Materi Kuliah:
SEJARAH DAKWAH ISLAM:
SUATU PENGANTAR
Oleh: DR. H. Hasan
Basri, MA
Dakwah Islam merupakan aktivitas yang never ending process. Dakwah
selalu saja ada sepanjang hayat manusia. Dakwah berjalan dinamis sejalan dengan
dinamika kehidupan manusia itu sendiri. Meski dakwah sudah dimulai sejak Nabi
Adam, dakwah tetap tidak mengenal kata berakhir; bahkan ia akan selalu bergerak
maju mengiringi langkah kehidupan manusia setiap zaman. Jika dakwah nabi-nabi
terdahulu difokuskan hanya pada satu komunitas tertentu dengan materi sentral
TAUHID, maka dakwah yang dijalankan Nabi
Muhammad SAW merupakan kelanjutan dakwah para rasul yang mendahuluinya dengan
fokus yang sama yaitu TAUHID.
Perbedaannya adalah pada muatan dan cakupan ajaran dan umat yang menjadi
sasaran dakwah, yaitu the universe, seluruh alam semesta. Dalam
perspektif ini, Nabi Muhammad SAW adalah pamungkas segala nabi dan rasul yang
pernah diutus ke bumi oleh Allah SWT. Maka, dakwah Islam menjangkau seluruh
dunia karena umatnya sangat banyak dan luas. Sebab itulah Allah mengumumkan: “Tidaklah
Aku mengutus engkau wahai Muhammad melainkan untuk menyampaikan dakwah kepada
seluruh umat manusia di dunia” (al-Anbiya’: 107 dan Saba’: 28).
Setiap zaman ada yang meneruskan dakwah para rasul tersebut. Bagi umat
Islam, dakwah merupakan bagian dari kewajiban yang amat esensial. Mengabaikan
tugas dakwah berarti mengkhianati agama dan eksistensi iman. Karena itu, setiap
individu wajib menjalankan dakwah sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya
masing-masing di mana saja dan kapan saja, sekurang-kurangnya berdakwah untuk
diri sendiri dan keluarga. Dilihat dari segi sejarahnya, dakwah Islam dapat
diklasifikasikan kepada lima periode:
1) Periode Nabi Muhammad SAW
2)
Periode
Khulafa`urrasyidin
3)
Periode Bani Umayyah
4)
Periode Bani Abbasiyah
5) Periode Modern/Kontemporer
A. Dakwah Islam pada Masa Nabi Muhammad SAW
1. Kisah Hidup Nabi
Muhammad SAW
Nabi
Muhammad saw dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571 M. Sebelum beliau dilahirkan ayahnya telah wafat
oleh karena itu kakeknyalah yang mengasuh beliau kemudian disusui oleh
Halimatus Sa'diyah. Setelah kakeknya wafat beliau diasuh oleh pamannya yaitu
Abu Thalib. Salah satu dari usaha Muhammad yang terpenting sebelum
di utus menjadi rasul ialah berniaga ke Syam membawa
barang-barang Khadijah. Perniagaan ini menghasilkan laba yang banyak dan
menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad dengan Khadijah dan mereka
kemudian menikah. Waktu itu Muhammad berumur 25
tahun dan Khadijah sudah janda berumur 40 tahun.
2. Nabi
Muhammad SAW Diangkat Menjadi Rasul
Setelah melalui perenungan yang lama
dan telah terjadi jurang pemisah antara pemikiran Rasulullah SAW dan kaumnya,
beliau nampak lebih menggandrungi untuk mengasingkan diri. Hal ini
terjadi tatkala beliau menginjak usia 40 tahun; beliau membawa roti dari gandum
dan bekal air ke gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur,
yaitu sejauh hampir 2 mil dari kota Mekkah. Gua
ini merupakan gua yang indah, panjangnya 4 hasta, lebarnya 1,75 hasta. Di dalam gua
tersebut, beliau berpuasa bulan Ramadhan, memberi makan orang-orang miskin yang
mengunjunginya. Beliau menghabiskan waktunya dalam beribadah dan berfikir
mengenai pemandangan alam di sekitarnya dan adanya kekuasaan dalam menciptakan
dibalik itu. Kaumnya yang masih menganut ‘aqidah yang amburadul dan cara
pandang yang rapuh membuatnya tidak tenang akan tetapi beliau tidak memiliki
jalan yang jelas, manhaj yang terprogram serta cara yang terarah yang
membuatnya tenang dan setuju dengannya.
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap mengemban amanah kubra, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah yang sudah ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan risalah. Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi di balik wujud tersebut hingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah memperkenankannya.
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.
Pilihan mengasingkan diri (‘uzlah) yang diambil oleh beliau merupakan bagian dari tadbir (aturan) Allah terhadapnya. Juga, agar terputusnya hubungannya dengan kesibukan-kesibukan di muka bumi, gemerlap hidup dan nestapa-nestapa kecil yang mengusik kehidupan manusia menjadi noktah perubahan dalam mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya sehingga siap mengemban amanah kubra, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah. ‘Uzlah yang sudah ditadbir oleh Allah ini terjadi tiga tahun sebelum beliau ditaklif dengan risalah. Beliau mengambil jalan ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat wujud yang bebas dan mentadabburi kehidupan ghaib yang tersembunyi di balik wujud tersebut hingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengan kehidupan ghaib ini saat Allah memperkenankannya.
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.
Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan awal nuzul Al-Qur’an. Menurut sebagian ulama, setelah turun
wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Muddatstsir: 1-7, yang
berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam
kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekkah dinamakan Surah Makkiyyah.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekkah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Dakwah Islam Periode Mekkah
Adapun ajaran Islam periode Mekkah,
yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai
berikut:
a. Keesaan Allah SWT (Tauhid)
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Persaudaraan dan Persatuan
d. Memperbaiki akhlak
e. Wa’ad dan wa’id
Dalam proses
penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah. Wahyu
itu itu berbunyi sebagai berikut: Hai orang yang brselimut bangun, dan beri
ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu,
tinggalkan perbuatan dosa dan janganlah engkau memberi ( dengan maksud )
memperoleh ( balasan ) yang lebih banyak dan untuk ( untuk memenuhi perintah )
Tuhanmu bersabarlah. ( Al- Muddatstsir 1-7)
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang paling dekat. Mereka diseru kepada pokok-pokok agama Islam yang disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada Allah dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun. Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwam, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu ‘Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah Arqam di Mekkah pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk menyampaikan dakwah Islam.
.
4. Tujuan Dakwah Rasulullah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan sahabat-sahabat beliau yang paling dekat. Mereka diseru kepada pokok-pokok agama Islam yang disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada Allah dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Mula-mula istrinya sendiri, Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun. Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwam, Sa'ad ibnu Abu Waqqas, Abdurrahman ibnu ‘Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan Arqam ibnu Abu Arqam. Rumah Arqam di Mekkah pada saat itu dijadikan tempat pertemuan untuk menyampaikan dakwah Islam.
.
4. Tujuan Dakwah Rasulullah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
§ Dakwah Secara Rahasia Selama 3-4
Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah
2) Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
3) Utsman bin Affan
4) Zubair bin Awam
5) Sa’ad bin Abu Waqqas
6) Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah
2) Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
3) Utsman bin Affan
4) Zubair bin Awam
5) Sa’ad bin Abu Waqqas
6) Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
§ Dakwah Secara
terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara’: 214-216. “Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat; rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu yaitu orang yang beriman; jika mereka mengingkarimu, maka katakanlah: sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah Asy-Syu’ara’: 214-216. “Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat; rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu yaitu orang yang beriman; jika mereka mengingkarimu, maka katakanlah: sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”
§ Tahap-Tahap Dakwah Rasulullah SAW Secara Terbuka
Tahap Pertama: Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Tahap Kedua: Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, kemudian disusul oleh Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekkah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekkah yang masuk Islam antara lain:
Tahap Pertama: Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
Tahap Kedua: Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, kemudian disusul oleh Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekkah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekkah yang masuk Islam antara lain:
1) Abu Dzar Al-Ghiffari, seorang tokoh dari kaum Ghiffar.
2) Thufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
Tahap Ketiga: Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (kemudian disebut Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah
masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun
621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih
banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
5. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
1) Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2) Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3) Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4) Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
1) Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
2) Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekkah, karena menduga keadaan di Mekkah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, rombongan hijrah dipimpin oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW juga wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘Amul Huzni (tahun duka cita).
B.
Dakwah Islam pada Masa Khulafaur Rasyidin
Khulafaur
Rasyidin adalah para khalifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat
sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
1. Abu Bakar
Ash-Shiddiq
2. Umar bin Khaththab
3. Utsman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
2. Umar bin Khaththab
3. Utsman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
Keempat khalifah itu
selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah dalam menegakkan
ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan nama Islam.
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13
H/632-634 M)
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad SAW. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khair Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Tamim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Lalu Nabi Muhammad SAW. mengganti namanya dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khair Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Tamim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhormat.
Sejak kecil
ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan
sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah
sejak masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad SAW.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW kemudian
terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat membenarkan Rasulullah SAW
dalam segala hal. Dialah yang menemani Nabi Muhammad SAW di gua Hira’, dan yang
pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua terhormat. Tentang Abu
Bakar, Rasulullah bersabda: “Sungguh orang yang paling
dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku boleh
memilih ternan di antara umatku, maka akan
kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan dan persaudaraan dalarn Islam cukup
memadai. Tidak satu pun pintu dalarn rnasjid yang terbuka kecuali pintu Abu
Bakar”. (HR. Bukhari). Sampai saat
ini di masjid Madinah masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar. Yakni pintu
yang selalu beliau lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah
beliau.
Tidaklah
mengherankan jika sewaktu Nabi sakit, Abu Bakar dipercaya
oleh para sahabat menjadi Imam shalat. Juga
pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya sebagai khalifah/pemimpin
setelah Rasulullah wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan
pidatonya ketika dilantik menjadi khalifah, antara lain beliau katakan, “Saya
bukan orang yang terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah
yang telah kalian serahkan kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan
petunjuk Rasul-Nya, maka ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang,
luruskanlah (koreksilah) saya. Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan
adalah ketidakjujuran. Orang yang paling kuat dalam pandangan saya, adalah
orang-orang yang lemah di antara kalian oleh sebab itu saya akan menjamin
hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah dalam pandangan saya, adalah
orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan mengambil sebagian dari
hak-hak mereka (zakatnya).”
Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi khalifah,
adalah meredam pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau
membayar zakat, orang-orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan
menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad Rasulullah
saw., memang banyak umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka
merasa berhak berbuat sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul
orang-orang yang mengaku nabi, antara lain Musailamah al-Kadzdzab,
Tulaihah al-Asadi, dan al-Aswad al-Ansi.
Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim
sebelas pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Khalid bin
Walid ditugaskan menundukan Thulaihah al-Asadi, Pasukan Amr bin ‘Ash ditugaskan
di Qudha’ah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Khalid bin Said
ditugaskan ke Syam.
Program Abu
Bakar selanjutnya, membentuk panitia pengumpulan mushhaf al-Qur’an. Program ini
dicanangkan atas usulan Umar bin Khaththab sedangkan
pelaksanaannya di percayakan kepada Zaid bin Tsabit.
Pengumpulan
dan penulisan ayat-ayat al-Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:
1. Banyak
sahabat yang hafal Al Qur’an gugur dalam perang
penumpasan orang-orang murtad.
2. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan
kayu-kayu sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan.
3. Penulisan
ayat-ayat al-Qur’an dan
membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam
sepanjang zaman.
Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah
Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan
Kerajaan Persia, dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi.
Setelah
memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 23
Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam Rasulullah SAW. Beliau
dikenal oleh para sahabat
sebagai khalifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya serta berbudi luhur.
2. Umar bin Khatthab (13-23
H/634-644 M)
Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.
Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenallah Umar sebagai “Singa Padang Pasir” yang sangat disegani.
Umar memiliki
kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran. Oleh karena
itu masyarakat menggelarinya Al-Faruq, artinya
yang dengan tegas membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar
dalam menegakkan syari’at Islam, sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Sejak
Islamnya Umar kami merasa mulia.” (H.R. Bukhari).
Mengenai
kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Rasulullah SAW bersabda: “Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang yang memakai
gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari itu. Lalu
diperlihatkan kepadaku Umar bin Khaththab mengenakan gamis
yang panjang sehingga ia berjalan dengan menyeretnya.” Seseorang bertanya, “Ya
Rasulullah, apakah takwilnya?” Nabi menerangkan,
“Kualitas keimanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim
dari Abu Sa’id Al-Khudri)
Dalam pidato
pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: “Saya adalah seorang pengikut
Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bid’ah. Ketahuilah, bahwa kalian
berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi,
yakni:
1. Mengikuti
apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang telah
kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
2. Membuat
kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajikan dalam
masalah yang belum kalian jadikan kebiasaan, dan
3. Mencegah
saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal-hal yang
kalian sendiri penyebabnya.
Pada masa
pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke Mesir, Irak,
Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali membentuk
badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu
Bakar dalam membukukan al-Qur-an.
Khalifah Umar
wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam bulan. Ia
wafat oleh tikaman pedang Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik Al-Mughirah bin Syu’bah
saat shalat shubuh. Ia
dimakamkan di rumah ‘Aisyah, dekat makam Abu Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam
sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan menyayangi rakyat kecil.
Kata katanya yang sangat terkenal, “Siapa yang melihat pada diriku membelok,
maka hendaklah ia meluruskannya.”
Jasa-jasa
Umar sewaktu menjadi Khalifah, antara lain:
1. Penetapan
tahun Hijriyah sebagai tahun resmi umat Islam.
2. Bea cukai sebagai pendapatan negara.
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen.
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin.
6. Penghapusan perbudakan.
7. Pembangunan sekolah-sekolah.
8. Kodifikasi Al-Quran.
9. Tradisi shalat tarawih berjamaah di masjid.
2. Bea cukai sebagai pendapatan negara.
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen.
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin.
6. Penghapusan perbudakan.
7. Pembangunan sekolah-sekolah.
8. Kodifikasi Al-Quran.
9. Tradisi shalat tarawih berjamaah di masjid.
3. Utsman bin
Affan (23-35 H/644-656 M)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat menggelarinya “Ghaniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)
Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW. Sejak muda Utsman dikenal sebagai seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur Raumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga masyarakat menggelarinya “Ghaniyyun Syakir” (orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT)
Abdurrahman bin
Samurah mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui
Rasulullah dengan membawa uang sebanyak seribu
dinar yang dibungkus dengan pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan
pasukan dalam Perang Tabuk. Usai menerima
sumbangan dari Ustman bin Affan untuk jihad fisabilillah, Rasulullah
bersabda: “Tidak ada yang merugikan
ibnu Affan atas apa yang dilakukannya setelah hari ini.” Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR. Ahmad, dan
Tirmidzi)
Sekalipun
kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah,
bahkan ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya
itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqayyah. Setelah
Ruqayyah meninggal dunia, ia dinikahkan dengan putri
Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu masyarakat menggelarinya “Dzun Nurain” (yang
mempunyai dua cahaya).
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman adalah mengganti
gubernur-gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar
wafat. Kemudian Ia memperbanyak naskah Al-Qur’an yang sudah dibukukan menjadi
tujuh eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Mekkah
dan Kufah; dan satu naskah tinggal di Madinah. Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah
memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal saat membaca Al-Qur’an oleh
tikaman pedang Humran bin Sudan. Jasa Utsman terbesar adalah
memelihara Al-Qur’an dengan standar “Rasm Utsmani” sebagaimana yang tersebar sekarang ini.
4. Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
Ia adalah putra Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.
Ia adalah putra Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Sebagai sepupu yang usianya 32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh memegang ajaran Islam.
Sejak masa
pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran. Bermula
dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin Affan
terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok ‘Aisyah, janda Nabi Muhammad
SAW. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya
kebijaksanaan Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang
telah diangkat oleh Utsman.
Setelah usaha
menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman dengan
jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan yang terkenal dengan Perang Jamal di Shiffin.
Pertama
terjadilah Perang Jamal (penamaan tersebut karena ‘Aisyah bersama
pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin
atau peperangan antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan Mu’awiyah. Perang
saudara ini terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba.
Perang ini dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang
duduk perkara yang sebenarnya, ‘Aisyah dikembalikan ke Madinah dengan hormat
dan dimuliakan.