MATERI KULIAH ULUMUL
QUR’AN
(Suatu Pengantar)
DR.
H. Hasan Basri, MA
A. Ulumul
Qur’an dan Sejarahnya
1. Pengertian
Ulumul Qur’an
a. Makna
al-Qur’an
القرآن
هو الكلام المعجز المنزل على النبي محمد بن عبد الله المكتوب فى المصاحف المنقول
بالتواتر المتعبد بتلاوته.
Al-Qur’an
ialah firman Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad bin Abdullah, tertulis dalam mushhaf-mushhaf, diriwayatkan secara
mutawatir, dan membacanya menjadi ibadah.
b. Makna
Ulumul Qur’an
علوم
القرآن: الإبحاث التى تتعلق بهذا الكتاب المجيد من حيث النزول والجمع والترتيب
والتدوين ومعرفة أسباب النزول والمكى والمدنى ومعرفة الناسخ والمنسوخ والمحكم
والمتشابه وغير ذلك من الإبحاث التى تتعلق بالقرآن الكريم.
Ulumul
Qur’an ialah ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan
dengan al-Qur’an dari segi turunnya, pengumpulannya, sistematikanya, dan
pembukuannya; mengetahui sebab-sebab turunnya, ayat-ayat yang diturunkan di
Makkah dan Madinah, mengetahui Nasikh dan Mansukh, ayat-ayat Muhkam
dan Mutasyabih, dan pembahasan lain dari al-Qur’an al-Karim.
- Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur’an
a. Masa
Nabi Muhammad SAW
Pada
masa Nabi Muhammad, Ulumul Qur’an belum berkembang sebagaimana masa-masa
berikutnya. Setiap menerima wahyu dari Allah, Nabi Muhammad langsung
menyampaikannya kepada para sahabatntya; dan mereka menghafal, memahami serta
mengamalkan pesan-pesan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sebab itulah
maka pada masa itu para sahabat tidak mengalami kesulitan dalam memahami
hal-hal yang berkenaan dengan al-Qur’an. Selain itu, Nabi Muhammad melarang
para sahabat untuk mencatat atau menulis selain ayat-ayat al-Qur’an. Ini
bertujuan agar wahyu (ayat al-Qur’an) tidak bercampur dengan ucapan-ucapan
pribadi Nabi Muhammad.
Pada
masa Nabi Muhammad dapat dikatakan bahwa Ulumul Qur’an belum muncul dan para
sahabat pun belum memerlukannya karena alasan-alasan sebagai berikut:
1) Para
sahabat mempunyai daya hafalan yang kuat.
2) Para
sahabat pada umumnya memiliki kecerdasan yang tinggi dan daya tangkap yang
cepat.
3) Para
sahabat mempunyai kemampuan bahasa Arab dan balaghah (sastra).
4) Kebanyakan
sahabat terdiri dari orang-orang yang ummiy (tidak pandai menulis dan membaca)
sehingga mereka lebih mengandalkan hafalan.
5) Pada
masa Nabi Muhammad belum ada alat tulis yang memadai.
6) Para
sahabat lebih terbiasa menyampaikan pesan melalui lisan (tradisi lisan) daripada tulisan.
7) Kalau
ada persoalan yang belum jelas, para sahabat dapat menanyakannya langsung
kepada Nabi Muhammad.
Perlu dicatat bahwa pada masa Nabi Muhammad, ada dua
hal yang membuat al-Qur’an terjaga:
1) Hafalan
yang tersimpan rapi dan terjaga dalam dada para sahabat Nabi Muhammad.
2) Teks
al-Qur’an sudah ditulis seluruhnya oleh pencatat wahyu, antara lain Zaid bin
Tsabit; tetapi belum tersusun secara teratur. Catatan wahyu itu masih
berserakan dalam lembaran-lembaran yang terdiri dari kulit, tulang, pelepah
kurma, kayu, batu tipis.
Tokoh-tokoh
Penulis Wahyu pada Masa Nabi Muhammad adalah:
1) Abu
Bakar ash-Shiddiq
2) ‘Umar
bin Khaththab
3) ‘Utsman
bin ‘Affan
4) ‘Ali
bin Abi Thalib
5) Ubai
bin Ka’ab
6) Zaid
bin Tsabit
7) Abdullah
bin Mas’ud
8) Abu
Musa al-Asy’ari
9) Khalid
bin Walid
10) Aban
bin Sa’id
11) Mu’awiyah
bin Abi Shufyan
12) Zubair
bin ‘Awwam
13) Handhalah
bin al-Rabi’ al-Asadi
14) Mu’aiqid
bin Abi Fathimah
15) ‘Abdullah
bin Arqam
16) Tsabit
bin Qais
17) Thalhah
bin ‘Ubaidillah
18) Sa’ad
bin Abi Waqash
19) Amir
bin Fudhairah
20) Hudzaifah
bin al-Yaman
21) Mughirah
bin Syu’bah
22) Amru
bin ‘Ash
- Orang yang pertama kali menulis wahyu di Makkah adalah: ‘Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh.
- Orang yang pertama kali menulis wahyu di Madinah adalah: Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit.
- Di antara mereka yang paling banyak menulis wahyu adalah: Zaid bin Tsabit dan ‘Ali bin Abi Thalib.
- Sebagian sahabat Nabi Muhammad telah mengumpulkan al-Qur’an untuk dirinya masing-masing sebagai pedoman. Di antara mereka yang mempunyai naskah tertulis dari al-Qur’an adalah:
1) ‘Ali
bin Abi Thalib
2) Mu’adz
bin Jabal
3) Ubai
bin Ka’ab
4) Zaid
bin Tsabit
5) ‘Abdullah
bin Mas’ud
·
Di antara mereka, yang paling
mengetahui tentang urutan al-Qur’an serta Nasikh dan Mansukh-nya adalah: Zaid
bin Tsabit.
·
Tertib susunan surat dan ayat dalam Mushhaf
al-Qur’an sudah dilakukan sejak Nabi Muhammad berdasarkan TAUQIFI (petunjuk
wahyu). Nabi Muhammad menyuruh sahabat untuk menulis ayat-ayat al-Qur’an dan
meletakkannya sesuai dengan perintah wahyu.
ضعوا هذا فى السورة يذكر
فيها كذا وكذا (رواه الترمذى)
Artinya:
Letakkanlah ayat ini pada surat ini yang di dalamnya disebut begini dan begini
(Hadits riwayat al-Turmudzi).
·
Untuk menjaga hafalan dan bacaan,
Jibril datang menemui Nabi Muhammad sekali dalam setahun; pertemuan ini disebut
TALAQQI.
·
Menjelang kewafatan Nabi Muhammad,
Jibril datang dua kali menemui nabi untuk melakukan menguji hafalan dan
bacaannya.
b. Masa
al-Khulafa’ al-Rasyidun
Pasca
kewafatan Nabi Muhammad, misi Islam diteruskan oleh para sahabatnya di bawah
kepemimpinan Khalifah yang Empat, yaitu Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, yang lazim disebut dengan istilah Khulaf’urrasyidin.
Pada
masa Khalifah Abi Bakar al-Shiddiq dan Umar bin Khattab, Ulumul Qur’an belumlah
lahir meskipun agama Islam telah berkembang sampai ke luar Jazirah Arabia. Kemudian,
pada masa Khalifah utsman bin Affan, Islam semakin berkembangan ke
negara-negara lain di luar Arab. Karena meluasnya perkembangan Islam, penganut
agama Islam semakin bertambah dan semakin bervariasi pula pengetahuan mereka
tentang al-Qur’an. Maka, terjadilah perbedaan-perbedaan bacaan al-Qur’an yang
mengkhawatirkan para sahabat, pada masa itu, akan terjadi penyimpangan
pemahaman dan ketidakseragaman dalam membaca al-Qur’an di kalangan umat Islam.
Untuk
mengatasi perbedaan tersebut, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan para
pakar al-Qur’an di kalangan sahabat penghafal al-Qur’an (huffazh) untuk
menulis dan menyatukan dalam satu mushhaf ayat-ayat al-Qur’an yang pernah
dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar dan msuhhaf itu diberi nama Mushhaf Utsmani.
Dari mushhaf ini kemudian disalin beberapa naskah dalam bentuk mushhaf yang dikirim ke wilayah-wilayah Islam
di luar Madinah, seperti Makkah, Kufah, Bashrah, dan Syam.
Mushhaf
yang ditulis pada masa Khalifah Utsman bin Affan disebut al-Mushhaf ‘Ala
Rasm al-‘Utsmani. Dengan demikian, pada masa Khalifah Utsman bin Affan
sudah lahir ilmu Rasmil Qur’an atau ilmu Rasmil Utsmani.
Pada
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pula perbedaan dan penyimpangan
penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an. Untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an, Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu Aswad al-Duwali untuk membuat sebagian kaidah bahasa Arab dan
aturan-aturan bacaannya. Upaya ini kemudian melahirkan ilmu Nahwu dan
ilmu I’rabil Qur’an.
Setelah
itu, Ulumul Qur’an dikembangkan oleh generasi berikutnya antara lain:
1) Mujahid
(w. 103 H)
2) Atha’
bin Abu Rabah (w. 114 H)
3) Ikrimah
(w. 105 H)
4) Qatadah
bin Di’amah (w. 118 H)
5) al-Hasan
al-Bashri (w. 110 H)
6) Sa’id
ibn Jubair (w. 136 H)
7) Zaid
bin Aslam (w. 136 H)
Mereka
dianggap sebagai peletak dasar ilmu-ilmu yang diberi nama: ‘Ilm al-Tafsir,
‘Ilm Asbab al-Nuzul, ‘Ilm al-Nasikh wa al-Mansukh, dan ‘Ilm Gharib
al-Qur’an.
MOHON IJIN DONLOD
BalasHapusana copy ya ustadz
BalasHapussyukron atas ilmunya