Rabu, 08 Juni 2011

KISI-KISI SOAL UAS TAFSIR-II

KISI-KISI SOAL UJIAN FINAL
MATA KULIAH : TAFSIR II
KODE/SKS : 4804/ 2 SKS
UNIT/PRODI : 3/TPA
DOSEN : DR. H. HASAN BASRI, MA
_________________________________________________________________________

SOAL-SOAL INTI MENCAKUP:

1. Tafsir ayat-ayat tentang tujuan, subjek, objek, materi, dan metode pendidikan.
2. Tafsir ayat-ayat tentang menjaga kelestarian lingkungan hidup.
3. Tafsir ayat-ayat tentang kewajiban belajar dan mengajar.
4. Tafsir ayat-ayat tentang kesetaraan pahala antara mukmin dan mukminat.
5. Tafsir ayat-ayat tentang hukuman bagi teroris
6. Tafsir ayat-ayat tentang etika berbusana.
7. Tafsir ayat-ayat tentang berbakti kepada kedua orang tua.
8. Tafsir ayat-ayat tentang toleransi terhadap agama-agama lain.
9. Tafsir ayat-ayat tentang kepemimpinan dan kriteria pemimpin.
10. Penyelesaian soal-soal menempuh manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul.
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah al-Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’.
8) Kaitkan dengan nilai-nilai pendidikan.


Selamat belajar, semoga sukses!

KISI-KISI SOAL UAS MATERI PAI-1

KISI-KISI SOAL UJIAN FINAL
MATA KULIAH : MATERI PAI-1
KODE/SKS : 4807/ 2 SKS
UNIT/PRODI : 3/TPA
DOSEN : DR. H. HASAN BASRI, MA
_________________________________________________________________________

SOAL-SOAL INTI MENCAKUP:

1. Hukum tentang Wudhu’, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji/’Umrah.
2. Hukum tentang Qiradh, Mudharabah, Ijarah, Hiwalah, dan Dhaman.
3. Hukum tentang Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah.
4. Hukum tentang ‘Ariyah, Wadi’ah, dan Hadiyah.
5. Hukum tentang Hibah, Infaq, Wasiyat, dan Waqaf.
6. Hukum tentang Luqathah, Ji’alah, dan Dayn.
7. Hukum tentang Bank, Asuransi, Koperasi, dan Baitul Mal.
8. Hukum tentang ‘Aqiqah, Qurban, dan Khitan.

Catatan:
1) Jawaban ditopang dengan dalil-dalil baik dari ayat al-Qur’an maupun hadits Rasulullah.
2) Jelaskan juga relevansinya dengan nilai-nilai pendidikan Islam.



Selamat belajar, semoga sukses!

Selasa, 07 Juni 2011

KATOLIK DAN PROTESTAN: PERBEDAAN KEDUANYA

PERBEDAAN ANTARA KATOLIK DAN PROTESTAN

Ada beberapa perbedaan yang sangat penting antara Katolik dan Protestan. While there have been some attempts over the last several years to find common ground between the two groups, the fact is that the differences remain, and they are just as important today as they were at the beginning of the Protestant Reformation. Meskipun ada beberapa upaya selama beberapa tahun terakhir untuk menemukan kesamaan antara kedua kelompok, faktanya adalah bahwa perbedaan tetap, dan mereka sama pentingnya hari ini mereka pada awal Reformasi Protestan. Following is brief summary of some of the more important differences. Berikut adalah ringkasan singkat dari beberapa perbedaan yang lebih penting.

One of the first major differences between Catholicism and Protestantism is the issue of the sufficiency and authority of Scripture. Salah satu perbedaan utama pertama antara Katolik dan Protestan adalah masalah kecukupan dan otoritas Kitab Suci. Protestants believe that the Bible alone is the sole source of God's special revelation to mankind, and as such it teaches us all that is necessary for our salvation from sin. Protestan percaya bahwa Alkitab sendiri adalah satu-satunya sumber wahyu khusus Allah kepada umat manusia, dan karena itu mengajarkan kita semua yang diperlukan untuk keselamatan kita dari dosa. Protestants view the Bible as the standard by which all Christian behavior must be measured. Protestan melihat Alkitab sebagai standar yang semua perilaku Kristen harus diukur. This belief is commonly referred to as “Sola Scriptura” and is one of the “Five Solas” (sola being Latin for “alone”) that came out of the Protestant Reformation as summaries of some of the important differences between Catholics and Protestants. Kepercayaan ini sering disebut sebagai "Sola Scriptura" dan merupakan salah satu dari "Five Solas" (sola sedang Latin untuk "saja") yang keluar dari Reformasi Protestan sebagai ringkasan dari beberapa perbedaan penting antara Katolik dan Protestan.

While there are many verses in the Bible that establish its authority and its sufficiency for all matters of faith and practice, one of the clearest is 2 Timothy 3:16 where we see that “All Scripture is inspired by God and profitable for teaching, for reproof, for correction, for training in righteousness; that the man of God may be adequate, equipped for every good work.” Catholics on the other hand reject the doctrine of “Sola Scriptura” and do not believe that the Bible alone is sufficient. Meskipun ada banyak ayat dalam Alkitab yang membangun otoritas dan kecukupan untuk semua hal iman dan praktik, salah satu yang paling jelas adalah 2 Timotius 3:16 dimana kita melihat bahwa "Semua Kitab Suci diilhamkan Allah dan menguntungkan untuk mengajar, untuk teguran, untuk koreksi, untuk mendidik orang dalam kebenaran;. bahwa manusia Allah, mungkin cukup, dilengkapi untuk setiap pekerjaan yang baik "Katolik di sisi lain menolak doktrin" Sola Scriptura "dan tidak percaya bahwa Alkitab saja sudah cukup. They believe that both the Bible and sacred Roman Catholic tradition are equally binding upon the Christian. Mereka percaya bahwa baik Alkitab dan tradisi suci Roma Katolik adalah sama mengikat orang Kristen. Many Roman Catholics doctrines, such as purgatory, praying to the saints, worship or veneration of Mary, etc. have little or no basis at all in Scripture, but are based solely on Roman Catholic traditions. Banyak doktrin Katolik Roma, seperti api penyucian, berdoa untuk orang-orang kudus, pemujaan atau penghormatan Maria, dll memiliki dasar sedikit atau tidak sama sekali dalam Kitab Suci, namun hanya berdasarkan tradisi Katolik Roma. Essentially the Roman Catholic Church's denial of “Sola Scriptura” and their insistence that both the Bible and their “Sacred Tradition” are equal in authority undermines the sufficiency, authority and completeness of the Bible. Pada dasarnya penolakan Gereja Katolik Roma tentang "Sola Scriptura" dan desakan mereka bahwa baik Alkitab dan "Tradisi Suci" mereka adalah sama dalam otoritas merusak kecukupan, wewenang dan kelengkapan dari Alkitab. The view of Scripture is at the root of many of, if not all, the differences between Catholics and Protestants. Pandangan Kitab Suci adalah akar dari banyak, jika tidak semua, perbedaan antara Katolik dan Protestan.

Another major but closely related difference between Catholicism and Protestantism is over the office and authority of the Pope. Perbedaan utama lain tetapi terkait erat antara Katolik dan Protestan adalah atas kantor dan otoritas Paus. According to Catholicism the Pope is the “Vicar of Christ” (a vicar is a substitute), and takes the place of Jesus as the visible head of the Church. Menurut Katolik Paus adalah "Wakil Kristus" (pendeta adalah pengganti), dan mengambil tempat Yesus sebagai kepala Gereja terlihat. As such he has the ability to speak “ex cathedra” (with authority on matters of faith and practice), and when he does so his teachings are considered infallible and binding upon all Christians. Karena itu ia memiliki kemampuan untuk berbicara "ex cathedra" (dengan otoritas dalam hal iman dan praktik), dan ketika ia melakukannya ajarannya dianggap sempurna dan mengikat semua orang Kristen. On the other hand, Protestants believe that no human being is infallible, and that Christ alone is the head of the church. Di sisi lain, Protestan percaya bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan bahwa Kristus sendiri adalah kepala gereja. Catholics rely on apostolic succession as a way of trying to establishing the Pope's authority. Katolik mengandalkan suksesi apostolik sebagai cara untuk mencoba mendirikan otoritas Paus. But Protestants believe that the church's authority does not come from apostolic succession, but instead is derived from the Word of God. Tapi Protestan percaya bahwa otoritas gereja tidak datang dari suksesi apostolik, tetapi berasal dari Firman Allah. Spiritual power and authority does not rest in the hands of a mere man, but in the very Word of God recorded in Scripture. Spiritual kekuasaan dan kewenangan tidak beristirahat di tangan seorang manusia biasa, tetapi dalam Firman Allah yang tercatat dalam Kitab Suci. While Catholicism teaches that only the Catholic Church can properly and correctly interpret the Bible, Protestants believe that the Bible teaches that God sent the Holy Spirit to indwell all born again believers, enabling all believers to understand the message of the Bible. Sementara Katolik mengajarkan bahwa hanya Gereja Katolik dapat dengan baik dan benar menafsirkan Alkitab, Protestan percaya bahwa Alkitab mengajarkan bahwa Allah mengutus Roh Kudus untuk tetap ada semua orang percaya lagi lahir, memungkinkan semua orang percaya untuk memahami pesan dari Alkitab.

This is clearly seen in passages such as John 14:16-17: “I will ask the Father, and He will give you another Helper, that He may be with you forever; that is the Spirit of truth, whom the world cannot receive, because it does not see Him or know Him, but you know Him because He abides with you and will be in you.” (See also John 14:26 and 1 John 2:27). Hal ini jelas terlihat dalam bagian-bagian seperti Yohanes 14:16-17: "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan Penolong yang lain, bahwa Dia mungkin dengan Anda selamanya, yaitu Roh Kebenaran, yang dunia tidak dapat menerima , karena tidak melihat-Nya atau mengenal-Nya, tapi kau tahu Dia karena Dia mematuhi dengan Anda dan akan ada di dalam kamu ". (Lihat juga Yohanes 14:26 dan 1 Yohanes 2:27). While Catholicism teaches that only the Roman Catholic Church has the authority and power to interpret the Bible, Protestantism acknowledges the biblical doctrine of the priesthood of all believers, and that individual Christians can trust the Holy Spirit for guidance in reading and interpreting the Bible for themselves. Sementara Katolik hanya mengajarkan bahwa Gereja Katolik Roma memiliki kewenangan dan kekuasaan untuk menafsirkan Alkitab, Protestan mengakui doktrin alkitabiah imamat semua orang percaya, dan bahwa orang Kristen individu dapat mempercayai Roh Kudus untuk bimbingan dalam membaca dan menafsirkan Alkitab sendiri .

A third major difference between Catholicism and Protestantism is how one is saved. Perbedaan utama ketiga antara Katolik dan Protestan adalah bagaimana seseorang disimpan. Another of the “Five Solas” of the reformation was “Sola Fide” (faith alone), which affirms the biblical doctrine of justification by grace alone through faith alone because of Christ alone (Ephesians 2:8-10). Lain dari "Lima Solas" reformasi itu "Sola Fide" (iman saja), yang menegaskan doktrin Alkitab tentang pembenaran oleh anugerah melalui iman saja karena Kristus sendiri (Efesus 2:8-10). However, according to Roman Catholicism, man cannot be saved by faith alone in Christ alone. Namun, menurut Roma Katolik, manusia tidak dapat diselamatkan oleh iman dalam Kristus saja. They teach that the Christian must rely on faith plus “meritorious works” in order to be saved. Mereka mengajarkan bahwa orang Kristen harus bergantung pada iman ditambah "bekerja berjasa" untuk diselamatkan. Essential to the Roman Catholic doctrine of salvation are the Seven Sacraments, which are: baptism, confirmation, the Eucharist, Penance, anointing of the sick, Holy Orders, and matrimony. Penting untuk doktrin Katolik Roma adalah Sakramen keselamatan Tujuh, yaitu: pembaptisan, konfirmasi, Ekaristi, Tobat, Pengurapan orang sakit, Order Kudus, dan perkawinan. Protestants believe that on the basis of faith in Christ alone, believers are justified by God as all their sins are paid for by Christ on the cross and His righteousness is imputed to them. Protestan percaya bahwa atas dasar iman dalam Kristus saja, orang percaya dibenarkan oleh Allah karena semua dosa mereka dibayar oleh Kristus di kayu salib dan kebenaran-Nya diperhitungkan kepada mereka. Catholics on the other hand believe that Christ's righteousness is imparted to the believer by “grace through faith,” but in itself is not sufficient to justify the believer. Katolik di sisi lain percaya bahwa Kristus adalah kebenaran disampaikan untuk percaya dengan "kasih karunia melalui iman," tetapi dalam dirinya sendiri tidak cukup untuk membenarkan orang percaya. The believer must “supplement” the righteousness of Christ imparted to him with meritorious works. Orang percaya harus "suplemen" kebenaran Kristus mengajarkan kepadanya dengan karya-karya berjasa.

Catholics and Protestants also disagree on what it means to be justified before God. Katolik dan Protestan juga tidak setuju pada apa artinya dibenarkan di hadapan Allah. To the Catholic, justification involves being made righteous and holy. Untuk Katolik, pembenaran melibatkan dibuat benar dan suci. They believe that faith in Christ is only the beginning of salvation, and that the individual must build upon that with good works because “man has to merit God's grace of justification and eternal salvation.” Of course this view of justification contradicts the clear teaching of Scripture in passages such as Romans 4:1-12; Titus 3:3-7, as well as many others. Mereka percaya bahwa iman dalam Kristus adalah hanya awal keselamatan, dan bahwa individu harus membangun atas bahwa dengan perbuatan baik karena Tentu saja "manusia untuk mendapat rahmat Allah pembenaran dan keselamatan kekal." Pandangan pembenaran bertentangan dengan ajaran yang jelas Alkitab dalam bagian seperti Roma 4:1-12; Titus 3:3-7, serta banyak lainnya. On the other hand, Protestants distinguish between the one time act of justification (when we are declared righteous and holy by God based on our faith in Christ's atonement on the cross), and sanctification (the ongoing process of being made righteous that continues throughout our lives on earth.) While Protestants recognize that works are important, they believe they are the result or fruit of salvation, but never the means to it. Di sisi lain, Protestan membedakan antara tindakan saat salah satu pembenaran (ketika kita dinyatakan benar dan suci oleh Allah berdasarkan iman kita di dalam penebusan Kristus di kayu salib), dan pengudusan (proses berkelanjutan yang dibuat benar yang terus sepanjang kita hidup di bumi) Sementara Protestan. mengakui bahwa karya yang penting, mereka percaya mereka adalah hasil atau buah dari keselamatan, tetapi tidak pernah sarana untuk itu. Catholics blend justification and sanctification together into one ongoing process, which leads to confusion about how one is saved. Campuran Katolik pembenaran dan pengudusan bersama menjadi satu proses yang terus berjalan, yang menyebabkan kebingungan tentang bagaimana seseorang disimpan.

A fourth major difference between Catholics and Protestants has to do with what happens after men die. Perbedaan utama keempat antara Katolik dan Protestan ada hubungannya dengan apa yang terjadi setelah orang mati. While both believe that unbelievers will spend eternity in hell, there is significant and important differences as to what happens to believers. Sementara kedua percaya bahwa orang-orang kafir akan menghabiskan kekekalan di neraka, ada perbedaan yang signifikan dan penting untuk apa yang terjadi kepada orang percaya. From their church traditions and their reliance of non-canonical books, the Catholics have developed the doctrine of purgatory. Dari tradisi gereja mereka dan ketergantungan mereka buku non-kanonik, orang Katolik telah mengembangkan doktrin api penyucian. Purgatory, according to the Catholic Encyclopedia, is a “place or condition of temporal punishment for those who, departing this life in God's grace are, not entirely free from venial faults, or have not fully paid the satisfaction due to their transgressions.” On the other hand, Protestants believe that because we are justified by faith in Christ alone, and that Christ's righteousness is imputed to us – when we die we will go straight to heaven to be in the presence of the Lord (Corinthians 5:6-10 and Philippians 1:23). Api Penyucian, menurut Ensiklopedia Katolik, adalah "tempat atau kondisi hukuman sementara bagi mereka yang, berangkat ini hidup dalam kasih karunia Tuhan itu, tidak sepenuhnya bebas dari kesalahan ringan, atau belum dilunasi kepuasan karena pelanggaran mereka." Pada sisi lain, Protestan percaya bahwa karena kita dibenarkan oleh iman dalam Kristus saja, dan bahwa Kristus adalah kebenaran diperhitungkan kepada kita - ketika kita mati kita akan langsung ke surga untuk berada dalam hadirat Tuhan (Korintus 5:6-10 dan Filipi 1:23).

Yet even more disturbing about the Catholic doctrine of purgatory is the fact that they believe that man must or even can pay or make satisfaction for his own sins. Namun bahkan lebih mengganggu tentang doktrin Katolik tentang api penyucian adalah kenyataan bahwa mereka percaya bahwa manusia harus atau bahkan bisa membayar atau membuat kepuasan bagi dosa-dosanya sendiri. This along with their misunderstanding of what the Bible teaches about how man is justified before God, results in a low view of the sufficiency and efficiency of Christ's atonement on the cross. Ini bersama dengan mereka kesalahpahaman tentang apa yang diajarkan Alkitab tentang bagaimana manusia dibenarkan di hadapan Allah, hasil dalam tampilan rendah kecukupan dan efisiensi penebusan Kristus di kayu salib. Simply put, the Roman Catholic viewpoint on salvation implies that Christ's atonement on the cross was not sufficient payment for the sins of those who believe in Him, and that even a believer must atone or pay for his own sins, either through acts of penance, or time in purgatory. Sederhananya, sudut pandang Katolik Roma tentang keselamatan menyiratkan bahwa penebusan Kristus di salib tidak pembayaran cukup untuk dosa-dosa mereka yang percaya kepada-Nya, dan bahkan orang percaya harus menebus atau membayar dosa-dosa sendiri, baik melalui tindakan penebusan dosa, atau waktu di api penyucian. Yet the Bible teaches over and over again that it is Christ's death alone that can satisfy or propitiate God's wrath against sinners (Romans 3:25; Hebrews 2:17; 1 John 2:2; 1 John 4:10). Namun Alkitab mengajarkan lagi dan lagi bahwa itu adalah kematian Kristus saja yang dapat memuaskan atau mendamaikan murka Allah terhadap orang-orang berdosa (Roma 3:25; Ibrani 2:17; 1 Yohanes 2:2; 1 Yohanes 4:10). Our works of righteousness cannot add to what Christ has already accomplished. Perbuatan kita kebenaran tidak dapat menambah apa yang Kristus telah dicapai.

While there are numerous other differences between what Catholics and Protestants believe, these four should be adequate to establish that there are serious differences between the two. Walaupun ada banyak perbedaan lain antara apa yang Katolik dan Protestan percaya, keempat harus memadai untuk menetapkan bahwa ada perbedaan serius antara keduanya. In much the same way as the Judiziers (Jews who said that Gentile Christians had to obey the Old Testament law to be saved) that Paul wrote about in Galatians, Catholics, by making works necessary for one to be justified by God, end up with a completely different gospel. Dalam banyak cara yang sama seperti Judiziers (orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa orang Kristen bukan Yahudi harus mematuhi hukum Perjanjian Lama yang akan disimpan) bahwa Paulus menulis tentang dalam Galatia, Katolik, dengan membuat karya yang diperlukan untuk satu yang akan dibenarkan oleh Allah, berakhir dengan suatu injil yang sama sekali berbeda. The differences between Catholicism and evangelical Protestants are important and significant. Perbedaan antara Katolik dan Protestan evangelis adalah penting dan signifikan.

It is our prayer that God will open up the eyes of anyone reading this article who is putting their faith or trust in the teachings of the Catholic Church. Adalah doa kami bahwa Allah akan membuka mata orang membaca artikel ini yang menempatkan iman atau kepercayaan dalam ajaran Gereja Katolik. It is our hope that everyone will understand and believe that their “works of righteousness' cannot justify them, or sanctify them (Isaiah 64:6). Ini merupakan harapan kami bahwa setiap orang akan mengerti dan percaya bahwa "mereka karya kebenaran 'tidak bisa membenarkan mereka, atau menguduskan mereka (Yesaya 64:6). It is our prayer that all will instead put their faith solely in the fact that we are “justified as a gift by His grace through the redemption which is in Christ Jesus, whom God displayed as a propitiation in His blood through faith.” (Romans 3:24-25). Adalah doa kami bahwa semua bukannya akan menempatkan iman mereka semata-mata pada kenyataan bahwa kita ("dibenarkan sebagai hadiah oleh kasih karunia-Nya melalui penebusan dalam Kristus Yesus, Tuhan yang ditampilkan sebagai pendamaian dalam darah-Nya melalui iman." Roma 3:24-25). God saves us, “not on the basis of deeds which we have done in righteousness, but according to His mercy, by the washing of regeneration and renewing by the Holy Spirit, whom He poured out upon us richly through Jesus Christ our Savior, so that being justified by His grace we would be made heirs according to the hope of eternal life” (Titus 3:5-7). Tuhan menyelamatkan kita, "bukan berdasarkan perbuatan yang telah kita lakukan dalam kebenaran, tetapi menurut rahmat-Nya, oleh permandian kelahiran kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus, yang Ia dicurahkan ke atas kita kaya melalui Yesus Kristus Juruselamat kita, sehingga bahwa yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya kita akan dibuat ahli waris sesuai dengan harapan hidup yang kekal "(Titus 3:5-7).

Recommended Resource: Roman Catholics and Evangelicals: Agreements and Differences by Norm Geisler . Fitur Sumber: Roma Katolik dan Protestan: Perjanjian dan Perbedaan oleh Norm Geisler .

KRISTEN PROTESTAN: POKOK AJARANNYA

AJARAN KRISTEN PROTESTAN: WAWASAN KRISTOLOGI

Ini hanya sekedar untuk diketahui; bukan untuk diyakini. Karena, semua yang disebut di bawah ini adalah bentuk rekayasa manusia. Tulisan ini disuguhkan hanya sebagai pengetahuan atau wawasan saja tentang agama Kristen dan keyakinan para penganutnya.

1. Tuhan dan Guru kita YESUS KRISTUS, ketika Ia mengucapkan "Bertobatlah," dan seterusnya, menyatakan bahwa seluruh hidup orang-orang yang percaya harus diwarnai dengan pertobatan.

2. Kata ini tidak boleh dimengerti mengacu kepada hukuman sakramental; maksudnya, berkaitan dengan proses pengakuan dan pelepasan (dosa), yang diberikan oleh imam-imam yang dilakukan di bawah pelayanan imam-imam.

3. Dan, pertobatan tidak hanya mengacu pada penyesalan batiniah; tidak, penyesalan batiniah semacam itu tidak ada artinya, kecuali secara lahiriah menghasilkan pendisiplinan diri terhadap keinginan daging.

4. Jadi, hukuman itu terus berlanjut selama ada kebencian pada diri sendiri - maksudnya, penyesalan batin yang sejati berlanjut: yaitu, sampai kita masuk ke dalam kerajaan surga.

5. Paus tidak memiliki kekuatan maupun kuasa untuk mengampuni kesalahan apa pun, kecuali yang telah ia diberikan dengan otoritasnya sendiri, atau oleh peraturan.

6. Paus tidak memiliki kuasa untuk mengampuni dosa apa pun, kecuali dengan menyatakan dan menjaminnya te1ah diampuni Allah; atau setidaknya ia dapat memberikan pengampunan pada kasus-kasus yang menjadi tanggung jawabnya, da1am kasus tersebut, jika kuasanya diremehkan, kesalahan akan tetap ada.

7. Allah tidak pernah mengampuni dosa apa pun, tanpa pada saat yang sama Dia menundukkan diri manusia itu, merendahkan diri da1am sega1a sesuatu, kepada otoritas imam, wakilnya.

8. Peraturan pengakuan dosa hanya dikenakan pada orang yang hidup dan tidak seharusnya dikenakan pada orang yang mati; menurut peraturan tersebut.

9. Oleh karena itu ROH KUDUS berkarya da1am diri Paus me1akukan hal yang baik bagi kita, sejauh da1am keputusannya, Paus se1a1u membuat perkecualian terhadap aturan ten tang kematian dan nasib seseorang.

10. Imam-imam bertindak salah dan tanpa pengetahuan,jika dalam kasus orang yang sekarat, mengganti hukuman kanonik dengan api penyucian.

11. Benih ilalang tentang mengubah hukuman kanonik menjadi hukuman di api penyucian tampaknya tentu saja telah ditaburkan sementara para uskup tertidur.

12. Pada mulanya, hukuman kanonik dikenakan bukan sesudah, melainkan sebe1um pengampunan, sebagai ujian untuk pertobatan mendalam yang sejati.

13. Orang yang sekarat melunasi semua hukuman dengan kematian, dianggap sudah mati sesuai hukum kanon dan mendapat hak dilepaskan dari hukum kanon.

14. Kebaikan atau kasih yang tidak sempurna dari orang yang sekarat pasti menyebabkan ketakutan yang besar; dan makin sedikit kebaikan atau kasihnya, makin besar ketakutan yang diakibatkannya.

15. Rasa takut dan ngeri tersebut sudah cukup bagi dirinya sendiri, tanpa berbicara hal-hal lain, tanpa ditambah penderitaan di api penyucian karena hal itu sangat de kat dengan kengerian keputusasaan.

16. Neraka, api penyucian, dan surga tampak berbeda seperti halnya keputusasaan, hampir putus asa, dan kedamaian pikiran itu berbeda.

17. Jiwa da1am api penyucian, tampaknya harus seperti ini: saat kengerian menghilang, kasih meningkat.

18. Namun, hal itu tampaknya tidak terbukti dengan penalaran apa pun atau ayat Alkitab mana pun, api penyucian berada di luar kebaikan seseorang atau meningkatnya kasih.

19. Hal itu juga tidak terbukti; bahwa jiwa dalam api penyucian yakin dan mantap dengan berkat mereka sendiri; mereka semua, bahkan jika kita bisa sangat yakin dengan hal tersebut.

20. Oleh karena itu Paus, ketika ia berbicara ten tang pengampunan sepenuhnya dari semua hukuman, itu bukan sekadar bermakna semua dosa, melainkan hanya hukuman yang ia jatuhkan sendiri.

21. Jadi, para pengkhotbah pengampunan dosa, yang berkata bahwa dengan surat pengampunan dosa dari Paus, seseorang dibebaskan dan diselamatkan dari semua hukuman, melakukan kesalahan.

22. Sebab sesungguhnya ia tidak menghapuskan hukuman, yang harus mereka bayar dalam kehidupan sesuai dengan peraturan, bagi jiwa-jiwa di api penyucian.

23. Jika pengampunan sepenuhnya bagi semua hukuman bisa diberikan kepada seseorang, sudah tentu tidak akan diberikan kepada seorang pun kecuali orang yang paling sempurna - yaitu, kepada sangat sedikit orang.

24. Oleh karena itu sebagian besar orang pasti tertipu dengan janji pembebasan dari hukuman yang bersifat tidak pandang bulu dan sangat manis itu.

25. Kekuasaan seperti itu dimiliki Paus atas api penyucian secara umum, seperti halnya dimiliki setiap uskup di keuskupannya dan setiap imam di jemaatnya sendiri, secara khusus.

26. Paus bertindak dengan benar dengan memberikan pengampunan dosa kepada jiwa-jiwa, bukan dengan kekuasaan kunci-kunci (yang tak ada gunanya dalam hal ini), meLainkan dengan doa syafaat.

27. Orang yang berkata bahwa jiwa seseorang terlepas dari api penyucian segera setelah uang dimasukkan ke dalam peti yang menimbulkan bunyi gemerencing, berkhotbah dengan gila.

28. Sudah tentu, ketika uang yang dimasukkan dalam peti menimbulkan bunyi gemerencing, ketamakan, dan keuntungan mungkin meningkat, tetapi doa syafaat gereja tergantung pada kehendak Allah semata-mata.

29. Siapa tahu apakah semua jiwa di api penyucian ingin dibebaskan darinya atau tidak, sesuai dengan cerita yang dikisahkan tentang Santo Severinus dan Paschal?

30. Tidak ada seorang pun yang yakin tentang realita perasaan berdosanya sendiri, terlebih-lebih pencapaian pengampunan dosa seluruhnya.

31. Seperti halnya petobat sejati itu jarang, demikian juga orang yang sungguh-sungguh membeli surat pengampunan dosa itu jarang - maksudnya, sangat jarang.

32. Orang yang percaya bahwa, melalui surat pengampunan dosa, mereka dijamin mendapatkan keselamatan mereka, akan dihukum secara kekal bersama dengan guru-guru mereka.

33. Kita harus secara khusus berhati-hati terhadap orang yang berkata bahwa surat pengampunan dari Paus ini merupakan karunia Allah yang tak ternilai harganya, yang menyebabkan seseorang diperdamaikan dengan Allah.

34. Sebab kasih karunia yang disalurkan melalui pengampunan ini hanya berkaitan dengan hukuman untuk memenuhi hal-hal yang bersifat sakramen, yang ditentukan oleh manusia.

35. Orang yang mengajar bahwa penyesalan yang mendalam itu tidak diperlukan oleh orang-orang yang membeli jiwa-jiwa keluar dari api penyucian atau membeli lisensi pengakuan, tidak mengkhotbahkan doktrin Kristen.

36. Setiap orang Kristen yang merasakan penyesalan yang sejati akan mendapatkan pengampunan dosa seluruhnya yang sejati dari penderitaan dan rasa bersalah, bahkan meskipun tanpa surat pengampunan dosa.

37. Setiap orang Kristen sejati, entah yang hidup atau yang mati, mendapatkan bagian dalam semua berkat KRISTUS dan gereja yang diberikan kepadanya oleh Allah meskipun tanpa surat pengampunan dosa.

38. Namun, pengampunan dosa, yang dilakukan oleh Paus, tidak boleh dipandang rendah dengan cara apa pun sebab pengampunan, seperti saya katakan, merupakan pernyataan pengampunan dosa dari Allah.

39. Menekankan dampak pengampunan dosa yang besar dan pada saat yang sama menekankan pentingnya penyesalan yang sejati di mata orang-orang, merupakan hal yang paling sulit, bahkan juga untuk teolog yang paling terpelajar sekalipun.

40. Penyesalan yang sejati mendambakan dan mencintai hukuman, sementara hadiah pengampunan dosa menjadikannya lega dan membuat manusia membencinya, atau paling tidak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membencinya.

41. Pengampunan dosa apostolikharus dinyatakan dengan penuh hati-hati,jika tidak, orang-orang secara salah akan menduga hal itu diletakkan pada perbuatan baik kasih lainnya.

42. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus tidak pernah berpikir bahwa pembelian surat pengampunan dosa dalam cara apa pun bisa dibandingkan dengan karya kasih karunia.

43. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memberi kepada orang miskin, atau memberi pinjaman kepada orang yang kekurangan, berbuat lebih baik daripada jika ia membeli surat pengampunan dosa.

44. Karena, me1alui kasih, kasih meningkat, dan manusia menjadi lebih baik; sementara melalui surat pengampunan dosa, ia tidak menjadi lebih baik, tetapi hanya lebih bebas dari hukuman.

45. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa orang yang memandang seseorang yang kekurangan dan melewatinya, memberikan uang untuk mendapatkan pengampunan dosa, tidak sedang membeli surat pengampunan dosa dari Paus untuk dirinya sendiri, tetapi murka Allah.

46. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, kecuali mereka memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka terikat untuk melakukan hal yang perlu untuk dipakai bagi keperluan rumah tangga mereka sendiri dan dengan cara apa pun tidak boleh menghamburkannya untuk mendapatkan surat pengampunan.

47. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, meskipun mereka bebas untuk membeli surat pengampunan dosa, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya.

48. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa Paus, dalam memberikan pengampunan, memiliki kebutuhan lebih banyak dan keinginan lebih banyak agar doa yang tekun dinaikkan baginya, daripada uang yang sudah siap untuk dibayarkan.

49. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa pengampunan dari Paus itu berguna,jika mereka tidak meletakkan kepercayaan mereka penyucian; tetapi paling berbahaya, jika melaluinya mereka kehilangan rasa takut mereka kepada Allah.

50. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa,jika Paus mengetahui tuntutan para pengkhotbah pengampunan dosa, ia akan lebih menyukai jika Basilika St. Petrus dibakar sampai menjadi abu, daripada dibangun dengan kulit, daging, dan tulang domba-dombanya.

51. Orang-orang Kristen harus diajar bahwa, seperti halnya merupakan kewajiban, demikian juga itu merupakan harapan Paus yang jika perlu menjual Basilika St. Petrus dan memberikan uangnya sendiri kepada banyak orang, yang darinya para pengkhotbah pengampunan dosa menarik uang.

52. Sia-sialah harapan untuk mendapatkan keselamatan melalui surat-surat pengampunan dosa, bahkan sekalipun itu komisaris, tidak, bahkan Paus sendiri - harus menjanjikan jiwanya sendiri bagi mereka.

53. Orang yang, demi memberitakan pengampunan dosa, mengutuk firrnan Allah untuk meredakan ketenangan di gereja lainnya, adalah musuh KRISTUS dan Paus.

54. Kesalahan dilakukan terhadap firman Allah jika, dalam khotbah yang sama, waktu yang sama atau lebih lama dihabiskan untuk membahas surat pengampunan daripada untuk membahas firman Allah.

55. Menurut pikiran Paus jika surat pengampunan, yang merupakan masalah yang sangat kecil, dirayakan dengan satu bel, satu prosesi, dan satu seremoni; Injil, yang merupakan masalah yang sangat besar, seharusnya diberitakan dengan ratusan bel, ratusan prosesi, dan ratusan seremoni.

56. Kekayaan gereja yang menyebabkan Paus mengeluarkan surat pengampunan dosa, tidak cukup didiskusikan atau dikenal di antara umat KRISTUS.

57. Tampak jelas bahwa kekayaan tersebut bukanlah kekayaan semen tara; sebab kekayaan tersebut tidak untuk dibagikan secara gratis, tetapi hanya ditimbun oleh banyak pengkhotbah surat pengampunan dosa.

58. Kekayaan itu juga bukan kebaikan KRISTUS dan para Rasul; sebab tanpa peran Paus, kebaikan selalu menghasilkan kasih karunia kepada manusia rohani; dan salib, kematian, dan neraka bagi manusia lahiriah.
59. St. Lawrence berkata bahwa harta benda gereja adalah orang-orang miskin di gereja, tetapi ia berbicara menurut penggunaan kata itu pada zamannya.

60. Kami tidak tergesa-gesa berbicara jika kami berkata bahwa kunci gereja, yang diserahkan melalui kebaikan KRISTUS, adalah kekayaan itu.
61. Sangat jelas bahwa kuasa Paus pada hakikatnya sudah memadai untuk mengampuni hukuman dan kasus-kasus yang khusus diberikan padanya.

62. Kekayaan gereja yang sejati adalah Injil Kudus dari kemuliaan dan kasih karunia Allah.

63. Namun, kekayaan itu paling dibenci karena membuat orang yang pertama menjadi yang terkemudian.

64. Sementara kekayaan surat pengampunan dosa paling diterima karena membuat yang terakhir menjadi yang pertama.

65. Oleh karena itu kekayaan Injil adalah jala, yang pada mulanya digunakan untuk menjala orang kaya.

66. Kekayaan surat pengampunan dosa adalah jala yang sekarang digunakan untuk menjala kekayaan orang.

67. Surat pengampunan dosa, yang dipromosikan secara jelas oleh para pengkhotbah sebagai kasih karunia terbesar, dipandang sungguh-sungguh seperti itu sepanjang berkaitan dengan meningkatnya keuntungan.

68. Namun, dalam kenyataan, surat itu tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kasih karunia Allah dan kesalehan karena salib.

69. Uskup dan imam terikat untuk menerima komisaris kepausan yang mengurusi surat pengampunan dengan segala kehormatannya.

70. Namun, mereka masih terikat untuk melihatnya dengan segenap mata mereka dan memerhatikan dengan segenap telinga mereka supaya orang-orang ini tidak mengkhotbahkan keinginan mereka sendiri, namun mengkhotbahkan apa yang diperintahkan oleh Paus.

71. Biarlah orang yang berbicara menentang kebenaran surat pengampunan dosa Paus terkucil dan terkutuk.

72. Namun, pada sisi lain, orang yang mengeluarkan segenap kemampuannya untuk menentang hawa nafsu dan penye1ewengan kebebasan para pengkhotbah pengampunan, biarlah ia diberkati.

73. Seperti halnya Paus secara adil menghardik orang yang menggunakan berbagai cara untuk merusak perdagangan surat pengampunan.

74. Terlebih-lebih jika ia menghardik orang yang, dengan dalih surat pengampunan, menggunakannya sebagai alasan untuk merusak kasih kudus dan kebenaran.

75. Berpikir bahwa sur at pengampunan Paus memiliki kuasa sedemikian sehingga mereka bisa membebaskan manusia bahkan jika - meskipun itu tidak mungkin - ia telah bersalah kepada Bunda Allah, merupakan kegilaan.

76. Sebaliknya, kami meneguhkan bahwa surat pengampunan Paus tidak bisa menghapuskan dosa paling remeh sekalipun, sepanjang hal itu terkait dengan kesalahannya.

77. Ungkapan yang mengatakan bahwa seandainya St. Petrus menjadi Paus sekarang, ia tidak bisa memberikan kasih karunia yang lebih besar, merupakan penghujatan kepada St. Petrus dan Paus.

78. Kami sebaliknya meneguhkan bahwa Paus saat ini atau Paus lain mana pun memiliki kasih karunia yang lebih besar yang dapat digunakan menurut kehendaknya - yaitu, InjiI, kuasa, karunia kesembuhan, dan sebagaimana tertulis (1 Korintus XII.9.)

79. Mengatakan bahwa salib yang dihiasi panji-panji kepausan merniliki kuasa yang sama dengan salib KRISTUS, merupakan penghujatan.

80. Uskup, imam, dan teolog yang mengizinkan khotbah semacam itu beredar di antara umat, harus memberikan pertanggung-jawaban.

81. Khotbah mengenai surat pengampunan dosa yang tidak terkontrol ini bukanlah hal yang mudah, bahkan juga bagi orang terpelajar, tidak bisa menyelamatkan Paus dari fitnah, atau, dalam semua peristiwa, pertanyaan kritis kaumawam.

82. Misalnya: "Mengapa Paus tidak mengosongkan api penyucian demi kasih yang paling kudus, dan kebutuhan jiwa yang mendesak - ini menjadi yang paling benar dari semua alasan - jika ia menebus jumlah jiwa yang tidak terbatas demi hal yang paling hina, uang, untuk digunakan membangun Basilika - ini menjadi alasan yang paling sepele?"

83. Sekali lagi: "Mengapa misa penguburan dan misa peringatan hari kematian masih berlanjut, dan mengapa Paus tidak mengembalikan, atau mengizinkan penarikan dana yang diwariskan untuk tujuan ini; karena hal ini merupakan kesalahan untuk berdoa bagi orang-orang yang sudah ditebus?"

84. Sekali lagi: "Apakah karena kesalehan yang baru kepada Allah dan Paus, maksudnya, demi uang, pejabat gereja mengizinkan orang yang tidak beriman dan musuh Allah untuk menebus jiwa-jiwa yang saleh dan mengasihi Allah dari api pencucian, namun tidak menebus jiwa yang saleh dan terkasih itu, berdasarkan kasih yang cuma-cuma, demi kebutuhannya jiwa-jiwa itu sendiri?"

85. Sekali lagi: "Mengapa peraturan tentang penyesalan dosa, yang sudah lama dihapuskan dan mati dalam kenyataannya karena tidak digunakan, sekarang dipatuhi lagi dengan memberikan surat pengampunan dosa, seolah-olah peraturan-peraturan tersebut masih hidup dan berlaku?"

86. Sekali lagi: "Mengapa Paus, yang kekayaannya saat ini jauh lebih banyak daripada orang yang paling kaya di antara orang kaya, tidak membangun Basilika St. Petrus dengan uangnya sendiri, sebaliknya dengan uang dari. orang-orang percaya yang miskin?"

87. Sekali lagi: "Apa yang diampuni at au dianugerahkan Paus kepada orang-orang, yang dengan penyesalan yang dalam dan sempurna, merniliki hak untuk mendapatkan pengampunan dan berkat yang sempurna?

88. Sekali lagi: "Berkat yang lebih besar apakah yang akan diterima gereja jika Paus, tidak satu kali, seperti yang ia lakukan sekarang, memberikan peng¬ampunan dosa dan berkat seratus kali sehari kepada setiap orang yang setia dalam iman?"

89. Oleh karen a keselamatan jiwa, bukannya uang, yang dicari Paus melalui surat pengampunannya, mengapa ia menunda surat-surat dan pengampunan dosa yang diberikan sejak lama karen a keduanya sama-sama manjur?

90. Untuk menindas keberatan dan argumen kaum awam dengan kekuatan semata-mata dan tidak menyelesaikannya dengan memberikan penjelasan, berarti memberi kesempatan kepada gereja dan Paus untuk dicemooh musuh-rnusuh mereka dan membuat orang-orang Kristen tidak senang.

91. jika, kemudian, pengampunan dikhotbahkan sesuai semangat dan pikiran Paus, sernua pertanyaan ini akan diselesaikan dengan mudah - tidak, bahkan tidak akan ada.

92. Jadi, menyingkirlah, semua nabi yang berkata kepada umat KRISTUS, "Damai, damai," dan tidak ada damai!

93. Diberkatilah semua nabi yang berkata kepada umat KRISTUS, "Salib, salib," dan tidak ada salib!

94. Orang-orang Kristen harus dinasihati untuk setia mengikuti KRISTUS Sang Kepala mereka melalui penderitaan, kematian, dan neraka.

95. Dan dengan demikian yakin untuk memasuki surga melalui penganiayaan, bukannya melalui damai sejahtera yang palsu.

KRISTEN KATOLIK: POKOK AJARANNYA

AJARAN KRISTEN KATOLIK: WAWASAN KRISTOLOGI

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberi informasi tentang ajaran-ajaran pokok yang diyakini oleh para pemeluk agama Kristen Katolik. Hanya sekedar diketahui saja oleh umat Islam; bukan untuk diyakini dan diamalkan. Karena, dalam Islam sudah cukup sempurna ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW melalui al-Qur’an dan Sunnahnya.
Sejak tahun 1995 di Indonesia beredar Katekismus Gereja Katolik (KGK) yang cukup tebal (783 halaman!). Pada tahun 2005 di Vatikan diterbitkan Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK), semacam ringkasan katekismus yang tebal tadi. Namun, jauh sebelum terbitnya kedua buku tersebut, ajaran pokok Gereja Katolik diringkaskan dalam rumusan-rumusan singkat yang sampai sekarang dipandang jitu dan mudah diingat. Silakan membacanya dan merenungkannya. Tak salah juga jika dihafal. Sebab manfaatnya sungguh besar.
Sepuluh perintah Allah
Akulah Tuhan, Allahmu,
1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan.
4. Hormatilah ibu bapamu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berzina.
7. Jangan mencuri.
8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.
9. Jangan mengingini istri sesamamu.
10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.
Tradisi Gereja yang setia kepada Kitab Suci dan yang mengikuti teladan Yesus, selalu mengakui keunggulan Kesepuluh Perintah Allah serta pentingnya. Orang-orang Kristen diwajibkan untuk mengamalkannya. (KKGK # 438). Sepuluh perintah ini dapat dibaca dalam versi asli di dalam kitab Keluaran (20:1-17) dan kitab Ulangan (5:1-21).
Lima Perintah Gereja
1. Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.
2. Ikutlah perayaan ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.
3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan.
4. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.
Lima perintah Gereja bertujuan menjamin bagi umat beriman minimum semangat doa, hidup sakramental, usaha moral serta pertumbuhan dalam kasih kepada Allah dan sesama. (KKGK # 431)
Dua Perintah Kasih
Dalam perintah ini tercakuplah segala perintah yang lain.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.(Mat 22:37, 39)
Hukum baru, yaitu Hukum Injil, adalah kepenuhan dan penggenapan Hukum Allah, baik alami maupun yang diwahyukan, yang diwujudkan melalui Kristus. Hukum itu mencakup perintah mengasihi Allah dan sesama, supaya semua orang saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita. (KKGK #420)
Kaidah emas
Peganglah patokan ini dalam hubungan dengan semua manusia tanpa kecuali.
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Mat 7:12)
Delapan Sabda Bahagia
Tak cukup tidak berdosa saja. Tuhan menghendaki supaya kita berbuat baik. Dengan berbuat baik, kita disebut ‘berbahagia’. Inilah teksnya yang dikutip dari Perjanjian Baru edisi ke-2 ( LAI)
1. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.
2. Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
3. Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
4. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kehendak Allah,
karena mereka akan dipuaskan.
5. Berbahagialah orang yang berbelaskasihan,
karena mereka akan beroleh belas kasihan.
6. Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
7. Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
8. Berbahagialah orang yang dianiaya
karena melakukan kehendak Allah,
karena merekalah yang punya Kerajaan Surga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya
dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di surga,
sebab demikian juga telah dinaiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. (Mat 5:3-12)
Kedelapan Sabda Bahagia menurut Alkitab-Kabar Baik:
1. Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya
dan hanya bergantung pada Tuhan saja,
mereka adalah anggota umat Allah!
2. Berbahagialah orang yang bersedih hati;
Allah akan menghibur mereka!
3. Berbahagialah orang yang rendah hati;
Allah akan memenuhi janji-Nya kepada mereka!
4. Berbahagialah orang yang rindu melakukan kehendak Allah;
Allah akan memuaskan mereka!
5. Berbahagialah orang yang mengasihani orang lain;
Allah akan mengasihani mereka juga!
6. Berbahagialah orang yang murni hatinya;
mereka akan mengenal Allah.
7. Berbahagialah orang yang membawa damai di antara manusia;
Allah akan mengakui mereka sebagai anak-anak-Nya!
8. Berbahagialah orang yang menderita penganiayaan
karena melakukan kehendak Allah;
mereka adalah anggota umat Allah!
Berbahagialah kalian kalau dicela, dan difitnah demi Aku.
Nabi-nabi yang hidup sebelum kalian pun sudah dianiaya seperti itu.
Bersukacitalah dan bergembiralah,
sebab besarlah upah di surga yang disediakan Tuhan untuk kalian. (Mat 5:3-12)
Sabda-sabda Bahagia menempati tempat sentral dalam pemberitaan Yesus, mengulangi dan menggenapkan janji-janji Allah yang diberikan semasa Abraham. Juga mencerminkan wajah Yesus sendiri, menjadi ciri khas hidup Kristen otentik serta menyingkapkan tujuan akhir segala tindakan manusiawi: kebahagiaan kekal. (KKGK # 360)
Pokok-pokok iman
Inilah hal-hal pokok yang diimani orang Katolik:
1. Ada satu Allah saja (secara konseptual).
2. Allah adalah Hakim yang Mahaadil:
Ia membalas yang baik
dan menghukum yang jahat.
3. Ada tiga Pribadi Allah:
Bapa, Putra dan Roh Kudus.
4. Allah Putra telah menjadi manusia,
menderita sengsara,
wafat di salib
dan bangkit demi keselamatan kita.
5. Jiwa manusia kekal/tidak dapat mati.
6. Rahmat Allah mutlak perlu
agar manusia memperoleh keselamatan.
Tujuh sakramen kudus
Supaya kita dapat hidup suci, Kristus datang kepada kita dalam tanda-tanda yang kelihatan, yaitu dalam sakramen-sakramen kudus. Ia hadir dalam tanda-tanda itu untuk memberi kekuatan serta rahmat.
1. Baptisan.
2. Krisma.
3. Ekaristi.
4. Tobat dan Rekonsiliasi.
5. Pengurapan orang sakit.
6. Tahbisan.
7. Perkawinan.
Syarat-syarat sakramen tobat
Melalui baptisan kita telah menjadi anak Allah. Jika kita kehilangan kesucian yang diperoleh dalam sakramen baptisan, kita dapat memperolehnya kembali dengan memenuhi syarat-syarat ini:
1. Pemeriksaan batin.
2. Sesal dan tobat.
3. Niat teguh untuk memperbaiki kesalahan.
4. Pengakuan dosa yang jujur dan lengkap.
5. Penitensi.
Tiga keutamaan adikodrati
1. Iman. (Fides)
2. Harapan. (Spes)
3. Kasih. (Caritas)
Empat keutamaan moral
1. Kebijaksanaan. (Prudentia)
2. Keadilan. (Iustitia)
3. Ketangguhan. (Fortitudo)
4. Kesahajaan/Tahu batas. (Temperantia)
Lima keutamaan intelektual
1. Akal budi. (Intellectus)
2. Pengetahuan. (Scientia)
3. Paham. (Sapientia)
4. Kebijaksanaan. (Prudentia)
5. Kesenian. (Ars)
Tiga perbuatan baik yang utama
1. Doa.
2. Puasa.
3. Amal.
Tiga nasihat injili
1. Kemiskinan sukarela.
2. Kemurnian seumur hidup.
3. Ketaatan demi kasih Kristus.
Tujuh karunia Roh Kudus
1. Kebijaksanaan. (Sapientia)
2. Pengertian. (Intellectus)
3. Pengetahuan. (Scientia)
4. Nasihat. (Consilium)
5. Kekuatan. (Fortitudo)
6. Kesalehan. (Pietas)
7. Ketakwaan. (Timor)
Dua belas buah Roh Kudus
01. Kasih. (Caritas)
02. Sukacita. (Gaudium)
03. Damai. (Pax)
04. Kesabaran. (Patientia)
05. Kemurahan hati. (Benignitas)
06. Kebaikan. (Bonitas)
07. Kelapangan hati. (Longanimitas)
08. Kelembutan hati. (Mansuetudo)
09. Kepercayaan. (Fides)
10. Kesopanan. (Modestitas)
11. Pengendalian diri. (Continentia)
12. Kemurnian. (Castitas)
Tujuh keutamaan pokok
1. Rendah hati.
2. Murah hati.
3. Murni.
4. Mengasihi.
5. Tahu batas.
6. Sabar.
7. Rajin dan bersemangat.
Tujuh cacat jiwa utama
1. Sombong. (Superbia)
2. Tamak. (Avaritia)
3. Tidak sopan. (Luxuria)
4. Iri hati. (Invidia)
5. Rakus dalam makanan dan minuman. (Gula)
6. Marah. (Ira)
7. Malas. (Acedia)
Cacat jiwa adalah kebalikan keutamaan, yaitu kecenderungan-kecenderungan yang menumpulkan suara hati dan membujuk manusia untuk berbuat dosa. Semua cacat jiwa itu dapat dihimpun seputar tujuh dosa yang biasa disebut dosa utama. (KKGK #398)
‘Anak-anak’ cacat jiwa utama
Anak-anak kesombongan:
Keangkuhan, ambisi, gila hormat, bualan, kemunafikan, perselisihan, ketidaktaatan.
Anak-anak ketamakan:
Kekerasan hati, kekhawatiran atau keinginan berlebihan akan benda duniawi, kekerasan dalam mendapatkan harta, kelicikan,penipuan.
Anak-anak ketidaksopanan:
Kebutaan hati, ketidakbijaksanaan, ketidakteguhan, cinta diri dan kebencian akan Allah, keterikatan pada masa kini dan kengerian terhadap masa mendatang.
Anak-anak keirihatian:
Kebencian, sungut, fitnahan, kesusahan karena keberhasilan sesama, sukacita karena kegagalan sesama.
Anak-anak kerakusan:
Ketumpulan otak, kebiasaan bicara banyak, kesukaan akan lelucon yang tidak pantas, kegembiraan yang tidak wajar, ketidaksopanan segala jenis.
Anak-anak kemarahan:
Keberangan, kepongahan, bicara keras, hujah, caci maki, perkelahian.
Anak-anak kemalasan:
Kelambanan dalam melaksanakan perintah, ketidakpedulian akan hal-hal terlarang, ketawaran hati, keputusasaan mengenai keselamatan sendiri.
Tahun gerejawi
1. Adven.
Dari sore menjelang hari Minggu I Adven hingga sore menjelang hari raya Natal.
2. Natal.
Dari sore menjelang hari raya Natal hingga hari Minggu Baptisan Tuhan [antara 7-13 Januari].
3. Prapaskah.
Dari hari Rabu Abu hingga misa Kamis Putih.
4. Trihari Suci.
Dari misa Perjamuan Terakhir pada malam Kamis Putih hingga sore hari raya Paskah.
5. Paskah.
Dari hari raya Paskah hingga hari raya Pentekosta.
6. Masa biasa.
Dari Senin sesudah hari Minggu Baptisan Tuhan hingga hari Rabu Abu; dari Senin sesudah hari raya Pentekosta hingga sore menjelang hari Minggu I Adven.
Bulan-bulan suci sepanjang tahun
Januari: Bulan Nama Yesus
Februari: Bulan Sengsara Yesus
Maret: Bulan Santo Yosef
April: Bulan Ekaristi
Mei: Bulan Santa Perawan Maria
Juni: Bulan Hati Yesus yang Mahakudus
Juli: Bulan Tubuh dan Darah yang Mahakudus
Agustus: Bulan Hati St. Perawan Maria yang mulia.
September: Bulan Bunda Maria Berdukacita
Oktober: Bulan Rosario Suci
November: Bulan Jiwa-jiwa di Purgatorium
Desember: Bulan Kanak-kanak Yesus
Hari-hari suci sepanjang pekan
Senin: Hari Trinitas yang Mahakudus
Selasa: Hari Roh Kudus
Rabu: Hari para Malaikat dan semua Orang Kudus
Kamis: Hari Ekaristi yang Mahakudus
Jumat: Hari Hati Yesus yang Mahakudus
Sabtu: Hari Santa Perawan Maria.
Tujuh belas tema renungan harian
01. Allah yang perlu dimuliakan.
02. Yesus yang perlu diikuti.
03. Para malaikat dan para kudus yang perlu diminta doanya.
04. Jiwa yang perlu diselamatkan.
05. Tubuh yang perlu dikuasai.
06. Dosa yang perlu ditinggalkan.
07. Keutamaan-keutamaan yang perlu dimiliki.
08. Neraka yang perlu dihindari.
09. Surga yang perlu dicapai.
10. Kekekalan yang perlu dipersiapkan.
11. Waktu yang perlu dimanfaatkan dengan baik.
12. Sesama yang perlu diberi teladan.
13. Dunia yang perlu ditangkis.
14. Iblis yang perlu diperangi.
15. Nafsu yang perlu ditaklukkan.
16. Kematian yang perlu diterima.
17. Penghakiman yang perlu dihadapi.
Tata tertib hidup orang Katolik
Apa saja yang Anda lakukan,
lakukanlah itu demi mengasihi Allah dan sesama.
1. Setelah bangun dari tidur, buatlah tanda salib dan persembahkanlah seluruh hari kepada Allah. Bila mungkin, ikutilah perayaan ekaristi setiap hari.
2. Laksanakanlah dengan setia dan rajin tugas kewajiban Anda.
3. Ingatlah bahwa Allah itu Maha Tahu. Ia selalu melihat dan mendengar Anda. Ia mengenal pikiran Anda yang paling rahasia. Maka taatlah kepada-Nya.
4. Berdoalah sebelum dan sesudah makan. Jangan makan tanpa batas.
5. Anda boleh mencari hiburan untuk menjadi segar kembali. Tetapi, hiburan itu hendaknya Anda cari pada saat yang sesuai, dan hendaknya Anda terlibat di dalamnya secara wajar. Jangan mengambil bagian dalam pesta pora dan jangan ikut serta dalam himpunan orang yang tidak benar tingkah lakunya. Jauhkanlah orang-orang yang demikian.
6. Ramah tamahlah terhadap setiap orang. Jangan menyinggung perasaan orang lain. Jangan merugikan nama ataupun harta sesama. Kendalikanlah lidah. Bicaralah benar. Jangan mendengarkan ataupun meneruskan perkataan atau cerita yang buruk, fitnah, makian, dan sebagainya. Hindarilah kesempatan-kesempatan yang dapat menjerumuskan Anda ke dalam dosa.
7. Tanggunglah derita dengan sabar. Jangan mengeluh dalam kesulitan-kesulitan yang Anda hadapi. Menderita karena kasih kepada Allah menghasilkan pahala. Karena itu jangan menyimpan rasa benci atau rasa ingin membalas dendam. Jika Anda disengsarakan tanpa alasan yang serius, bertahanlah dengan rendah hati.
8. Ingatlah bahwa Anda wajib merayakan hari-hari suci. Gereja adalah rumah Allah dan pintu menuju keselamatan. Jika pada hari Minggu Anda tidak pergi ke gereja tanpa alasan yang serius, Anda merugikan diri sendiri dan umat beriman lain.
9. Terimalah sesering mungkin sakramen ekaristi. Sekali sebulan akukanlah dosa Anda. Takutilah hilangnya rahmat Allah, tetapi jangan takut terhadap kematian. Seandainya Anda telah berdosa berat sesalilah secepatnya dosa itu. Berdoalah, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku!” Lalu sesegera mungkin pergilah kepada imam untuk mengaku dosa.
10. Ingatlah akan kematian dan akhir hidupmu. Segala sesuatu akan berlalu di dunia ini. Karena itu bersahabatlah dengan Tuhan dan berdoalah senantiasa. Berdoalah pula untuk mereka yang sudah meninggal dunia dan mintalah Tuhan agar Anda berpulang kelak dengan hati yang bersih (1Tes 4:3).

Api Penyucian
Api penyucian itu bersifat membersihkan dosa bagi yang telah meninggal sebelum kemudian beralih ke kerajaan Bapa.

Apakah itu berarti setelah meninggal kita menuju api penyucian sebelum masuk surga (semacam penyaring)?

Bagaimana dg ayat Yohanes 14:6 Kata YESUS kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.", yang di mana dapat kita artikan melalui YESUS kita menuju langsung kepada kerajaan Bapa?
Masih misterius maksud “api penyucian itu.”
_________________________________________________________
Ajaran Katolik mengenai moralitas seksual berasal dari hukum alam, Kitab Suci dan tradisi suci Gereja, serta disusun secara resmi oleh Magisterium Gereja. Moralitas seksual menganalisa kebaikan perilaku seksual, dan seringkali menyumbangkan prinsip-prinsip umum yang bisa digunakan seseorang untuk menganalisa moralitas suatu tindakan.
Gereja Katolik Roma mengajarkan bahwa kehidupan manusia dan seksualitas manusia adalah tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya dan adalah suatu yang suci. Oleh karena umat Katolik percaya bahwa Tuhan menciptakan umat manusia berdasarkan citra dan kemiripan-Nya, serta bahwa Tuhan menjadikan semua yang diciptakannya sebagai hal-hal yang "sangat baik" (Kitab Kejadian 1:31), Gereja mengajarkan bahwa tubuh manusia dan seks haruslah baik oleh karenanya. Katekisme Katolik mengajarkan bahwa "tubuh manusia merupakan sendi dari penyelamatan". Gereja menganggap bahwa perwujudan cinta antara suami dan istri sebagai suatu bentuk aktivitas manusia yang lebih tinggi nilainya, menyatukan suami dan istri di dalam bentuk saling menyerahkan diri yang sepenuhnya, dan membuka hubungan mereka pada kehidupan yang baru. "Aktivitas seksual dimana suami dan istri bersatu secara intim dan murni antara yang satu dengan yang lainnya, yang daripadanya kehidupan manusia disalurkan, adalah, sebagaimana yang diingatkan oleh Konsili terkahir, 'mulia dan berharga'". Adalah di dalam kasus-kasus dimana perwujudan seksual dicari di luar ikatan pernikahan yang suci, atau dimana fungsi-fungsi membentuk keturunan (prokreasi) dari perwujudan seksual di dalam pernikahan ditanggalkan secara sengaja, Gereja menyatakan keprihatinan moral yang sangat mendalam.
Gereja jelas mengajarkan bahwa hubungan seksual di luar ikatan pernikahan adalah bertentangan dengan tujuan hubungan seksual itu sendiri. "Aktivitas hubungan suami-istri" bertujuan untuk mencapai kesatuan pribadi yang sangat mendalam; sebuah persatuan yang lebih daripada hanya sebuah persetubuhan, yang menjurus pada pembentukan kesatuan hati dan jiwa semenjak ikatan pernikahan merupakan sebuah tanda cinta antara Tuhan dan manusia. Di antara dosa-dosa yang sangat bertentangan dengan kemurnian seksual adalah masturbasi, hubungan seks bebas, pornografi, preaktek-praktik hubungan homoseksual dan alat-alat kontrasepsi. Disamping dianggap sebagai sebuah dosa besar, penyediaan sarana atau bantuan dalam tindakan aborsi bisa mengakibatkan dijatuhinya hukuman ekskomunikasi.
Sumber-sumber moralitas seksual Katolik
Hukum alam
Hukum alam (Bahasa Latin: lex naturalis) adalah sebuah teori etika yang menempatkan keberadaan sebuah hukum dimana isinya dibentuk oleh alam dan oleh karenanya memiliki keabsahan dimanapun ia berada. Disamping adanya tuduhan-tuduhan miring bahwa ada keterlibatan paham penyembahan berhala dalam teori hukum alam, sejumlah (dan bukan semua) Bapa Gereja awal mencoba memasukkannya ke dalam agama Kristen (devosi kaum Stoic, yaitu pengikut salah satu paham filosofi Helenistik, pada penyembahan berhala jelas membantu pengadopsian ini).
Dalam sebuah tulisan yang sangat berpengaruh dari Summa Theologia, Santo Thomas Aquinas menulis:
makhluk hidup yang memiliki rasionalitas tunduk pada Tuhan Allah dengan sebaik-baiknya, sampai-sampai ia turut mengambil bagian dalam karya Allah tersebut, baik berkarya ilahi untuk diri sendiri maupun untuk sesama. Karena, keikut-sertaan ini memiliki bagian di dalam Logika Abadi, yaitu sebuah dasar pemikuran yang memiliki kecenderungan alami pada tindakan dan tujuan yang wajar: dan partisipasi hukum abadi ini di dalam makhluk hidup yang rasional disebut sebagai hukum alam. Hukum alam adalah sebuah sumber dasar bagi ajaran-ajaran Katolik mengenai moralitas seksual.
Kitab Suci
Cerita-cerita penciptaan di Kitab Kejadian 1-3 memberikan masukan dalam segi artropologi yang menerangkan umat Katolik mengenai moralitas seksual. Ayat-ayat berikut ini seringkali disebutkan di dalam pelajaran-pelajaran moralitas seksual Katolik:
• "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: 'Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu ...' " (Kejadian 1:27-28)
• "Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu." (Kejadian s:21-25)
• "Firman-Nya kepada perempuan itu: 'Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." (Kejadian 3:16)
Dua dari Sepuluh Perintah Allah secara langsung merujuk pada moralitas seksual, yaitu melarang perzinahan dan mengidamkan istri tetangga. (Baca Kitab Keluaran 20:14, 17; Kitab Ulangan 5:18, 21).
Yesus berkomentar mengenai kedua perintah ini di dalam Injil Matius 5:27-28: "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya."
Yesus membuat rujukan pada kalimat-kalimat dari Kitab Kejadian dalam khotbah-khotbahnya mengenai pernikahan di dalam Kitab Matius 19:4-6: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Bapa-bapa Gereja
Santo Augustinus Hippo menulis dengan penuh perasaan perubahan imannya menjadi seorang Kristiani dalam bukunya Confessiones, termasuk di dalamnya adalah unsur-unsur oerubahan yang berhubungan dengan perilaku seksual. Kalimat berikuta yang berasal dari otobiografinya tersebut menggambarkan sebuah titik balik penting dalam pembentukan moralitas seksual Katolik menurut pemikirannya:
Jadi cepat-cepat aku kembali ke tempat dimana Alypius dengan duduk; karena disana aku telah meletakkan karya-karya para rasul, ketika dari situlah aku bangkit. Aku ambil, buka, dan di dalam kesunyian membaca paragraf tersebut yang mataku pertama melihatnya: "Jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." (Kitab Roma 13:13-14). Aku tidak membaca lebih jauh lagi, ataupun aku membutuhkan apa-apa lagi..
Dalam agama Katolik Roma, aktivitas homoseksual adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam dan penuh dosa, sementara keinginan dan nafsu homoseksual adalah suatu kelainan (namun hal ini sendiri belum sepenuhnya dosa). Gereja Katolik Roma menganggap perilaku seksual manusia sebagai sesuatu yang suci, hampir penuh keilahian di dalam intisarinya, ketika dilakukan secara benar. Kegiatan-kegiatan hubungan seksual anal dan homogenital dianggap penuh dosa karena perilaku seksual pada dasarnya ditujukan untuk suatu kesatuan dan penerusan keturunan (meniru kehidupan Trinitas pribadi Tuhan). Gereja juga memahami kebutuhan saling melengkapi antara jenis kelamin yang berbeda untuk menjadi bagian dalam rencana Allah. Tindakan-tindakan seksual sama-jenis tidak sejalan dengan pola rancangan ini:
"Tindak-tanduk homoseksual bertentangan dengan hukum alam. Tindakan-tindakan ini menutup unsur pemberian kehidupan dalam perilaku seksual. Mereka tidak berasal dari sebuah tindakan saling mengisi secara seksual dan secara penuh kesih sayang yang tulus. Di dalam situasi apapun tindakan-tindakan ini tidak bisa disahkan."
Ajaran-ajaran ini tentu saja tidak terbatas pada pembahasan masalah homoseksualitas, namun juga membeentuk dasar filosofi bagi pelarangan Katolik terhadap, contohnya, seks bebas, semua bentuk perilaku seks yang tidak alami, kontrasepsi, pornografi, hubungan seksual anal dan masturbasi.
Sebagian kecil imam Gereja Katolik Roma, termasuk beberapa pejabat gereja seperti Uskup Jacques Gaillot dari Perancis, telah mengritik sikap Gereja ini. Ketidak-puasan atas sikap Gereja ini disalurkan ke dalam sikap penentangan langsung pada ajaran Katolik yang tak berubah mengenai seksualitas manusia.
Pada tanggal 15 Mei 2008, para uskup Katolik Roma di California mengeluarkan sebuah pernyataan menjelaskan penentangan mereka terhadap Mahkamah Agung Negara Bagian California di hari yang sama pada saat pengadilan tersebut memperbolehkan secara resmi pernikahan antar sesama jenis.

Penerimaan dan belas kasih
Pihak Gereja telah menyatakan bahwa keinginan ataupun ketertarikan homoseksual itu sendiri belum tentu membentuk sebuah dosa. Mereka dikategorikan sebagai sesuatu yang "menyimpang" dalam artian bahwa mereka memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdosa (yakni tindakan homoseksual). Namun, pengaruh-pengaruh yang di luar kendali seseorang tidak dianggap sebagai sesuatu yang berdosa baik dalam pengaruh itu sendiri maupun akibat dari pengaruh tersebut. Atas dasar alasan ini, walaupun Gereja menentang secara tegas usaha-usaha untuk mensahkan perilaku seksual sesama jenis kelamin, pihak Gereja juga secara resmi menekankan sikap hormat dan cinta kasih kepada mereka yang memiliki ketertarikan kepada sesama jenis. Oleh karena itu, Gereja Katolik Roma juga menentang penganiayaan dan kekerasan terhadap kaum lesbian, gay, biseksual dan transeksual:
"Jumlah pria dan wanita yang memiliki kecenderungan homoseksual yang tersimpan di bagian dirinya yang terdalam bukanlah sesuatu yang sepele. Kecenderungan ini, yang secara jujur merupakan suatu penyimpangan, merupakan suatu cobaan berat bagi kebanyakan dari mereka. Mereka harus diterima dengan rasa hormat, kasih, dan dengan kepekaan perasaan. Setiap tanda diskriminasi yang tidak adil dalam hubungannya dengan mereka harus dihindari. Mereka dipanggil untuk memenuhi keinginan Tuhan dalam hidup mereka dan, apabila mereka adalah umat Kristiani, untuk bersatu di dalam pengorbanan Salib Kristus dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka mungkin hadapi karena kondisi mereka ini".Bagi mereka yang mengalami ketertarikan kepada sesama jenis, Gereja Katolik Roma menawarkan anjuran berikut:
"Kaum homoseksual dipanggil untuk hidup murni menahan nafsu. Dengan kemampuan untuk mampu mengendalikan diri sendiri yang mengajarkan mereka kebebasan dalam diri mereka sendiri, dengan kadang-kadang didukung oleh persahabatan yang tanpa pamrih, oleh doa dan karunia ilahi, mereka bisa dan seharusnya secara bertahap dan pasti mendekati menjadi sebagai seorang Kristiani yang sempurna".
Harus dicatat bahwa Gereja menganggap panggilan untuk hidup murni menahan nafsu sebagai suatu panggilan bagi semua umat sesuai dengan tahapan dalam hidup mereka.
Dukungan sosial dan psikologi
Terence Cardinal Cooke sebagai Uskup Agung New York City melihat adanya kebutuhan akan pelayanan yang membantu para umat Katolik yang tertarik pada sesama jenis untuk mematuhi arahan-arahan Vatikan dalam hal perilaku seksual. Cooke mengundang John Harvey ke New York untuk memulai karya Courage International bersama Benedict Groeschel, seorang biarawan Fransiskan Pembaruan. Pertemuan pertama diadakan pada bukan September 1980 di Makam Suci Bunda Seton di South Ferry.
Pada tahun 1997, USCCB (Konferensi Uskup Katolik Amerika Serikat) mengeluarkan semacam brosur berjudul selalu menjadi anak-anak kita yang beberapa pihak menganggapnya cukup berguna. Brosur ini menjelaskan posisi gereja terkini mengenai homoseksualitas, terutama yang berhubungan dengan para orang tua dari anak-anak yang homoseksual.
Namun, beberapa kaum homoseksual yang tetap melakukan hubungan seks sesama jenis mungkin tidak akan menerima komuni suci karena dianggap memasyarakatkan dan melakukan hubungan seks sesama jenis, walaupun hal ini tidak selalu terjadi tergantung bagaimana pandangan uskup lokal dan imam yang memimpin misa suci.
Asosiasi Medis Katolik telah menyatakan bahwa ketertarikan kepada sesama jenis adalah sesuatu yang bisa dicegah dan merupakan sebuah gejala dari masalah-masalah lainnya. Tujuan dari sebuah terapi harusnya adalah "bebas untuk hidup dengan murni menurut tingkatan hidup seseorang".
Perdebatan Gereja
Seperti yang telah terjadi di dalam kebanyakan denominasi Kristen, ajaran resmi Gereja mengenai homoseksualitas telah ditentang oleh umat awam Katolik, para teolog penting dan imam terkemuka. Seringkali siapa saja yang mempromosikan suatu bentuk penentangan atau ketidaksetujuan terhadap pendirian Gereja yang telah terbentuk disingkirkan dari posisi pentingnya jika seseorang itu telah ditahbiskan, dan bahkan, dalam beberapa situasi, diekskomunikasikan. Secara umum terdapat cukup banyak perdebatan di dalam Gereja Katolik Roma mengenai relevansi posisi Gereja saat ini tentang homoseksualitas: beberapa pihak berusaha untuk merubahnya, beberapa pihak yang lain berusaha untuk mempertahankannya.
Walaupun demikian, Kuria Romawi bersikukuh untuk tidak berkeinginan memikirkan kemungkinan perubahan terhadap ajaran Gereja saat ini, dan menganggap bahwa pandangan-pandangan lainnya merupakan sebuah penolakan terhadap pengertian gerejawi yang dapat diterima. Sebaliknya, dalam sebuah surat resmi berjudul Rescriptum ex audientia bertanggal 19 Mei 2008 yang dibuat oleh Kardinal Tarcisio Bertone, Kardinal Menteri Luar Negeri, menegaskan ulang sekali lagi bahwa norma-norma yang telah diletakkan oleh dokumen Kongregasi Pendidikan Katolik di tahun 2005 adalah bernilai universal dan tanpa pengecualian.
Penolakan terhadap posisi resmi gereja
Beberapa tokoh telah menentang posisi Gereja ini atau telah memasyarakatkan pengertian yang berbeda mengenai keselarasan iman Katolik Roma dengan gaya hidup atau identitas homoseksual. Tokoh-tokoh teolog yang telah secara tajam mengkritisi pernyataan gereja mengenai homoseksualitas antara lain Profesor Charles Curran, seorang mantan imam Katolik Roma, yang sebagai akibatnya dicabut jabatan pengajarnya di Universitas Katolik Amerika. Curran beranggapan bahwa adalah sesuatu hal yang tidak tepat untuk menganalisa moralitas suatu tindakan dari sebuah cara pandang fisik. Ia menulis:
Saya telah menerima pengesahan moral atas persatuan antara dua laki-laki gay atau dua perempuan lesbian ... Saya menolak pengertian gerejawi atas sesuatu yang salah secara obyektif namun tidak berdosa secara subyektif. Curran juga berkomentar bahwa Kongregasi bagi Doktrin Iman secara sistematis mencoba untuk membungkam para penulis yang juga kritis terhadap ajaran-ajaran gereja tentang homoseksualitas, merujuk kesalahan-kesalahan yang menonjol dalam buku Gereja dan Kaum Homoseksual karya Dr. John J. Mc.Neill.
Imam Katolik Roma Dr. James Alison berargumen bahwa pengertian yang diajukan oleh Kardinal Joseph Ratzinger dalam tulisannya Mengenai Pelayanan Pastoral kepada Kaum Homoseksual adalah "tidak selaras dengan Injil" dan menyimpulkan bahwa "ajaran tersebut nyatanya tidak bisa menjadi ajaran Gereja". Menjabarkan pandangannya, Alison mengemukakan bahwa:
Ajaran ini menempatkan dirinya antara penghormatan kepada Kristus dan kesadaran manusiawi diri kita sendiri, dimana menjurus pada penodaan terhadap penghormatan mendasar kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mencintai kita apa adanya, dan, sebagai yang dicintai, kita akan menemukan diri kita sendiri menjadi seseorang yang berbeda. Melainkan ajaran ini mengajarkan kita bahwa Tuhan hanya akan mencintai kita apabila kita memulainya dari suatu tempat lain. Lebih jauh lagi, di dalam tulisan A Question of Truth, seorang imam Dominikan bernama Gareth Moore mengkritik Gereja atas obsesinya terhadap hal-hal seksual dan 'arti' moralitas sebenarnya dari hal-hal tersebut. Ia berargumen bahwa semua hal seksual tersebut sebenarnya bermakna apa saja yang kita inginkan. Moore menyimpulkan bahwa: "... tidak ada argumen yang bagus, baik dari Kitab Suci maupun dari hukum alam, yang menentang apa yang telah dikenal sebagai hubungan homoseksual. Argumen-argumen yang diajukan untuk menunjukkan bahwa hubungan semacam itu adalah tidak bermoral semuanya merupakan argumen yang jelek".
Terdapat juga beberapa cendekiawan yang telah menerbitkan tulisan yang menentang sikap bagaimana homoseksualitas diperlakukan oleh agama Katolik Roma. Salah satu yang mungkin paling terkemuka adalah Profesor John Boswell yang melalui bukunya Christianity, Social; Tolerance and Homosexuality melancarkan argumen filosofis dan penelitian sejarah dalam usahanya untuk membuktikan bahwa ajaran gereja mengenai homoseksualitas saat ini adalah salah. Dalam lanjutan bukunya, Same Sex Unions in Pre-Modern Europe, Boswell bahkan berargumen bahwa Yesus sendiri menghadiri sebuah perayaan pernikahan pasangan sesama jenis.
Seperti halnya ketidaksetujuan secara ilmiah di dalam Gereja, terdapat juga perselisihan dalam pelaksanaan dan pelayanan atas dasar ajaran Gereja tersebut di tengah-tengah para rohaniwan dan di dalam hierarki Gereja. Salah satu contoh utama dari para umat Katolik yang telah ditahbiskan oleh Gereja dan yang mengundang kontroversi karena kegiatan dan pelayanannya kepada kaum homoseksual adalah Romo Robert Nugent dan Dr. Jeannine Grammick yang mendirikan New Ways Ministry. Mereka berdua diperingatkan dengan keras oleh Kongregasi Doktrin Iman karena terlihat mereka cenderung untuk menjauhkan diri dari ajaran Gereja yang resmi, dan bahkan membimbing para individu yang homoseksual ke arah yang salah. Uskup-uskup Amerika seperti Dr. Thomas Gumbleton dari Keuskupan Agung Detroit dan Matthew Clarke dari Keuskupan Rochester juga dicela atas keterlibatan mereka dengan New Ways Ministry dan atas usaha pemasyarakatan mereka akan konsep teologi Primacy of Conscience (Keunggulan Akal Budi) sevagai sebuah jalan alternatif dari ajaran resmi Gereja. Lebih jauh lagi, kesediaan Uskup Jacques Gaillot, seorang uskup Perancis yang diturunkan secara paksa dari posisi dan kewajibannya di dalam keuskupannya, untuk menyebarkan pesan mengenai homoseksualitas yang bertentangan dengan posisi resmi Gereja dianggap secara luas sebagai salah satu faktor yang menyebabkan dirinya diturunkan dari jabatannya.
Dr. Robert Zollitsch, Uskup Agung Freiburg im Breisgau dan ketua Konferensi Uskup Jerman mengatakan dalam sebuah artikel dari majalah Jerman Der Spiegel bahwa ia menerima persatuan sipil yang diresmikan oleh negara namun ia menentang pernikahan sesama jenis. Seperti halnya dengan hal ini, Dr. Diarmuid Martin, Uskup Agung Dublin, telah memasyarakatkan pandangan-pandangan yang mirip menyusul seruan-seruan untuk memperkenalkan persatuan sipil di negara Republik Irlandia.
Pembelaan terhadap posisi resmi
Adalah mungkin bahwa sebagian besar pejabat Gereja dan kaum awam Katolik membela dan memasyarakatkan pengertian resmi homoseksualitas Gereja dan mengkritik mereka yang bersedia untuk memikirkan perubahan akan hal ini. Mereka percaya bahwa perubahan-perubahan akan hal ini adalah bertentangan dengan rencana Tuhan seperti yang terbukti di dalam cerita penciptaan Adam dan Hawa, yaitu sebuah pengertian yang diabadikan di dalam Hukum Alam; juga kemungkinan pembelaan ini didukung oleh berbagai penampakan suci yang memberikan peringatan untuk tidak memperbolehkan kompromi pada beberapa pendirian tertentu, dan hal ini bisa diterjemahkan sebagai salah satu dari pendirian tersebut.
Mayoritas luas para uskup belum mengutarakan ketidaksetujuan apapun dengan ajaran Gereja mengenai homoseksualitas, dan beberapa diantaranya telah memililki reputasi sebagai pihak yang membela mati-matian ajaran Gereja tersebut. Dua tokoh utamanya adalah Dr. George Cardinal Pell dan Dr. Francis Cardinal Arinze yang telah menekankan bahwa keluarga adalah sebuah unit yang sedang "ditertawai oleh homoseksualitas" dan "disabotase oleh persekutuan-persekutuan yang tidak lumrah".Lebih jauh lagi, setelah menduduki jabatan kepausan, salah satu keputusan yang lebih kotroversial dari Paus Benediktus XVI adalah keputusan KOngregasi Pendidikan Katolik yang melarang lebih jauh siapa saja yang memiliki kecenderungan-kecenderungan homoseksual yang mendalam saat ini atau mendukung apa yang disebut "kebudayaan gay", atau setiap individu yang memiliki "kecenderungan-kecenderungan" tersebut di masa tiga tahun terakhir, untuk masuk ke dalam seminari, dan, konsekwensinya, untuk bisa menjadi imam. Hal ini merupakan sebuah perubahan dari posisi tradisional Gereja yang menyatakan bahwa hanya perilaku homoseksual-lah yang berdosa, dan merupakan bukti dari fakta bahwa perubahan posisi resmi Gereja akan homoseksualitas semakin tidak akan terjadi saat ini. Namun, beberapa uskup terus mentahbiskan imam-imam gay walau mereka mengetahuinya meskipun adanya pernyataan Vatikan yang melarangnya. Juga, beberapa ordo religius kadang-kadang berbeda dalam tingkatan toleransinya terhadap masalah ini.
________________________________________________________________________
AJARAN MENGENAI MARIA (MARIOLOGI)
Di dalam sejarah, penghormatan umat Kristen terhadap Maria sebagai ibu Yesus adalah wajar dan sepatutnya, tetapi bagi umat Katolik Roma tidak demikian. Mereka mengangkat kedudukan Maria bahkan setara dengan Tuhan Yesus. Dari jajaran orang-orang suci, Maria, ibu Yesus menempati kedudukan yang paling utama bahkan sentral. Semula ibadat mengenai Maria timbul dari penghormatan sebagai ibu Yesus yang melahirkan Yesus, tetapi berkembang ajaran-ajaran yang makin meluas yang tidak dijumpai datanya dari Alkitab, tetapi dari tradisi.
“Sebutan ‘Bunda Allah’ dan ‘Perawan’ sangat erat berhubungan satu dengan yang lain. Kedua sebutan itu mengungkapkan keluhuran Yesus, sekaligus kesucian Maria. Maka di samping kedua gelar tersebut Gereja juga menyatakan bahwa Maria secara total bebas dari dosa dan karena itu juga dari kehancuran maut. Ada empat dogma atau pernyataan iman Gereja yang menyangkut Maria.
(1) Maria adalah Bunda Allah.
(2) Maria adalah Perawan.
(3) Maria terkandung tanpa dosa.
(4) Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya.
…keempat kebenaran itu berkaitan, yang satu tidak lengkap tanpa yang lain”. (ibid. hal. 231).
A. Maria menggantikan atau menggeser tempat Allah / Yesus.
1. Maria dijadikan obyek doa.
Orang Katolik menganggap bahwa dengan berdoa kepada Maria, doa mereka lebih manjur untuk dikabulkan daripada kalau mereka berdoa kepada Allah / Yesus. Alasannya adalah Maria melahirkan Yesus. Karena Yesus adalah Putra Allah maka Maria disebut Bunda Allah.
Orang Katolik memang berdoa kepada Maria terbukti dari doa Salam Maria:
“Salam Maria penuh rahmat
Tuhan sertamu
Terpujilah engkau di antara wanita
dan terpujilah buah tubuhmu Yesus
Santa Maria Bunda Allah
Doakanlah kami yang berdosa ini
Sekarang dan waktu kami mati.
Amin.”
“Bunda Maria, hatimu selalu tertuju pada Allah. Oleh karenanya engkau selalu bisa mengalahkan bujuk rayu setan. Dampingilah ya Bunda, supaya hati kami pun selalu tertuju kepada Allah. Kami ingin selalu waspada terhadap godaan setan dan menjauhinya. Kami ingin memelihara hati kami supaya tetap bersih.
Tak lupa juga, ya Bunda, doakanlah kakek-nenek dan saudara-saudari kami yang telah dipanggil Tuhan, supaya mereka mendapatkan kebahagiaan kekal. Antarlah mereka kepada Tuhan Yesus Putramu. Dan jangan lupa jemputlah kami semua pada saat kematian kami nanti. Hantarlah pula kami menuju Yesus Putramu.
Bunda, doamu adalah harapan kami. Doa yang engkau lambungkan untuk kami tentu menjadi kesukaan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus pasti mengabulkannya. (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 45-46).
“Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.” (ibid. hal. 233).
“Maria tidak hanya merupakan pola utama dan teladan yang menunjukkan keadaan yang kita cita-citakan bagi kita, dengan meneladan iman, harapan dan kasihnya, tetapi ia juga aktif mendoakan kita supaya Roh Kudus diarahkan berlimpahan pada kita.” (George A. Maloney SJ, Maria Rahim Allah, Kanisius, hal. 147).
Sanggahan kristen:
a. Kitab Suci tidak pernah mengajar kita untuk berdoa kepada Maria. Rasul-rasul juga tidak pernah berdoa / meminta apapun kepada Maria. Doa hanya boleh ditujukan kepada Allah.
b. Maria harus menjadi Allah yang maha tahu untuk bisa mendengar doa-doa orang Katolik yang begitu banyak. Dan ia harus menjadi Allah yang maha kuasa untuk bisa mengabulkan doa-doa itu.
c. Kalaupun ada doa kepada Maria yang dikabulkan, pengabulan doa itu pasti datang dari setan. Setan bisa mengabulkan doa yang salah, supaya manusia terus berdoa dengan cara yang salah itu. Jangan lupa bahwa juga ada banyak orang berdoa kepada patung berhala dan mendapatkan pengabulan doa! Jadi, ada pengabulan doa, tidak berarti bahwa doa itu benar!
2. Maria dianggap sebagai perantara antara Allah dan Manusia.
Bahwa Katolik Roma memang mempercayai hal ini terbukti dari: [= Dan ia (Maria) betul-betul merupakan perantara perdamaian antara orang-orang berdosa dan Allah. Orang-orang berdosa menerima pengampunan oleh ... Maria saja] – ‘The Glories of Mary’, hal 82-83.
Sanggahan Kristen:
a. 1Tim 2:5 dan 1Yoh 2:1-2, menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya perantara antara Allah dan manusia. Karena itu jelas bahwa Maria bukanlah perantara! Kalau Maria adalah perantara, maka kedua ayat tersebut adalah salah!
b. Hanya Yesus yang bisa menjadi perantara antara Allah dan manusia, karena Dialah satu-satunya Pribadi yang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sunggguh manusia.
c. Seorang pengantara harus mempunyai kurban. Yesus mengurbankan nyawa-Nya, sehingga Ia bisa menjadi perantara / Imam Besar (Ibr 9:11-15). Sebaliknya, Maria tidak punya kurban apapun.
d. Kalau karena Yesus datang kepada kita melalui Maria, maka kita harus datang kepada Yesus melalui Maria, maka argumentasi ini bisa dilanjutkan sebagai berikut: karena Maria datang kepada kita melalui orang tuanya, kita pun harus datang kepada Maria melalui orang tua Maria. Dan karena orang tua Maria datang kepada kita melalui kakek dan nenek Maria, kita pun harus datang kepada orang tua Maria melalui kakek dan nenek Maria. Kalau ini diteruskan maka akhirnya untuk datang kepada Yesus kita harus melalui Adam dan Hawa! Ini adalah suatu konsekwensi yang pasti tidak akan diterima oleh orang Katolik sekalipun!
3. Maria dianggap sebagai pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan, bahkan sebagai satu-satunya pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan.
Perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
(= Maria disebut … pintu gerbang surga karena tidak seorang pun bisa memasuki kerajaan yang mulia itu tanpa melewati dia) – ‘The Glories of Mary’, hal 160.
(= jalan keselamatan tidak terbuka bagi siapapun selain melalui Maria. … Keselamatan kita ada dalam tangan Maria … Ia yang dilindungi oleh Maria akan selamat, ia yang tidak dilindungi oleh Maria akan terhilang) – ‘The Glories of Mary’, hal 169-170.
Sanggahan Kristen:
a. Yoh 10:1,7,9 Yoh 14:6 Kis 4:12 menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan ke surga / jalan keselamatan. Kalau Maria adalah jalan keselamatan, apalagi kalau Maria adalah satu-satunya jalan keselamatan, maka ketiga ayat tersebut di atas adalah salah!
b. Kalau memang Maria adalah pintu gerbang ke surga / jalan keselamatan, untuk apa Yesus harus datang ke dunia dan mati di salib? Bandingkan dengan Gal 2:21 yang menyatakan bahwa seandainya ada jalan keselamatan melalui ketaatan pada hukum Taurat, maka kematian Kristus adalah sia-sia! Analoginya, seandainya melalui Maria orang berdosa bisa mendapatkan keselamatan, maka kedatangan dan kematian Kristus juga sia-sia!
4. Maria dianggap mempunyai kuasa di bumi dan di surga.
Ajaran ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
(= segala kuasa diberikan kepadamu di surga dan di bumi sehingga terhadap perintah Maria semua taat – bahkan Allah … dan demikianlah … Allah telah meletakkan seluruh Gereja di bawah kekuasaan Maria) – ‘The Glories of Mary’, hal 180-181.
Sanggahan Kristen:
a. Kuasa di surga dan di bumi hanya diberikan kepada Tuhan Yesus (Mat 28:18), bukan kepada Maria! b. Dengan pemberian kuasa semacam itu kepada Maria akan menjadikan Maria sebagai Allah!
5. Maria dijadikan obyek penyembahan.
“Bunda Maria berjanji mau membantu kita berdoa, tetapi ia juga mengharapkan supaya kita memohon kepadanya. Bunda Maria akan lebih mudah dalam membantu kita menjadi murid Yesus yang baik, bila kita sungguh-sungguh berniat mau menjadi baik” (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 43).
Secara resmi Gereja Katolik Roma menyangkal menyembah Maria dan membedakan 3 macam penyembahan:
a. LATRIA: Ini adalah penyembahan yang tertinggi, dan ini hanya ditujukan kepada Allah.
b. DULIA: Ini adalah pemujaan terhadap malaikat / orang-orang suci.
c. HYPER-DULIA: Ini adalah pemujaan yang lebih tinggi dari DULIA, dan ini ditujukan kepada Maria.
Tetapi dalam prakteknya, orang-orang awam Katolik Roma tidak tahu apa-apa tentang hal ini.
Sanggahan Kristen:
a. Kitab Suci tidak pernah mengajarkan adanya 3 macam penyembahan seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik itu. Jadi disini lagi-lagi terlihat adanya ajaran Katolik Roma yang sama sekali tidak punya dasar Kitab Suci!
b. Sekalipun mereka tidak menamakan ‘penyembahan’, tetapi mereka berdoa kepada Maria, berlutut di bawah patung Maria, menyanyi memuji Maria. Semua itu jelas tidak bisa disebut sebagai penghormatan, tetapi harus dianggap sebagai penyembahan.
c. Kitab Suci jelas melarang penyembahan pada manusia maupun malaikat (Mat 4:10 Kis 10:25,26 Kis 12:20-23, Kis. 14:14,15 Why. 19:10 Why. 22:8,9). Perhatikan bahwa dalam Kis 10:25-26, Kornelius jelas bukan menyembah Petrus karena menganggapnya sebagai Allah! Ia menyembah Petrus sebagai penghormatan kepada Petrus sebagai rasul Tuhan. Tetapi, Petrus tetap menolak sembah itu, karena sebagai manusia biasa ia tidak layak menerima sembah, dan sembah hanya boleh diberikan kepada Allah! Demikian juga dalam Why. 19:10 dan Why. 22:8-9, pada waktu rasul Yohanes menyembah malaikat, rasanya tidak mungkin ia menyembah malaikat itu karena menganggapnya sebagai Allah. Mungkin ia menyembahnya hanya sebagai pernghormatan, atau sekedar karena takutnya melihat malaikat, tetapi malaikat menolak sembah dan mengalihkannya kepada Allah!
d. Kitab Suci melarang kita yang masih hidup untuk mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati (Ul 18:9-12 Im 20:6 Yes 8:19-20). Sekalipun Maria adalah ibu Yesus, tetapi ia tetap sudah mati, sehingga kita tidak boleh berdoa ataupun mengadakan kontak dengan dia. Ini tidak berbeda dengan orang-orang yang mengadakan kontak dengan orang yang sudah mati dengan menggunakan jai-langkung, permainan cucing, dsb.
B. Maria dianggap sebagai perawan yang abadi
Orang Katolik Roma bukan hanya mengakui bahwa Maria adalah seorang perawan pada waktu mengandung dan melahirkan Kristus, tetapi juga bahwa keperawanan Maria bersifat abadi. Dengan kata lain, setelah kelahiran Yesus pun Yusuf, suami Maria, tetap tidak pernah berhubungan sex dengan Maria.
“Dalam dirimu, ya Perawan tak bernoda,
batas-batas alam terlangkahi,
melahirkan, namun tetap perawan.
Kematian menjadi jaminan hidup.
Sesudah melahirkan, engkau tetap perawan,
sesudah mati engkau tetap hidup.
Ya, pengandung Allah.
Engkau menyelamatkan kami, warisanmu,
Tak henti-hentinya!”
(George A. Maloney SJ, Maria Rahim Allah, Kanisius, hal. 156).
Sanggahan Kristen:
a. Dalam Mat 1:24-25 dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir. Sekarang pikirkan sendiri bagaimana saudara menggunakan kata ’sampai’. Kalau misalnya dikatakan bahwa kita libur sampai tanggal 1 Januari, maka bukankah itu berarti bahwa setelah itu kita tidak lagi libur? Jadi, kalau dikatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai Yesus lahir, ini berarti bahwa sesudah kelahiran Yesus mereka hidup sebagai suami istri biasa / bersetubuh.
b. Tidak ada perlunya / gunanya mempertahankan keperawanan Maria setelah Yesus lahir. Kristus memang harus lahir dari seorang perawan untuk menggenapi Yes 7:14 dan supaya Yesus bisa lahir tanpa dosa. Tetapi setelah Yesus lahir, keperawanan Maria itu tidak lagi perlu dipertahankan.
C. Immaculate Conception / Lahir dan hidup tanpa dosa (1854):
Doktrin Immaculate Conception ini artinya:
Maria dikandung dan lahir tanpa dosa asal.
Maria juga tidak berbuat dosa dalam sepanjang hidupnya.
Maria bahkan dianggap sebagai ‘tidak bisa berbuat dosa’ (NON POSSE PECCARE (= not possible to sin).
Doktrin ini dikeluarkan oleh Paus Pius IX tanggal 8 Desember 1854.
Sanggahan Kristen:
1. Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan berbuat dosa (Ayb 25:4 Mzm 51:7 Mzm 58:4 Pkh 7:20 Rm 3:10-12,23 Rm 5:12,19). Yang dikecualikan hanyalah Tuhan Yesus sendiri (2Kor 5:21 Ibr 4:15). Karena itu haruslah disimpulkan bahwa Maria adalah manusia berdosa seperti kita.
2. Dalam Luk 1:46-47, Maria menyebut Allah sebagai Juruselamatnya. Mengapa Maria membutuhkan Juruselamat kalau ia memang sama sekali tidak berdosa?
3. Dalam Luk 2:22-24, Maria mempersembahkan korban penghapus dosa (bdk. Im 12:1-8). Sekalipun kenajisan / ketidak-tahiran karena melahirkan anak itu bukanlah suatu dosa moral, tetapi bagaimanapun tidak tahir / najis sangat kontras dengan suci / tidak berdosa!
4. Mengapa Maria harus mati (catatan: orang Katolik Roma pun percaya bahwa Maria mengalami kematian) kalau ia tidak berdosa? Kematian adalah upah dosa (Kej 2:16-17 Kej 3:19 Rm 5:12 Rm 6:23). Kristus memang juga mati meskipun Ia tidak berdosa, tetapi Ia mati untuk menebus dosa umat manusia. Bagaimana dengan Maria?
5. Tuhan Yesus suci karena Maria mengandung dari Roh Kudus, tetapi Maria dikandung oleh seorang perempuan yang mengandung dari laki-laki biasa. Bagaimana mungkin ia dikandung tanpa dosa dan dilahirkan tanpa dosa pula? Bandingkan dengan ayat-ayat Ayub 25:4, Ro 3:23, Ro 5:12, Ro 5:19a. Kalau Maria dikandung dan lahir tanpa dosa, maka semua ayat-ayat di atas ini adalah salah!
6. Orang Katolik Roma menekankan kesucian Maria karena mereka berpendapat bahwa kalau Yesus itu suci, maka Maria, yang melahirkan-Nya, juga harus suci. Tetapi doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai berikut: kalau karena Yesus itu suci maka Maria harus suci, maka karena Maria suci kedua orang tua Maria harus suci. Dan kalau kedua orang tua Maria suci, maka keempat kakek nenek Maria harus suci. Kalau ini diteruskan maka akan menunjukkan bahwa Adam dan Hawa pun harus suci! Ini adalah konsekwensi logis yang orang Katolik Roma pun tidak akan mau menerimanya!
7. Doktrin Immaculate Conception ini baru muncul pada tanggal 8 Desember 1854. Mengapa dibutuhkan 18 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena memang tidak pernah ada dalam Kitab Suci!
D. Assumption of Mary (1950)
Doktrin tentang The Assumption of Mary (= Kenaikan Maria ke surga secara jasmani) dikeluarkan oleh Paus Pius XII dengan embel-embel ‘EX CATHEDRA’ (=dari kursinya) pada tanggal 1 Nopember 1950. Di surga Maria menduduki tempat yang lebih tinggi dari para orang suci atau penghulu malaikat. Ia dinobatkan sebagai Ratu Surga oleh Allah Bapa sendiri dan ia diberi tahta di sebelah kanan Anaknya.
“Bunda Maria diangkat ke surga dengan seluruh jiwa raganya oleh Allah” (Fx. Wibowo Ardhi, Mari Berdoa Salam Maria, Kanisius, hal. 39).
Sanggahan Kristen:
1. Doktrin ini baru muncul tanggal 1 Nopember 1950. Mengapa dibutuhkan waktu 19 abad untuk menemukan doktrin ini? Jelas karena tidak pernah ada dalam Kitab Suci!
2. Perlu dipertanyakan pertanyaan ini: dengan tubuh apa Maria bangkit dan masuk ke surga? Sampai saat ini hanya Kristus yang mempunyai tubuh kebangkitan. Semua manusia akan menggunakan tubuh ke-bangkitan pada saat Kristus datang kali kedua (Yoh 5:28-29 1Kor 15:20-23,50-55 1Tes 4:13-17)!
Dari ajaran-ajaran mengenai Maria tersebut di atas tradisi makin lama semakin berkembang, sehingga makin sukar membedakan mana ajaran Alkitab dan mana ajaran tradisi gereja.
Pesan Penutup:
Kalau Katolik Roma mengambil pandangan extrim kiri dengan memuliakan Maria lebih dari seharusnya, janganlah orang Kristen Protestan lalu mengambil pandangan yang extrim kanan dengan menghina atau merendahkan Maria. Maria tetap adalah orang beriman yang saleh, yang rela dipakai Tuhan sebagai alat-Nya untuk melahirkan Kristus!
Kalau ada mujizat-mujizat yang berhubungan dengan Maria dan mendukung pandangan Katolik Roma tentang Maria (misalnya Maria menampakkan diri dan mengaku sebagai Perawan tanpa dosa), maka sadarilah bahwa mujizat yang bertentangan dengan Kitab Suci itu pasti datang dari setan! Kitab Suci mengatakan bahwa Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang (2Kor 11:14), dan karena itu tidak terlalu mengherankan kalau ia bisa menyamar sebagai Maria atau bahkan Yesus sendiri.
@HB

Senin, 06 Juni 2011

SOAL MIDTERM TEST TAFSIR-II

SOAL MIDTERM TEST [TAKEN HOME EXAMINATION]
FAKULTAS TARBIYAH IAIN AR-RANIRY, BANDA ACEH

MATA KULIAH : MATERI TAFSIR-II
KODE/SKS : TPA 4804/ 2 SKS
HARI/UNIT : SENIN/ 3
DOSEN : DR. H. HASAN BASRI, MA


NAMA : ………………………………
N I M : ………………………………

A. Petunjuk Mengerjakan Soal

1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jelas dan sesuai dengan perintah dalam setiap butir soal.
2. Pilihlah 1 (satau) soal saja dari 12 (dua belas) butir soal yang tersedia, yang dianggap lebih mudah.
3. Setiap soal mempunyai bobot nilai 100 (ekuivalen 25) dengan bobot nilai yang diperlukan maksimal 25 % dari 100.
4. Jawaban diketik pada kertas A4 dengan Times New Roman, dan besar fon 12; dan 1,5 spasi.
5. Jawaban diserahkan pada hari Senin, tanggal 13 Juni 2011, jam 11.30 s.d. 13.00 WIB di ruang 01, Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, Surin.

B. Soal-Soal:

1. Tafsirkan ayat 172 surat al-A’raf dan ayat 30 surat al-Rum dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadb.its).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Kapan pendidikan ‘aqidah dimulai.
b. Apa saja unsur-unsur pendidikan ‘aqidah.
c. Bagaimana metode pendidikan ‘aqidah.

2. Tafsirkan ayat 78 surat al-Nahl dan ayat 36 surat al-Isra’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Apa saja potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia.
b. Apa tujuan diberikan potensi tersebut kepada manusia.
c. Bagaimana pertanggungjawabannya di hari Akhirat nanti.

3. Tafsirkan ayat 122 surat al-Taubah dan ayat 2 surat al-Jumu’ah dengan manhaj tafsir sebagai berikut:
1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Apa tujuan belajar menurut ayat tersebut.
b. Apa tugas intelektual dalam kehidupan sosial.
c. Mengapa menuntut ilmu agama sangat penting dalam Islam.

4. Tafsirkan ayat 190-191 surat Ali ‘Imran dan ayat 17-20 surat al-Ghasyiyah dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Mengapa Allah mendorong Ulul Albab untuk berpikir tentang alam dan berzikir.
b. Bagaimana sikap Ulul Albab ketika memandang keindahan fenomena alam.
c. Sebutkan tugas-tugas Ulul Albab menurut ayat tersebut.

5. Tafsirkan ayat 148 surat al-Baqarah dan ayat 114-115 surat Ali ‘Imran dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Mengapa umat Islam diperintahkan berlomba-lomba berbuat kebaikan.
b. Bagaimana cara mendorong manusia berbuat kebaikan dalam kehidupan.
c. Apa manfaat kebaikan bagi kehidupan individu, keluarga, dan sosial.

6. Tafsirkan ayat 155 surat al-A’raf dan ayat 41 surat al-Rum dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Apa hubungan pendidikan Islam dengan kepedulian terhadap lingkungan.
b. Bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup.
c. Jelaskan sebab dan akibat kerusakan lingkungan hidup.

7. Tafsirkan ayat 5-6 surat al-Najm dan ayat 43-44 surat al-Nahl dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Apa hubungan pendidikan Islam dengan kepedulian terhadap lingkungan.
b. Bagaimana cara melestarikan lingkungan hidup.
c. Jelaskan sebab dan akibat kerusakan lingkungan hidup.

8. Tafsirkan ayat 14-15 surat Luqman dan ayat 23-25 surat al-Isra’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Sebutkan unsur-unsur pendidikan dalam ayat tersebut.
b. Bagaimana cara berbakti kepada kedua orangtua.
c. Bagaimana sikap seorang anak terhadap orangtua yang musyrik.


9. Tafsirkan ayat 6 dan 8 surat al-Tahrim dan ayat 214 surat al-Syu’ara’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Mengapa pendidikan keluarga sangat diutamakan.
b. Mengapa orang beriman diperintahkan bertobat.
c. Sebutkan manfaat tobat menurut surat al-Tahrim ayat 8.


10. Tafsirkan ayat 1-16 surat ‘Abasa dan ayat 7 surat al-Anbiya’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Jelaskan bentuk hubungan murid dan guru menurut ayat-ayat tersebut.
b. Mengapa Nabi Muhammad ditegur oleh Allah dalam kaitan dengan pembelajaran.
c. Apa manfaat bertanya dalam proses pembelajaran.

11. Tafsirkan ayat 159 surat Ali ‘Imran dan ayat 59, 144 surat al-Nisa’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:

1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’:
a. Sebutkan sifat-sifat terpuji seorang pemimpin menurut ayat 159 Ali Imran.
b. Sebutkan kriteria ideal seorang pemimpin dalam Islam.
c. Bagaimana sikap seorang Muslim dalam memilih pemimpin.


12. Tafsirkan ayat 31-33 surat al-Baqarah dan ayat 79-80 surat al-Anbiya’ dengan manhaj tafsir sebagai berikut:


1) Tarjamah al-Ayat (ke dalam bahasa Indonesia)
2) Ma’na al-Mufradat (kata-kata tertentu dalam ayat tersebut).
3) Asbab al-Nuzul (jika ada).
4) Tafsir al-Ayat (tulis teks ayat masing-masing).
5) Munasabah Ayat bi al-Ayat (tulis teks ayat).
6) Munasabah al-Ayat bi al-Hadits (tulis teks hadits).
7) Hikmah al-Tasyri’.

a. Jelaskan bagaimana proses terjadinya transfer ilmu.
b. Sebutkan ciri-ciri orang berilmu menurut ayat-ayat di atas.
c. Apa kelebihan manusia dibandingkan dengan Malaikat.


Selamat menjalankan tugas…!
Good luck…!