Dr. Soetomo of Indonesische Studieclub (PBI) became tense. Ulema Committee was founded to discuss Tjokroaminoto's Qur'anic interpretation that don't obtain agreement (1928).
PSII
Later PSI was changed to PSII (Indonesian Islamic Union Party, Partai Syarikat Islam Indonesia) in early 1929. There was a confrontation between nationalist Soekiman and religious Tjokroaminoto that led to Soekiman's departure to form a new party, the Indonesian Islamic Party (Partai Islam Indonesia).
Later life
After the 20th PSII Congress in Banjarmasin (May 1934), Hadji Oemar Said Tjokroaminoto was sick and died in Yogyakarta (17 December 1934). PSII's leadership was succeeded by his brother Abikoesno Tjokrosoejoso.
References
• -. 1993. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.
Retrieved from "http://en.wikipedia.org/wiki/Tjokroaminoto"
Categories: 1882 births | 1934 deaths | National Heroes of Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)