Jumat, 26 November 2010

ISLAM IN ACEH.BOOK REVIEW

Book Review: New

ACEH: HISTORY, POLITICS AND CULTURE

Editors:
Arndt Graf
Susanne Schröter
Edwin Wieringa

Publisher:
ISEAS Publishing
Singapore
2010

Content:
xviii + 386 pages


The tsunami that struck on 26 December 2004 has caused tremendous
long-lasting suffering the coastal areas of Aceh and its surroundings.
The process of post-tsunami recovery and reconstruction in Aceh will take
considerable time and is not easy. This book is an attempt at providing helpful beckground information on Acehnese history, politics and culture, which would benefit expatriate aid workers as well as foreign and domestic scholars in their dealings with the people of Aceh. It is written by specialists of Indonesian and Acehnese studies from a number of countries, together with Acehnese scholars
(consists of the 20 prominent writers in the world).

As the region was not accessible for decades, this book represents in many
aspects of life, pioneering endeavour in Acehnese studies. The chapters
cover many important aspects of history, such as the female Sultanahs of Aceh,
Aceh’s Turkish connection and the Dutch Colonial War in Aceh.

The main emphasis of the book is on relevant contemporary developments
in the economy, politics, Islam, and the media, as well as painting,
music, and literature.

It is no doubt that this book is very interesting to read due to its contents
reveal the political, economic, social and cultural problems
emerging in the Acehnese society.
As the editors hope that the present miscellany will encourage further studies on the fascinating region to delve into the multifaceted realities of Aceh.

Hasan Basri
Jkt-NAD
Price: US$ 59.90 or S$ 69.90

For further information, please contact:

http://bookshop.iseas.edu.sg

KUNCI SURGA

MEMPERSIAPKAN KUNCI SURGA
Oleh: DR. H. Hasan Basri al-Mardawy, MA


Setiap pintu ada kuncinya. Surga pun ada kuncinya tersendiri; dan kunci surga itu adalah shalat. Setiap kita melakukan shalat berarti kita telah mempersiapkan kunci pembuka surga. Namun, kunci itu akan hilang begitu shalat disia-siakan atau shalat yang dikerjakan itu tidak merefleksikan kepribadian muslim yang sesungguhnya. Shalat yang berkualitas akan memberikan pengaruh positif terhadap perilaku dan sekaligus mencerminkan kelembutan dan keramahan kepada sesama manusia dan seluruh makhluk Allah di bumi. Shalat yang menjadi kunci surga adalah shalat yang diterima oleh Allah. Sebaliknya, yang tidak diterima akan melempangkan jalan ke neraka.

1. Ciri-ciri Shalat yang Diterima

Shalat yang dilakukan oleh seorang hamba adakalanya diterima oleh Allah dan adaklalanya ditolak. Diterima atau tidaknya shalat seseorang sangat tergantung pada keikhlasan dan ke-khusyu’-an dalam pelaksanaannya serta kesesuaiannya dengan sunnah Rasulullah SAW. Hadits di bawah ini menjelaskan ciri-ciri shalat yang diterima oleh Allah, seperti diterangkan Rasulullah SAW:

إنما اتقبل الصلاة ممن تواضع بها لعظمتى ولم يستطل على خلقى ولم يبت مصرا على معصيتى وقطع النهار فى ذكرى ورحم المسكين وابن السبيل ولآرملة ورحم المصاب (رواه البزار).

“Sesungguhnya Aku menerima shalat dari orang yang merendahkan diri (tawadhu’) karena kebesaran-Ku dan tidak tidak berlaku sewenang-wenang terhadap makhluk-Ku dan tidak terus-menerus berbuat maksiat kepada-Ku. Dan ia menghabiskan hari siangnya dalam ingat kepada-Ku (dzikrullah), dan ia sayang kepada orang yang miskin, Ibnu Sabil (orang yang kehabisan belanja dalam perjalanan) dan janda (yang kematian suami) dan sayang kepada orang yang ditimpa mushibah” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar).

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami, ada delapan ciri sahalat yang diterima oleh Allah, sebagai berikut:

 Orang yang merendahkan diri karena mengagumi kebesaran Allah
 Tidak berlaku zalim terhadap makhluk Allah
 Tidak berbuat maksiat terhadap Allah.
 Senantiasa berzikir kepada Allah
 Menyayangi orang miskin
 Menolong Ibnu Sabil
 Meringankan beban janda yang ditinggalkan suaminya
 Menyayangi orang yang ditimpa musibah





2. Shalat yang Sia-sia dan Berguna

Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa ada orang yang rajin melakukan shalat dan ibadah-ibadah lainnya, tetapi akhirnya ia dimasukkan ke dalam neraka karena shalatnya tidak mampu mencegahnya dari berbuat kecurangan dan menyakiti orang lain. Berkenaan dengan ini, Rasulullah SAW bersabda:

أن رجلا قال له: يا رسول الله إن فلانة تذكر من كثرة صلاتها وصيامها وصدقتها غير أنها تؤذى جيرانها بلسانها فقال: هي فى النار. قال: يا رسول الله فإن فلانة تذكر من من قلة صلاتها وصيامها وأنها تتصدق بالأثوار من الأقط ولا تؤذى جيرانها قال: هي فى الجنة (رواه أحمد).

Seorang laki-laki menceritakan kepada Rasulullah, bahwa seorang wanita disebut-sebut karena banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya; tetapi ia sering menyakiti tetangganya dengan lidahnya. Maka Rasul menegaskan: “Wanita itu di dalam neraka.” Kemudian laki-laki itu menceritakan lagi: “Wahai Rasulullah seorang wanita disebut-sebut sedikit shalatnya dan puasanya; dan sesungguhnya ia bersedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak pernah menyakiti tetangganya. Rasul menegaskan : “Wanita itu di dalam surga”.

Hadits di atas secara tegas menyatakan bahwa shalat yang tidak merefleksikan kelembutan dan kasih sayang terhadap sesama manusia akan sia-sia. Orang yang melakukan shalat seharusnya memberikan pengaruh terhadap ucapan dan perbuatannya dalam kehidupan keseharian. Karena itu, orang yang melakukan shalat dilarang menyakiti, mengumpat, memfitnah, dan membenci orang lain. Maka, shalat yang tidak dibarengi perilaku terpuji akan menyeret pelakunya ke dalam neraka.
Sebaliknya, orang yang shalatnya mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar serta dapat memperhalus budi pekertinya, maka akan memperoleh balasan pahala dan surga dari Allah. Kadangkala amalan yang sedikit tetapi berkualitas akan lebih bermakna daripada amal yang banyak tetapi kualitasnya rendah atau tidak berkualitas sama sekali. Sebab itulah Rasulullah SAW mengingatkan:

أخلص دينك يكفك العمل القليل (رواه الحاكم).

Ikhlaskanlah hatimu dalam menjalankan ajaran agama, maka cukuplah bagimu amal yang sedikit (Diriwayatkan oleh Al-Hakim).

Jelaslah bahwa setiap amal yang dikerjakan dengan hati yang ikhlas akan membuahkan hasil atau mendatangkan pahala kendatipun amal itu sedikit. Bersedekah segengggam beras kepada orang miskin dengan ikhlas jauh lebih baik daripada satu kwintal tetapi tidak ikhlas. Karena itulah Allah menyuruh hambanya agar mengamalkan ajaran agama secara ikhlas (murni karena Allah), seperti firman-Nya:

وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمةِ.

Mereka tidak diperintahkan kecuali beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan, menjalankan ajaran agama yang lurus, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; itulah agama yang benar (Al-Bayyinah: 5).

3. Orang yang Bangkrut

Istilah bangkrut biasanya digunakan dalam kegiatan perdagangan di mana seseorang yang memiliki banyak modal kemudian ia jatuh bangkrut karena dengan modal yang dimilikinya tidak mendatangkan keuntungan sama sekali. Bahkan, modal itu menjadi milik orang lain karena ia tidak mampu mendayagunakannya secara efisien dan efektif. Ia berlaku boros dengan modal yang dipunyainya sehingga yang menguntungkan adalah pihak lain. Kondisi ini digambarkan seumpama orang yang rajin melakukan shalat dan ibadah-ibadah lainnya tetapi perilakunya menyakiti atau menzalimi orang lain. Sebagai ilustrasi, Rasulullah SAW menandaskan dalam haditsnya:

أتدرون من المفلس؟ قالوا: المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع، فقال: المفلس من أمتى من يأتى يوم القيامة بصلاة وزكاة وصيام ويأتى وقد شتم هذا وقذف هذا واكل مال هذا وسفك دم ذاك وضرب هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه اخذ من خطاياه فطرحت عليه ثم طرح فى النار (رواه مسلم).

Tahukah kamu siapakah orang yang bangkrut itu? Para sahabat menjawab : Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta lagi. Maka Rasulullah mnegaskan: Orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang di hari Kiamat nanti dengan shalat, zakat dan puasanya, tetapi ia memaki ini, melempar ini, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang dan memukul orang. Maka (berarti) ia telah memberikan kebaikannya (pahalanya) kepada orang yang dirugikannya; maka setelah habis kebaikannya (pahalanya) sebelum diputuskan hukum di atasnya, diambillah dosa-dosa mereka yang pernah dicaci maki, dan ditumpahkan darah itu diberikan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka (Diriwayatkan oleh Muslim).

Hadits di atas menjelaskan tentang makna orang bangkrut (muflis) yang sebenarnya adalah orang yang memiliki karakteristik di bawah ini:

 Orang yang gemar melakukan shalat tetapi gemar pula menghina atau mencaci orang lain.
 Orang yang gemar melakukan shalat tetapi gemar pula memakan harta orang lain.
 Orang yang gemar menegakkan shalat tetapi gemar pula membunuh orang lain, tanpa alasan yang benar.
 Orang yang gemar menegakkan shalat tetapi gemar pula menyakiti orang lain.

Demikianlah sekelumit tentang hakikat shalat sebagai jalan menuju surga yang penuh kenikmatan. Bagaimana pun juga setiap muslim, yang kepadanya diwajibkan shalat, wajib berupaya agar ia dapat berlaku khusyu’ dalam shalatnya. Sikap khusyu’ dapat tercipta jika shalat yang dikerjakan itu memiliki ruh, tidak hanya sekadar ucapan dan gerakan badan. Dengan melibatkan ruh dalam shalat, maka shalat akan menjadi hidup dan dengan sendirinya “shalat merupakan power (kekuatan) yang dapat membentuk jiwa pelakunya (mushalli) menjadi manusia paripurna (insan kamil)”. Mengenai makna ruh shalat ini, menurut ulama tasawuf (ahlul ma’rifah) adalah:

روح الصلاة التوجه إلى الله بالقلب والخشوع بين يديه ولإخلاص له مع حضور القلب فى الذكر والدعاء والثناء.

Ruh shalat ialah menghadap Allah dengan sepenuh jiwa dan khusyu’ di depan-Nya serta ikhlas karena-Nya yang disertai kehadiran hati dalam berdzikir, berdo’a dan memuji-Nya.

Definisi ruh shalat seperti diungkapkan di atas mengandung empat komponen pokok yang sinergetik, sehingga menggambarkan struktur shalat secara utuh, tanpa keterpisahan antara satu komponen dengan yang lain. Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:

 Tawajjuh (melakukan komunikasi langsung dengan Allah).
 Khusyu’ (patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Allah).
 Ikhlash (mensucikan niat ketika menghadap Allah).
 Hudhurul Qalbi (memiliki kesadaran penuh dalam berzikir, berdo’a, dan memuji-Nya).

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa shalat yang khusyu’ ialah shalat yang hidup ruhnya di mana pikiran, perasaan, kemauan, dan kesadaran dipusatkan (dikonsentrasikan) menjadi satu dengan badan dan dihadapkan kepada Allah SWT. Berdzikir dan berdo’a, membaca Al-Fatihah, dan membaca surat dengan pemusatan pikiran dan pemahaman serta renungan akan isi, makna dan maksud yang terkandung di dalam rangkaian kalimat do’a, zikir, dan ayat-ayat yang dibaca di dalamnya. Sebagai manifestasi dalam tindakan, orang yang melakukan shalat dapat menjauhkan diri dari sifat-sifat kotor, tindakan tidak terpuji, dan perbuatan keji dan mungkar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusyu’ dapat mengantarkan pelakunya ke pintu surga. Dan dengan melakukan shalat secara konsisten, disiplin, dan kontinyu berarti mempersiapkan “kunci pembuka surga”. Kalau begitu, marilah kita mempersiapkan kunci surga dengan membiasakan diri tetap khusyu’ dalam shalat. Insya Allah, pada saatnya nanti jalan ke surga akan terbentang luas dan kunci surga pun sudah ada di tangan. ▲

KHUTBAH IDUL FITHRI 2010

SPIRITUAL POWER:
MENATA HATI DAN MEMPERKAYA JIWA
SEBAGAI REFLEKSI IBADAH PUASA RAMADHAN
Oleh: DR. H. Hasan Basri al-Mardawy, MA


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ َجَعَلَ رمضان شهر الصيام للمؤمنين، وجَعَلَ اْليَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ، ، و أرسل رسوله رحمة للعالمين، و أنزل االقرآن هدى للمتقين.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدهُ لاَ شَرٍيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وخاتم النبيين.
اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَاِبهِ وَمَنْ تَبِعَهمُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، يَوْمَ لاَيَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ اِلاَّ مَنْ أَتىَ اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
أمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اِنَّ اللهَ تَعَالىَ أَمَرَنَا باِلتَّقْوَى وَطَاعَةِ رَسُوْلِه، ومن يطع الله ورسوله فقد رشد ومن يعصهما فقد غوى وضل ضلالا بعيدا. وأصيكم بتقوى الله عز وجل والسمع والطاعة، وقال الله تعالىِ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وقال: وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا.

الله أكبر، الله أكبر، لا اله إلا الله والله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر كبيرا.

Hadirin Sidang Jama’ah ‘Idul Fithri yang Berbahagia!
Segala puji untuk Allah yang menguasai alam semesta. Dialah yang mengatur kehidupan semua makhluk di jagat raya. Dia pula yang memberikan energi kehidupan untuk seluruh makhluk baik di darat, di laut, di gunung, maupun di dalam rimba raya. Dia penentu kehidupan dan kematian, kenikmatan dan kesengsaraan, kekayaan dan kemiskinan, keselamatan dan marabahaya. Dialah tempat bergantung semua manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan dunia. Kepada-Nyalah bersujud semua yang berjiwa suci, baik di tengah keramaian maupun dalam kesunyian. Atas izin-Nyalah kita hadir di sini sebagai hamba yang haus kasih sayang-Nya, yang selalu merindukan cinta-Nya, dan ingin berjumpa dengan-Nya. Kita semakin sadar bahwa kehidupan dunia semakin terasa tak lama. Waktu terus berjalan mengikuti sunnah-Nya. Tahun ini sudah mendekati gerbang penghabisan. Tak banyak yang bisa kita lakukan selama bulan-bulan dalam setahun yang sudah berlalu kecuali kesibukan yang tak menentu, menyita banyak waktu, terasa lelah tubuh kita, dan terasa amat sedikit kita mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Semoga Allah mengizinkan kita agar dapat hidup untuk tahun-tahun yang akan datang dan dikuatkan iman serta semangat amal kita untuk selalu dekat dengan-Nya.
Hari ini merupakan wujud nyata kesucian jiwa dan kebeningan hati kita sembari bermuwajahah dengan Allah yang Maha Kuasa, dalam suasana yang penuh sukacita menyambut ‘Idul Fithri mulia yang penuh pesona mengikuti sunnah Rasul-Nya. Semua wajah menunduk penuh tawadhu’ ke hadirat Pencipta memohon ridha-Nya, pada hari yang berbahagia, ‘Idul Fithri. Baru saja kita melakukan ruku’ dan sujud di halaman masjid ini sebagai salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT dan sekaligus menghidupkan syi’ar-Nya. Sejak pagi tadi ketika kita berangkat ke tempat shalat, disunnahkan agar kita memperbanyak takbir, tahlil, dan tahmid:Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaha illallahu wallahu akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Jiwa kita terasa bergetar ketika melantunkan kalimat indah tersebut, ternyata kita sangat kecil dan hina di dalam genggaman Allah yang Maha Kuasa, masih sangat kurang rasa syukur kita kepada-Nya dibandingkan dengan nikmat-nikmat-Nya yang diberikan kepada kita tanpa henti dan tak sanggup kita menghitungnya. Hari ini merupakan hari kemenangan menuju perjuangan yang lebih besar dan berat untuk masa yang akan datang. Masih banyak kewajiban yang belum kita tunaikan, sementara kehidupan semakin singkat dan dekat dengan kematian. Tanda-tanda Kiamat pun semakin jelas dari hari ke hari, tanpa dapat dipungkiri setiap hari terjadi. Gunung meletus, hujan sepanjang tahun, banjir di mana-mana, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran rumah dan bangunan, kezaliman merajalela, kemaksiatan melanda, dan banyak lagi prahara kehidupan yang kita saksikan hampir setiap hari. Fenomena ini menunjukkan bahwa alam mulai berbicara untuk mengingatkan manusia agar tidak lupa kepada Pencipta-nya, Allah ‘Azza wa Jalla.

وَلاَتَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللهَ فَأَنسَاهُمْ أَنفُسَهُمْ أُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah akan menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang fasiq (QS. Al-Hasyr: 19).

Sidang Jama’ah Shalat ‘Idul Fithri yang Dirahmati Allah!
Puasa yang kita laksanakan dalam bulan Ramadhan tahun ini genap 30 hari; dan kita sangat bersyukur karena sempat menuntaskan ibadah puasa kita dengan selamat. Semoga amal-amal shalih kita selama sebulan penuh itu diberikan pahala yang berlipatganda oleh Allah SWT; dan mudah-mudahan kita termasuk kategori orang-orang yang diampuni serta dicatat sebagai calon penghuni surga yang pernah dijanjikan-Nya dalam al-Qur’an:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah meraih pengampunan dari Allah dan surga seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang bertaqwa (QS. Ali Imran: 133).

Berdasarkan ayat tersebut, surga disiapkan oleh Allah untuk orang-orang yang sudah diampuni dosa-dosa mereka. Kita diperintahkan untuk meraih pengampunan dengann jalan tobat, yaitu menjalani perintah Allah dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan, dan secara kontinyu (mudawamah). Selama Ramadhan kita sudah membiasakan diri kita dengan amalan-amalan yang dapat mengantarkan kita ke peringkat taqwa; dan orang-orang yang bertaqwa itu disebut Muttaqin. Insan Muttaqin adalah dambaan surga; dan Allah akan menyambut orang-orang yang berpuasa dan bertaqwa untuk memasuki surga yang penuh kenikmatan melalui sebuah pintu khusus yang dinamakan Babur Rayyan (pintu yang memancarkan mata air yang penuh kesejukan). Setelah orang-orang berpuasa memasuki surga, pintu tersebut ditutup kembali sehingga orang-orang lain tidak berhak memasuki surga melalui Babur Rayyan. Ini merupakan penghargaan Allah kepada orang-orang berpuasa selama hidup di dunia ini.
Ketika dosa-dosa manusia dengan Allah telah diampuni, maka yang tersisa adalah dosa manusia dengan sesama manusia. Agar manusia terbebas dari kesalahan sesamanya maka manusia harus memaafkan saudaranya dengan hati yang lapang, tanpa menaruh dendam. Ada dosa seorang anak dengan kedua orang tuanya, dosa seseorang dengan saudara dan temannya, dosa seseorang dengan tetangganya, dosa murid dengan gurunya, dosa cucu dengan kakek dan neneknya, dan dosa manusia dengan jamaahnya. Semua dosa itu dapat terbebaskan jika kita saling berlapang dada pada hari ini untuk memaafkan kesalahan sesama kita dengan hati yang damai dan wajah yang berseri. Sifat pemaaf adalah ciri insan Muttaqin, seperti yang dinyatakan dalam al-Qur’an:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Orang bertaqwa itu adalah orang-orang berinfaq di waktu senang dan susah, mampu mengendalikan emosi, dan mau memaafkan orang lain; dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (muhsinin). (QS. Ali Imran: 134).

Sifat pemaaf (al-‘Afuw) merupakan salah satu dari sifat-sifat Allah yang sangat mulia. Karena itulah kita selalu berdoa agar Allah memaafkan kita karena Allah sangat suka memaafkan siapa saja yang meminta maaf kepada-Nya. Doa itu sebenarnya adalah doa yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada isterinya, Aisyah. Pada suatu hari Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “doa apakah yang paling bagus saya ucapkan di pada saat Lailatul Qadar?” Rasulullah menyuruh Aisyah membaca doa ini:


أللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنى.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha Pemaaf, Engkau suka memaafkan, maka maafkanlah aku (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Turmudzi).

Rasulullah menggambarkan ketika dua anak manusia saling bejabat tangan maka gugurlah kesalahan-kesalahannya seperti gugurnya dedaunan yang sudah kering dari pohonnya. Begitulah gambaran kasih sayang yang dicurahkan Allah ke dalam hati orang beriman. Dan seorang Mukmin belum dianggap beriman jika dia masih menyimpan dendam terhadap sesamanya. Pada saat dia memaafkan saudaranya, maka Allah mengangkat derajatnya dan menghapus dosanya. Oleh sebab itu, memaafkan orang lain adalah suatu perbuatan yang sangat mulia di sisi Allah. Orang yang suka memaafkan orang lain akan dimasukkan ke dalam kelompok Muhsinin dan Muttaqin.

Para Hamba Allah yang Mulia!
Bulan Ramadhan dengan serangkaian ibadah yang kita lakukan di dalamnya merupakan ajang meraih kekuatan spiritual (spiritual power) dan upaya menata hati. Jiwa yang bersih akan meraih kemenangan; dan hati yang damai akan mendatangkan kebaikan. Dalam al-Qur’an, Allah mengingatkan kita agar senantiasa mensucikan jiwa kita dari segalam noda dan dosa.
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا. قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا. وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا.
Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan jalan ketaqwaan; sesungguhnya orang yang mensucikan jiwanya akan meraih kemenangan; dan orang yang menodai jiwanya akan mendapat kegagalan (QS. Asy-Syams: 7-10).

Demikian juga orang yang selalu menata hatinya akan bertambah kebaikan dan semakin meningkat keimanan. Orang yang hatinya bersih dari noda dan segala sifat negatif akan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Hati seorang mukmin penuh dengan iman dan cahaya. Sedangkan hati orang kafir penuh dengan kekufuran dan kegelapan.
Kebiasaan-kebiasaan positif selama bulan Ramadhan telah membekas dalam jiwa kita. Ketika kita berpuasa di siang hari, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari berarti kita mencoba meniru perilaku Malaikat yang selalu tunduk, patuh dan taat kepada perintah Allah serta menjauhi segala larangan-Nya. Pada malam hari, kita ruku’ dan sujud kepada Allah, dengan melakukan shalat Tarawih (Qiyamu Ramadhan). Di sela-sela malam kita melantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan penuh kesyahduan. Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan kita hidupkan malam dengan melaksanakan I’tikaf di masjid-masjid. Rangkaian puasa di siang hari, shalat Tarwih, tadarus al-Qur’an, dan I’tikaf merupakan jalan menuju spiritual power. Dalam shalat malam terdapat banyak keutamaan dan hikmah yang dapat memberikan kekuatan kepada jiwa kita. Rasulullah SAW melatih kekuatan jiwanya melalui shalat malam, sejak diturunkan surat al-Muzzammil kepadanya:
ياايهاالْمُزَّمِّلُ. قُمِ الَّيْلَ إِلاَّ قَلِيلاً. نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلاً. أَوْزِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلاً. إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلاً ثَقِيلاً. إِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلاً. إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلاً. وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلاً.
Hai orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah dan laksanakan shalat malam, yaitu seperduanya atau kurangi sedikit dari seperdua malam. Atau tambahkan lagi waktu shalatmu, dan bacalah al-Qur’an secara tartil. Sesungguhnya Kami akan berikan kepadamu perkataan yang berbobot. Sesungguhnya bangun di waktu malam amatlah berat, namun sangat berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang siang hari sangat sibuk dengan urusannmu. Karena itu, ingatlah Allah dan beribadah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (QS. Al-Muzzammil: 1-8).

Setelah Rasulullah terbiasa melakukan shalat malam, beliau diberikan kekuatan jiwa oleh Allah sehingga beliau mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan dalam berdakwah. Kekuatan jiwa yang dimiliki Rasulullah mampu menggetarkan dan mengalahkan orang-orang yang memusuhi dakwahnya. Dari ayat tersebut dapat dipahami beberapa poin penting dalam hubungannya dengan shalat malam. Pertama, shalat malam dapat dilakukan pada awal malam, pertengahan malam, atau sepertiga akhir malam. Kedua, selain shalat malam, di waktu malam lebih bagus dibaca al-Qur’an secara tartil. Ketiga, bacaan di waktu malam itu sangat berkesan dan berpengaruh dalam peningkatan kekuatan jiwa (aqwamu qila). Keempat, kalimat-kalimat dalam al-Qur’an mempunyai nilai atau bobot yang sangat tinggi (qawlan tsaqila). Kelima, bacaan di waktu shalat malam sangat meresap ke dalam jiwa dan penuh kesan. Keenam, bangun di waktu malam itu sangat berat, tetapi nilainya sangat tinggi di sisi Allah. Ketujuh, karena manusia sangat sibuk di siang hari, maka harus diimbangi dengan melakukan ibadah secara serius di malam hari sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kekuatan lain dari shalat malam adalah bahwa Allah akan menempatkan orang yang melakukan shalat malam ke posisi terpuji (maqaman mahmuda); dan akan diberikan kekuatan yang luar bisa (sulthanan nashira).
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَى أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا. وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا.
Pada sebagian waktu malam maka hendaklah engkau melaksanakan shalat tahajjud sebagai ibadah tambahan bagimu, semoga Allah akan menempatkanmu ke posisi terpuji. Dan berdoalah, ya Tuhanku, berilah aku jalan masuk yang benar dan berilah aku jalan keluar yang benar serta berilah aku kekuatan yang sangat hebat (super power). (QS. Al-Isra’: 79-80).

Memang, shalat malam sangat dahsyat sehingga Allah mewajibkannya kepada Rasulullah, namun tidak diwajibkan kepada umatnya. Tetapi siapa yang mau melaksanakan shalat malam akan mendapat kedudukan terpuji di sisi Allah dan sekaligus diberikan kekuatan jiwa yang tidak ada tandingannya. Kekuatan jiwa diberikan oleh Allah dalam bentuk kekuatan iman, kecermerlangan pikiran, kesucian hati, kemuliaan akhlak, kewibawaan, dan kemampuan mengendalikan diri.
Selanjutnya Rasulullah menjelaskan tentang pengaruh positif shalat malam terhadap kehidupan orang-orang beriman:
عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم ومقربة إلى ربكم ومكفر للسيآت ومنهاة عن الإثم ومطردة للداء عن الجسد.
Hendaklah kamu membiasakan diri melakukan shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu kebiasaan orang-orang shalih sebelummu, dapat mendekatkan dirimu kepada Allah, dapat terhapus kesalahan dan dosa, dapat mencegah dirimu dari perbuatan dosa, dan dapat mengusir penyakit dari tubuh. (HR. Ath-Thabrani).

1. Kebiasaan Orang-orang Shalih
Orang shalih adalah orang yang selalu membiasakan dirinya dengan amal-amal shalih dan selalu berupaya meningkatkan iman dan ilmunya untuk kesempurnaan amalnya. Salah satu kebiasaan orang shalih adalah melaksanakan shalat malam. Orang yang biasa mengerjakan shalat malam berarti termasuk ke dalam golongan orang-orang shalih. Orang shalih adalah manusia yang sangat mulia di sisi Allah karena amal-amal yang dikerjakannya selalu yang baik-baik, yang mendatangkan pahala. Amalan orang shalih selalu mengacu pada sunnah Rasulullah SAW.

2. Mendekatkan Diri kepada Allah
Mendekatkan diri kepada Allah atau lazim disebut taqarrub adalah suatu upaya untuk meraih kecintaan dan keridhaan Allah dalam hidup ini. Orang yang terbiasa melakukan shalat malam akan semakin dekat dengan Allah sehingga setiap gerak geriknya memancarkan keikhlasan, kelembutan, keramahan, sikap rendah hati, kesopanan, kemuliaan akhlak, keadilan, kesabaran, dan ketaatan. Orang yang dekat dengan Allah akan dicintai dan diberikan pertolongan oleh Allah.

3. Menghapus Kesalahan dan Dosa
Shalat malam dapat menghapus dosa. Orang yang melakukan shalat malam akan diampuni oleh Allah. Apalagi di waktu malam dengan penuh perjuangan seorang hamba terjaga dan bangun dari tidurnya langsung ingat Allah. Kemudian, mendirikan shalat malam dengan khusyu’ dan tadharru’ maka Allah akan memperhatikannya. Karena diperhatikan oleh Allah, dia akan memperoleh apa yang dia minta. Permintaan seorang hamba kepada Allah yang paling utama adalah permohonan agar diampuni kesalahan dan dosa. Syarat masuk surga adalah terampuni dosa-dosa, maka orang yang sudah diampuni dosanya berarti dia sudah pantas masuk surga. Dan bukti tobat seseorang kepada Allah juga dapat ditandai dengan kebiasaannya mengerjakan shalat malam.

4. Mencegah Diri dari Perbuatan Dosa
Shalat malam dapat mencegah seseorang dari berbuat dosa. Karena kedekatan hama yang shalat malam dengan Allah maka Allah akan menjaganya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-Nya. Jika seorang hamba sudah dekat dengan Allah, maka Allah sangat sayang kepadanya dan Allah akan selalu membimbingnya ke jalan cahaya dan hidayah-Nya, sehingga segala keinginan dan niat jahat tidak akan dilakukannya. Ini berarti Allah telah mencegahnya dari berbuat dosa.

5. Mengusir Penyakit dari Tubuh
Shalat malam tidak hanya memberikan kekuatan jiwa tetapi juga menopang kesehatan dan kekuatan fisik. Salah satu hikmah penting dari shalat malam adalah dapat mengusir penyakit dari tubuh. Membiasakan diri bangun di waktu malam untuk bersujud kepada Allah dapat menyehatkan tubuh. Bahkan, dengan shalat malam dapat tersembuhkan penyakit. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr. Sholeh tentang Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik ternyata bahwa orang yang biasa melakukan shalat malam jauh dari penyakit. Tidak dapat disangkal, dengan shalat malam dapat menyembuhkan penyakit hipertensi, penyakit jantung, stroke, kanker, tumor ganas, dan sebagainya. Itulah hikmah syariat Allah yang tidak hanya mendatangkan pahala bagi setiap yang mengamalkannya, melainkan juga bermanfaat bagi jiwa dan raga manusia itu sendiri. Subhanallah…!

Hadirin dan Hadirat yang Dimuliakan Allah!
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita renungi sebuah pesan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub ‘alaihimassalam kepada anak-anak mereka, yaitu “mereka berjanji akan menyembah Allah yang Esa dan berpegang teguh pada agama Islam, hidup dan mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah.” Informasi mengenai ini diabadikan dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 132.
وَوَصَّى بِهَآإِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبَ يَابَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُون.َ
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ibadah puasa Ramadhan merupakan cerminan keyakinan atas kasih sayang Ilahi kepada orang-orang beriman. Dalam rangka merayakan ‘Idul Fithri tahun ini, marilah kita tanamkan sifat-sifat terpuji dan mulia di dalam jiwa dan hati agar kita menjadi hamba Allah yang sebenarnya. Dan marilah kita tumbuhkembangkan sikap pemaaf agar kita dapat hiudp rukun, harmonis dan damai di bawah panji Islam. Marilah kita tata hati menjadi indah sehingga amal-amal kita pun semakin indah di masa-masa mendatang. Yakinlah bahwa akan tiba suatu saat nanti di mana harta dan anak-anak yang dibanggakan tidak memberikan manfaat sedikit pun kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang damai (qalbun salim).

يَوْمَ لاَيَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ اِلاَّ مَنْ أَتىَ اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
Pada hari itu (Kiamat), harta dan anak-anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang damai (Qs. Asy-Syu’ara’: 88-89).

Akhirnya, marilah kita memohon sembari bermunajat kepada Allah yang Maha Kuasa, semoga dengan rahmat-Nya hati kita semakin menyatu, tingkat solidaritas kita semakin meningkat, kesadaran kita semakin tinggi, kepekaan nurani kita semakin hidup dan kekuatan spiritual kita semakin meningkat untuk menegakkan hukum Allah di bumi ini. Kemudian, kita wariskan ajaran Islam ini kepada anak-anak dan cucu-cucu kita dan membiasakan mereka melaksanakan shalat sebagai pilar Islam, sehingga kita tidak termasuk ke dalam kelompok manusia yang meninggalkan generasi yang mengabaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu; sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إلا من تاب وءامن وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا
Maka lahirlah setelah mereka generasi yang mengabaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka akan terjebak dalam kesesatan; kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal shalih, maka mereka akan masuk surga dan mereka tidak akan dizalimi (QS. Maryam: 59-60).

• اللَّهُمَّ مَالِكِ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ
• رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
• رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
• رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
• رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
• رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
• رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
• سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

CURRICULUM VITAE

BIODATA RINGKAS


A. Data Pribadi

1. Nama : DR. H. Hasan Basri, MA
2. Nama Ayah : Ahmad Piah al-Mardawy
3. Tempat/Tgl. Lahir : Pante Geulima, Aceh, 2 Mei 1963
4. Pekerjaan : Dosen Tafsir dan Pemikiran Islam, Fakultas Tarbiyah
5. Tempat Bekerja : IAIN Ar-Raniry Nanggroe Aceh Darussalam
6. Alamat di Aceh : Jl. Patimura, Lrg. Gle Gapui No. 01, Banda Aceh.
7. Alamat di Jakarta : Kompleks Griya Arafah, Jl. Keang Risin II, No. 182, Legoso, Ciputat, Jakarta Selatan 15419

B. Pendidikan

1. MIN (SD) Meureudu, Aceh tamat tahun 1976.
2. MTsN (SLTP) Meureudu, Aceh tamat tahun 1980.
3. MAN (SLTA) Banda Aceh tamat tahun 1983.
4. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah tamat tahun 1987.
5. Pondok Modern Hajjah Nuriyah Shabran, Solo, Jawa Tengah, tamat tahun 1987.
6. S1 IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tamat tahun 1990.
7. S2 Universitas Leiden, Nederland tamat tahun 1997.
8. S3 Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

C. Organisasi

1. Ketua Youth Moslem Association of Europe (YMAE) De Haag, tahun 1995-1996.
2. Sekretaris Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) Orsat Belanda tahun 1995-1997.
3. Ketua Ikatan Mahasiswa Studi Islam Aceh (IMSIA) di Jakarta 2001 s.d. sekarang.
4. Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Shabrun Jamil Jakarta tahun 2004 s.d. sekarang.
5. Anggota Dewan Konsultatif Masjid Jabal Rahmah dan Yayasan Teuku Laksamana, Jakarta 2006 sampai sekarang.
6. Ketua Unit Pelayanan Zakat (UPZ) Masjid Jabal Rahmah Jakarta 2007 dan Wakil Ketua BAZ TIM Pusat Jakarta sampai sekarang.

D. Karya Tulis yang Diterbitkan

1. Aceh, Rakyat dan Adat Istiadatnya, Jilid I dan II, [Editor], (Penerbit INIS, Nederland-Jakarta, 1996).
2. Metode Tafsir Al-Qur’an: Kajian Kritis, Objektif, dan Komprehensif [Penerjemah], (Penerbit Riora Cipta, Jakarta, 2000).
3. Tafsir Pase: Paradigma Baru (Penerbit Bale Kajian Al-Qur’an Pase, Jakarta, 2001).
4. Spektrum Saintifika Al-Qur’an (Penerbit Galura Pase, Jakarta, 2001).
5. Nabi Muhammad dalam Weda, Purana, Bibel, dan Al-Qur’an (Penerbit Bale Kajian Al-Qur’an Pase, Jakarta, 2001).
6. Horizon Al-Qur’an: Membahas Tema-Tema Unggulan dalam Al-Qur’an, [Penerjemah dan Editor], (Penerbit Galura Pase, Jakarta, 2002).
7. Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qur’an (Penerbit Pustaka Firdaus, Jakarta, 2002).
8. Membuka Gerbang Ijtihad: Perspektif Historis dan Sosiologis [Editor], (Penerbit YHAA, NAD, 2003).
9. Ijtihad Kontemporer dan Reformasi Hukum Islam dalam Perspektif Mahmud Syaltut [Editor], (Penerbit YHAA, NAD, 2003).
10. Aktualisasi Pesan Al-Qur’an dalam Bernegara (Penerbit Ihsan, Jakarta, 2003).
11. Fiqih Lelang [Editor], (Penerbit Kiswah, NAD, 2003).
12. Transaksi Ekonomi dalam Perspektif Hukum Islam dan Perdata [Editor], (Penerbit Kiswah, NAD, 2003).
13. Revitalisasi Syari’at Islam di Aceh: Problem, Solusi, dan Implementasi [Editor], (Penerbit Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 2003).
14. Minuman Cinta: Menyelami Esensi Ajaran Tasawuf (Penerbit Paramarta, Jakarta, 2004).
15. Neraca Keadilan dalam Sistem Sosial, Ekonomi, dan Supremasi Hukum, [Editor], (Penerbit: Tajdidiyah, Jakarta, 2004).
16. Lingkaran Ilahi: Viabilitas dan Dinamika Kaum Sufi (dalam proses penerbitan).
17. Kunci Surga: Meneladani dan Menyingkap Rahasia Shalat Rasulullah SAW, [Editor] (Penerbit: Mihrab Saintifika, Jakarta, 2006).
18. Pencerahan Intelektual: Referensi Bagi Khatib, Penceramah, dan Da’i [Editor], (Penerbit: BRR dan BKPRMI NAD, 2007).
19. Manahil ‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an: Menyelami Lautan Ilmu-ilmu Al-Qur’an [Penerjemah], (Penerbit Gaya Media Pratama, Jakarta … ).
20. Ideas of Islamic Reform in Indonesia, forthcoming of publishing.
21. A. Hasjmy: Kajian Sosial Inteletual dan Pemikirannya tentang Politik Islam, UIN Jakarta, 2008.
22. “Islam in Aceh: Institutions, Scholarly Tradition, and Relations Between Ulama and Umara” dan “Applying Islamic Law (Syari’ah) in Aceh: A Perspective from Within” dalam Aceh: History, Politics, and Culture, edited by Arndt Graf, Susanne Schroter, and Edwin Wieringa, ISEAS Publishing, Singapore, 2010.
23. Wawasan Zakat: Paradigma Kontemporer (Penerbit: Taman Iskandar Muda [TIM], Jakarta, 2010).
24. Dan lain-lain.

E. Pengalaman Luar Negeri

1. Kunjungan dakwah ke negara-negara Eropa: Nederland, Belgia, Perancis, London, Jerman, Swiss, dan Saudi Arabia, dan negara-negara lain (tahun 1994-1997).
2. Studi Komparatif tentang Dinamika Kehidupan Komunitas Muslim di Eropa tahun 1997-1998.

F. Pengalaman Perlatihan

1. Perlatihan kepemimpinan di Paris, Perancis tahun 1996
2. Pelatihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Grounded Research di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh tahun 1997.
3. Tutor calon Juru Dakwah di Nanggroe Aceh Darussalam, pasca Tsunami, 2004 –2006.
4. Instruktur latihan spiritual Qalbun Salim di Riyadhus Shalihin Jakarta, 2006.
5. Tutor calon Khatib Yayasan Shabrun Jamil Jakarta tahun 2007.
6. Tutor calon Imam Masjid Yayasan Riyadhus Shalihin Jakarta, 2006-2007.

Jakarta, Desember 2010

@personal.file

MASALAH HARTA WARISAN

TANGGAPAN TERHADAP “SEPUTAR WARIS DAN ILMU MAWARIS”

Setelah membaca secara cermat penjelasan tentang warisan dan wasiat serta hal-hal yang berhubungan dengannnya, maka dengan ini diberikan beberapa catatan penting untuk klarifikasi sebagai berikut:

1. Dalil-dalil yang dikemukakan baik dari al-Qur’an maupun Hadits dan pendapat sebagian ulama adalah benar; namun, pemahamannya terutama mengenai wasiat agak keliru.
2. Wasiat seseorang dapat dinyatakan baik secara lisan maupun tulisan. Wasiat yang dinyatakan secara tulisan tidak diperlukan saksi.
3. Wasiat secara lisan perlu diperkuat dengan 2 orang saksi. Dan saksi-saksi untuk melaksanakan kebaikan itu dibolehkan dari pihak keluarga, kaum kerabat, dan pihak lain selain keluarga.
4. Wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga harta yang ditinggalkan oleh Almarhum; ini dimaksudkan agar ada sebagian harta yang tersisa untuk ahli waris.
5. Kasus Abdurrahman bin ‘Auf yang memberi wasiat sepertiga harta dibenarkan oleh Rasulullah SAW; dan dia melaksanakannnya, tanpa mengingkarinya. Bahkan, selama hidupnya, dia sudah mengeluarkan banyak sedekah/infaq di jalan Allah. Itu pun masih dikatakan oleh Rasulullah SAW bahwa Abdurrahman bin ‘Auf masih merangkak ke surga.
6. Surat Wasiat yang dibuat oleh Almarhum ketika beliau masih hidup adalah sah (valid) menurut syari’at Islam (hukum Islam), dengan alasan: 1) beliau melakukannya dalam keadaan sadar; 2) tidak dipaksa; 3) harta yang diwasiatkan itu adalah harta miliknya sendiri; 4) tidak melebihi dari sepertiga jumlah keseluruhan hartanya.
7. Yang dimaksud dengan la wasiyyata li warits (tidak ada wasiat untuk ahli waris) adalah bahwa harta yang diwasiatkan itu tidak berhak diambil oleh ahli waris karena untuk ahli waris sudah ada haknya tersendiri yaitu bagian dari harta warisan peninggalan Almarhum, setelah wasiat dilaksanakan. Maka, wasiat berlaku untuk pihak lain yaitu diberikan atau diserahkan kepada misalnya dikelola oleh Yayasan Sosial untuk kepentingan umat. Wasiat ini dapat bernilai waqaf yang pahalanya terus mengalir kepada Almarhum.
8. Wasiat tidak boleh dirubah atau diselewengkan baik oleh pihak keluarga maupun pihak lain. Merubah wasiat adalah dosa besar dan mendapat ancaman, seperti yang tersurat dalam surat al-Baqarah ayat 181:
Intinya: Orang yang merubah wasiat setelah mengetahuinya, maka orang yang merubahnya akan memikul dosa.
9. Wasiat itu wajib dilaksanakan oleh pihak keluarga atau pihak lain yang menerima amanah atau mengetaui wasiat tersebut.
10. Pihak keluarga atau pihak lain tidak boleh menghalangi pelaksanaan wasiat. Barangsiapa menghalang-halanginya maka akan dikenakan ancaman, seperti tersurat dalam al-Qur’an:

a. Surat An-Nisa’ ayat 37
b. Surat Al-Hadid ayat 24
c. Surat Al-A’raf ayat 45
d. Surat Al-Anfal ayat 47
e. Surat Al-Baqarah ayat 180-181

11. Kita wajib mensyukuri nikmat Allah (lihat surat Ibrahim ayat 7) yang telah diberikan kepada Almarhum Ayahanda dan telah bersusah payah mencari harta kemudian mendidik anak-anaknya sehingga anak-anak Almarhum sudah diberikan kemampuan oleh Allah baik lahiriah maupun batiniah. Barangsiapa berpura-pura miskin padahal dia sudah diberikan kecukupan oleh Allah, maka Allah akan mencabut nikmat-Nya dan orang tersebut akan jatuh miskin sepanjang hidupnya; di Akhirat akan disiksa dalam api neraka.

Demikianlah sekilas tanggapan mengenai warisan dan wasiat semoga hukum Allah dapat tegak di bumi dan kita yang melaksanakannnya akan mendapat rahmat dan pahala dari Allah SWT.

Ciputat, 15 Oktober 2009

KIAT MENANGKAL ALIRAN SESAT

KIAT MENANGKAL ALIRAN SESAT:
KASUS AL-QIYADAH AL-ISLAMIYYAH


Fakta: Sejak tahun 1980-an sampai 2006 terdapat 250 aliran sesat di Indonesia (berdasarkan analisis Aliansi Umat Islam (ALUMNI).

Nama Aliran: Al-Qiyadah Al-Islamiyyah

Pendiri: Ahmad Moshaddeq alias H. Salam

Tempat/Tanggal: Kampung Gunung Sari, Gunung Bunder, Kecamatan Cibungbulan Bogor pada tanggal 23 Juli 2006 setelah Ahmad Moshaddeq bertapa selama 40 hari 40 malam.

Sasaran: Kalangan masyarakat menengah ke bawah yang berlum mengerti Islam, namun punya semangat yang tinggi belajar Islam.

Jumlah Pengikut: 41.000 orang tersebar di sembilan kota di Indonesia. Kebanyakan kalangan pelajar dan mahasiswa.

Pokok Ajaran:

1. Nabi Muhammad SAW bukanlah nabi dan rasul terakhir, masih ada nabi dan rasul setelah beliau.
2. Ahmad Moshaddeq mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul yang diutus oleh Allah setelah Nabi Muhammad SAW.
3. Dalam kitab Ruhul Qudus setebal 192 halaman dinyatakan bahwa Michael Muhdis menerima wahyu di Gunung Ijo Bogor, dan dia diangkat menjadi nabi dengan nama Al-Masih al-Mau’ud.
4. Syahadat aliran ini adalah: Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna al-Masih al-Mau’ud Rasulullah.
5. Aliran ini tidak mewajibkan shalat, puasa, dan haji karena pada zaman ini masih tahap awal perkembangan Islam, menanti terbentuknya Khilafah Islamiyah.

Kiat Menangkal Paham Sesat:
1. Meningkatkan ilmu agama dan wawasan Islam.
2. Memantapkan aqidah tauhid sejak usia dini.
3. Menghindari halaqah pengajian tertutup.
4. Mengenal guru, ustadz, atau kyai yang mangajar.
5. Menanyakan setiap ajaran yang diragukan kebenarannya.
6. Mengajak berdiskusi dengan mengemukakan dalil-dalilnya.
7. Meyakini bahwa standar kebenaran adalah Al-Qur’an dan Hadits Shahih.
8. Selektif dalam mengikuti pengajian agama.
9. Jangan cepat terpengaruh oleh aliran atau paham baru.
10. Menyampaikan kepada orang lain apa yang telah dipelajari dalam pengajian.

ALIRAN BARU:

Nama Aliran : Surga Aden
Tokoh Pendiri : Achmad Tantowi
Tempat : Cirebon, Jawa Barat
Tahun : 2010

Ajaran:

1. Membolehkan pergaulan bebas laki-laki dan perempuan sesama anggota jamaah.
2. Tidak mengimani kepada Malaikat (Malaikat itu tidak ada).
3. Shalat lima waktu tidak wajib, karena itu tidak perlu dilaksanakan.
4. Para wanita anggota jamaah dijadikan sebagai isteri oleh pemimpinnya.
5. Mengkultuskan pemimpinnya sebagai Tuhan.

Selain aliran-aliran tersebut, masih banyak lagi aliran-aliran atau paham-paham lain yang bermunculan sebagai pertanda akhir zaman. Maka, salah satu upaya untuk membendung atau membentengi diri dari pengaruh itu adalah kembali al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW dan berhati-hati dalam menyikapi berbagai pemahaman dan pemikiran keagamaan yang berkembang akhir-akhir ini. Bahkan ancaman yang kini membayang-bayangi adalah munculnya paham Islam liberal yang dipelopori JIL (Jaringan Islam Liberal) atau Jin, Iblis Laknatullah. JIL membawa ajaran PLURALISME yang menyatakan bahwa semua agama sama dan benar.

Semoga selamatlah kita semua dari ancaman pendangkalan aqidah dan penyesatannya. Marilah kita senantiasa berdoa:


ربنا لا تزغ قـلوبنا بعد اذ هـديـتـنا وهب لنا من لدنـك رحمة،
إنك أنت الوهـاب.
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan hidayah (petunjuk) kepada kami, dan berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. (QS. Ali Imran: 8)

KHUTBAH IDUL ADHA 2010

REFLEKSI IBADAH QURBAN:
MENUMBUHKEMBANGKAN SIKAP KEARIFAN
DAN KEPEDULIAN SOSIAL
Oleh: DR. H. Hasan Basri al-Mardawy, MA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ اْليَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَجَعَلَ عِبَادَةَََ اْلحَجِّ وَعِيْدَ اْلأَضْحَى مِنْ شَعَائِرِه وَاِحْيَائِهَا مِنْ تَقْوَى اْلقُلًوْبِ. وأرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدهُ لاَ شَرٍيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اْلمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا اِلَى اللهِ بِاِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا.
اَلَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَاِبهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ يَوْمَ لاَيَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ اِلاَّ مَنْ أَتىَ اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
أمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا اْلمُؤْمِنُوْنَ، اِنَّ اللهَ تَعَالىَ أَمَرَنَا باِلتَّقْوَى وَطَاعَةِ رَسُوْلِهِ كَمَا قاَلَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَاِئرَ اللهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى اْلقُلُوْبِ.

الله أكبر، الله أكبر، لا اله إلا الله والله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر كبيرا.
Hadirin Sidang Jama’ah ‘Idul Adha yang Berbahagia!
Segala puji untuk Allah yang menguasai alam semesta. Dialah yang mengatur kehidupan semua makhluk di jagat raya. Dia pula yang memberikan energi kehidupan untuk seluruh makhluk-Nya baik di darat, di laut, di gunung, maupun di dalam rimba raya. Dia penentu kehidupan dan kematian, kenikmatan dan kesengsaraan, kekayaan dan kemiskinan, keselamatan dan marabahaya. Dialah tempat bergantung semua manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan dunia. Kepada-Nyalah bersujud semua yang berjiwa suci baik di tengah keramaian maupun dalam kesunyian. Atas izin-Nyalah kita hadir di sini sebagai hamba yang haus kasih sayang-Nya, yang selalu merindukan cinta-Nya, dan ingin berjumpa dengan-Nya. Kita semakin sadar bahwa kehidupan dunia semakin terasa tak lama. Waktu terus berjalan mengikuti sunnah-Nya. Tahun ini sudah mendekati gerbang penghabisan. Tak banyak yang bisa kita lakukan selama bulan-bulan dalam setahun yang sudah berlalu kecuali kesibukan yang tak menentu, menyita banyak waktu, terasa lelah tubuh kita, dan terasa amat sedikit kita mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Semoga Allah mengizinkan kita agar dapat hidup untuk tahun-tahun yang akan datang dan dikuatkan iman serta semangat amal kita untuk selalu dekat dengan-Nya.
Hari ini merupakan wujud nyata kearifan sosial kita sembari bermuwajahah dengan Allah yang Maha Kuasa, dalam suasana yang penuh sukacita menyambut tiba syi’ar yang penuh pesona mengikuti sunnah Rasul-Nya, yang mulia. Semua wajah menunduk penuh tawadhu’ ke hadirat Pencipta memohon ridha-Nya, pada hari yang berbahagia, ‘Idul Adhha. Baru saja kita melakukan ruku’ dan sujud di lapangan terbuka ini sebagai salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT dan sekaligus menghidupkan syi’ar-Nya. Di antara syi’ar-syi’ar Allah yang kita agungkan pada hari ini adalah shalat ‘Idul Adhha, ibadah qurban, dan zikir (takbir, tahlil, dan tahmid). Berkenaan dengan ibadah qurban, Rasulullah SAW menjelaskan dalam salah satu haditsnya:
ما عمل ادمي من عمل يوم النحر أحب الى الله من اهراق الدم (رواه الترمذى عن عائشة)
Artinya: Tidak ada amalan manusia yang lebih dicintai Allah pada hari raya Qurban selain menyembelih hewan (Hadits riwayat At-Turmudzi dari ‘Aisyah).
Ibadah manusia yang paling utama pada hari ini adalah menumpahkan darah hewan di bumi. Penyembelihan hewan qurban termasuk salah satu sunnah Rasulullah yang amat penting, yang dilakukan setiap ‘Idul Adhha. Selanjutnya, Rasulullah menjelaskan:
من ذبح قبل الصلاة فانما يذبح لنفسه, ومن ذبح بعد الصلاة والخطبتين فقد أنم نسكه وأصاب سنة المسلمين (رواه الشيخان)
Artinya: Barangsiapa menyembelih hewan qurban sebelum shalat maka berarti ia menyembelih untuk keperluan dirinya sendiri, dan barangsiapa menyembelih qurban sesudah shalat dan dua khutbah, maka ia telah menyempurnakan ibadahnya dan telah memperoleh pahala sunnah kaum muslimin (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Hakikat ibadah qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan mengorbankan sebagian harta yang dianugerah kepada kita dalam bentuk hewan (sapi, kerbau, atau kambing). Dalam ibadah qurban terkandung nilai-nilai fundamental yang dapat diaktualisasikan dan diaplikasikan dalam kehidupan. Seseorang yang melakukan qurban berarti ia telah sanggup menundukkan keinginan dirinya dan telah mampu meredam perasaan cintanya kepada selain Allah. Cintanya kepada Allah di atas segalanya. Oleh sebab itu, di saat seorang muslim mempersembahkan qurbannya ia harus memilih hewan yang terbaik, tanpa cacat, sedap dipandang, tidak berpenyakit, dan tidak pula kurus. Semua itu mengungkapkan bahwa ketulusan dan kesucian cinta itu dibuktikan dengan keberanian dan ketulusan serta kerelaan memberikan sesuatu yang terbaik yang dimilikinya. Habil (putra Nabi Adam) telah menyerahkan yang terbaik yang ia miliki. Nabi Ibrahim telah mempersembahkan anak yang amat dicintainya demi meraih cinta Allah. Isma’il telah menyerahkan dirinya kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Nabi Muhammad SAW telah memberikan yang terbaik yang beliau miliki untuk agama dan umat ini. Beliau bersama para sahabatnya telah menghabiskan masa-masa hidup mereka dengan pengorbanan, perjuangan, dan jihad untuk menegakkan kalimah la ilaha illallah di permukaan bumi ini. Hewan qurban yang dipersembahkan kepada Allah dengan hati yang ikhlas sudah diterima di sisi Allah sebelum darah hewan itu tumpah ke bumi. Begitulah kedekatan Allah dengan hamba-Nya yang ikhlas. Hamba yang ikhlas sangat disegani syaitan. Ini berarti syaitan tidak mampu menggoda orang-orang yang ikhlas dalam beramal.
Syari’at qurban yang dipelopori Nabi Ibrahim AS kemudian dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan ibadah yang amat penting dalam Islam, yang mengandung nilai-nilai positif dan konstruktif bagi kehidupan insan beriman. Isyarat ini diungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Kautsar [108] ayat 1-3.
إِنَّآ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَر.

Ayat ini mengajarkan kita empat hal: pertama, nikmat Allah yang diberikan kepada kita lebih banyak daripada rasa syukur kita kepada-Nya. Kedua, pernyataan rasa syukur, antara lain, dinyatakan melalui shalat dan ber-qurban dengan ikhlas karena Allah.. Ketiga, ibadah qurban sangat erat hubungannya dengan shalat. Dalam shalat kita dilatih supaya ikhlas, sabar, khusyu’, tawakkal, dan hanya tunduk kepada Allah. Karena itu, ibadah qurban tidak berlaku bagi orang yang tidak mau melaksanakan shalat. Dan keempat, orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah akan dicabut nikmat darinya. Sebab itulah Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَة ًوَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ مُصَلاَّنَا [رَوَاهُ أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَه وَصَحَّحَهُ اْلحَاكِم]
“Barangsiapa mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi ia tidak mau berqurban, maka jangan dekat ke tempat shalat kami” (Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah disahihkan oleh al-Hakim).

Sejarah mencatat bahwa ada sejumlah tokoh yang dapat dijadikan teladan dalam berqurban, antara lain: Habil, putra Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS beserta isterinya, Hajar, dan anaknya, Ismail, serta Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabatnya. Mereka telah mengajarkan keikhlasan dan ketaatan dalam berqurban. Artinya, berqurban itu tidak boleh terselip unsur riya’ agar dipuji oleh manusia. Tetapi, berqurban harus dilandasi iman dan ikhlas karena Allah. Karena itulah Allah mengingatkan, bahwa yang sampai kepada Allah itu bukan daging dan darah hewan qurban, tetapi taqwa yang ada dalam hati atau jiwa orang-orang yang berqurban, sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Hajj [22] ayat 37, yang berbunyi:
لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَدِمَآؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَاهَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ.

Kemudian, dilihat dari perspektif sosiologis, ibadah qurban mengandung ajaran yang sangat esensial, yaitu membangkitkan kepedulian atau solidaritas sosial. Ini berarti bahwa orang beriman dituntut agar memiliki kepekaan dan kesetiakawanan yang tinggi terhadap saudara-saudaranya dan kepada sesama manusia. Menciptakan kebersamaan, keharmonisan hidup, mewujudkan keamanan dan kedamaian, menggalang persaudaraan dan persatuan merupakan refleksi nilai-nilai qurban yang amat signifikan. Sehubungan dengan ini, Allah menyatakan dalam al-Qur’an surat Ali ‘Imran [3] ayat 92.
لَن تّنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَىْءٍ فَإِنَّ اللهَ بِهِ عَلِيمُُ.
Ayat ini menerangkan tentang kualitas pemberian infaq seseorang kepada orang lain. Masksudnya ialah kita belum mencapai tingkat pengorbanan yang paling tinggi sebelum kita memberikan sesuatu kepada saudara kita dengan penuh kecintaan dan keikhlasan; dan sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang kita berikan itu, apakah dilandasi dengan keikhlasan atau riya.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Dimuliakan Allah!
Pada hari ini seluruh jama’ah haji sedang berada di Mina untuk menyelesaikan pelemparan tiga jumrah, yang sebelumnya sudah melakukan wuquf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah, sebagai manifestasi jihad melawan syaitan, membasmi kemaksiatan, dan mendobrak kezaliman. Sebab itulah setiap orang yang akan menunaikan ibadah haji harus terlebih dahulu memenuhi kualifikasi yang memungkinkannya melakukan jihad. Para jamaah haji dan umrah, menurut Rasulullah, adalah delegasi Allah yang akan memperoleh ampunan setelah menunaikan ibadah haji secara sempurna. Kualitas haji terbaik disebut haji mabrur, yaitu haji yang melahirkan kebaikan dalam sikap dan perilaku. Untuk meraih haji mabrur tentu saja diperlukan syarat-syarat tertentu, antara lain:
1. Niat yang ikhlas karena Allah.
2. Biaya atau ongkos perjalanan haji bersumber dari rizki yang halal.
3. Memahami manasik haji secara baik sesuai dengan sunnah Rasulullah.
4. Mentaati etika berhaji dengan penuh kedisiplinan.
5. Membawa bekal terbaik, yakni taqwa.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Artinya: Persiapkan bekal untuk berhaji, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa (Al-Baqarah/2: 197).
Kemudian, Rasulullah menegaskan bahwa orang yang meraih predikat haji mabrur akan memperoleh surga sebagai ganjarannya, sebagaimana sabdanya:
العمرة الى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء الا الجنة (رواه البخارى ومسلم)
Artinya: Umrah ke umrah dapat menghapus dosa di antara keduanya; dan haji mabrur tidak ada balasan yang layak baginya kecuali surga (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Sebagai refleksi dari haji mabrur bahwa orang yang berhaji itu memiliki jiwa tauhid dan semakin mencintai Allah. Dari hari ke hari gairah ibadahnya semakin meningkat. Semangat pengorbanannya semakin tinggi. Keikhlasan dalam beramal menjadi denyut nadinya. Zikirnya semakin menghiasi jiwa raganya. Inilah makna talbiyah yang senantiasa dilantunkan selama dalam keadaan ihram:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، اِنَّ اْلحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ،
لاَشَرِيْكَ لَكَ.
Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu; sesungguhnya segala pujian, kenikmatan, dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu.

Kalimah talbiyah tersebut merupakan ikrar setiap orang yang berhaji agar tidak melakukan sesuatu yang menjurus kepada syirik (menyekutukan Allah). Penghambaan diri kepada Allah harus terbebas dari unsur-unsur kemusyrikan. Syarat utama diterima ibadah haji seseorang adalah pelaksanaan haji tidak boleh disertai unsur syirik di dalamnya, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Setiap pelaku haji benar-benar menempatkan diri pada posisi sebagai hamba Allah yang sebenarnya; bukan hamba syaitan. Sebab itulah keabsahan suatu amalan dalam Islam, harus dilandasi tauhid (peng-Esaan Allah) sebagai lawan dari syirik. Jiwa tauhid ini telah menjadi misi dakwah para nabi dan rasul sejak Nabi Adam sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks peringkat dosa-dosa dan pengampunannya, syirik merupakan dosa yang paling besar dan sulit terampuni. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik; dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa berbuat syirik kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang amat besar (An-Nisa’/4: 48).

Selanjutnya, dalam kaitan dengan nilai positif dari ibadah haji, Hammudah Abdalati dalam bukunya, Islam in Focus menjelaskan:
“In the course of Hajj peace is the dominant theme; peace with God and one’s soul, peace with one another and with animals, peace with birds and even with insects. To disturb the peace of anyone or any creatures in any shape or form is strictly prohibited.”

Berkenaan dengan ibadah haji, perdamaian merupakan tema amat penting; perdamaian dengan Allah dan perdamaian dengan jiwa seseorang, perdamaian dengan hewan-hewan, perdamaian dengan burung-burung, dan bahkan perdamaian dengan serangga. Mengganggu perdamaian dengan seseorang atau dengan makhluk-makhluk lain dalam bentuk apa pun sangat dilarang (diharamkan).

Betapa indahnya pendidikan yang berlangsung selama menunaikan ibadah haji, di mana setiap individu muslim dituntut agar tetap menjaga perdamaian baik selama menunaikan ibadah haji maupun setelah kembali ke kampung halaman masing-masing. Memelihara dan melestarikan perdamaian baik sesama insan maupun dengan makhluk lain merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Hal ini sejalan dengan ruh atau jiwa Islam itu sendiri, yaitu cinta damai, Islam is the religion of peace (Islam adalah agama perdamaian).

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Dirahmati Allah!
Era reformasi di negeri kita yang ditopang kemajuan teknologi informasi dan komunkasi telah membawa pengaruh signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, tanpa kecuali aspek kehidupan beragama. Dalam konteks Islam, kebebasan penafsiran ajaran agama hampir menembus batas-batas sakral yang pada masa sebelumnya dipedomani dan dijunjung tinggi. Akibatnya, kemudian lahir berbagai aliran atau paham yang bervariasi dalam Islam, dari yang moderat sampai yang ekstrem; dari yang tradisional sampai yang liberal; dan dari yang normatif-konstruktif sampai yang deviatif-destruktif. Kategori deviatif-destruktif atau paham yang menjurus kepada kesesatan dan menyesatkan, menurut laporan Aliansi Umat Islam (Alumni), sejak tahun 1980-an sampai tahun 2006 terdapat 250 aliran sesat di Indonesia. Ini merupakan tantangan bagi umat Islam yang selama ini memegang teguh prinsip Islam seperti yang diajarkan Rasulullah bersumber pada al-Qur’an dan sunnahnya. Namun, pasca kewafatan Rasulullah, seperti dicatat dalam sejarah, tampil nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Islam. Ternyata modus munculnya nabi-nabi palsu ini masih berlanjut sampai sekarang di kalangan komunitas muslim. Fenomena nabi palsu dan aneka paham atau aliran yang mengatasnamakan Islam itu kini semakin marak dengan modus bermacam-macam yang berupaya menggalang pengikut sebanyak-banyaknya baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat awam.
Menyikapi fenomena ini, maka sudah saatnya kaum muslimin saat ini menumbuhkembangkan sikaf kearifan sosial untuk membangun masyarakat madani yang handal. Masyarakat madani, seperti yang diharapkan kemunculannya oleh banyak orang, adalah suatu masyarakat yang memiliki peradaban tinggi yang berlandaskan tauhid, akhlak mulia, ketaatan, dan wawasan keilmuan dan teknologi. Untuk mengetahui sosok konkret generasi madani kita perlu merujuk kepada al-Qur’an sebagai referensi. Secara individual, figur Nabi Yusuf yang dikisahkan dalam surat Yusuf (surat ke-12), adalah manusia yang mampu menahan godaan dan rayuan wanita. Kemudian, al-Qur’an juga menggambarkan sekelompok pemuda yang mampu mempertahankan aqidah tauhid di tengah-tengah para penganut dan pelaku kemusyrikan, kezaliman, dan kesesatan. Kelompok pemuda ini kemudian dinamakan Ashabul Kahfi, yang diabadikan dalam surat Al-Kahfi (surat ke-18). Al-Qur’an juga menampilkan tokoh yang bernama Thalut. Dengan keahliannya, Thalut mampu mengalahkan adikuasa, Jalut yang kafir. Cerita mengenai Thalut dan Jalut ini diungkapkan dalam surat Al-Baqarah ayat 247-252. Selanjutnya, sosok wanita shalihat yang sangat taat kepada Allah, itulah Asiyah (isteri Fir’aun) yang tangguh dalam mempertahankan iman (tauhid) di depan suaminya yang zalim; dan Maryam (ibunda Nabi Isa) yang sanggup menjaga dan memelihara kesucian dirinya dan ketaatan (qanitat) kepada Allah. Informasi tentang kedua wanita shalihat ini disebutkan dalam surat At-Tahrim (surat ke-66) ayat 11-12.
Dalam surat Al-Furqan (surat ke-25), rangkaian ayat-ayat 63-76 terdapat banyak nilai penting dan hikmah bagi kehidupan kita. Nilai dan hikmah ini digambarkan dalam bentuk profil atau sosok hamba Allah yang Pemurah atau dalam istilah al-Qur’an disebut dengan ‘ibadurrahman. Sosok ‘ibadurrahman adalah hamba Allah yang memiliki sifat-sifat mulia dan terpuji sebagai calon penghuni surga.
Sekurang-kurangnya ada 10 sifat utama ‘ibadurrahman, yang diungkapkan dalam rangkaian ayat-ayat tersebut, yaitu: rendah hati, gemar shalat tahajjud, senang berdo’a, tidak boros, tidak berbuat syirik, tidak membunuh manusia, tidak berzina; bertobat dari dosa-dosa, tidak memberi kesaksian palsu dan tidak berkata sia-sia, responsif terhadap ayat-ayat Allah, mendambakan keturunan yang baik, dan sabar dalam menjalankan ajaran agama.
‘Ibadurrahman senantiasa mendambakan keturunan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah atau dalam istilah al-Qur’an ayat 74 disebut qurrata a’yun (permata hati), penyejuk jiwa. Qurrata a’yun adalah generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia. Generasi inilah yang selalu diharapkan oleh setiap orang beriman. Dan dari generasi inilah lahir para pemimpin yang bertaqwa yang akan memimpin kehidupan orang-orang beriman. Jika kepemimpinan orang-orang mukmin dipegang oleh qurrata a’yun maka masyarakat dan negara akan baik, makmur, penuh keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Hukum Allah akan tegak jika kepemimpinan diserahkan kepada qurrata a’yun ini. Sebab itulah ‘ibadurrahman selalu berdo’a:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: “Dan mereka berdo’a, wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri kami dan keturunan kami generasi yang dapat menyejukkan hati kami; dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Dalam sejarah perjalanan hidupnya, Nabi Ibrahim sampai usia lanjut tidak pernah henti berdo’a agar Allah menganugerahkan kepadanya anak atau keturunan yang baik dari kalangan orang-orang shalih dan rajin mendirikan shalat.
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya: Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku anak dari kalangan orang-orang shalih (Ash-Shaffat/37: 100).
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
Artinya: Ya Allah, jadikanlah aku orang yang mendirikan shalat dan demikian juga anak keturunanku, wahai Allah terimalah do’aku ini (Ibrahim/14: 40).
Allah mengabulkan do’a Nabi Ibrahim. Kemudian kepadanya dianugerahkan anak yang shalih dan dari anak yang shalih itu sebagian besar diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah (melalui jalur Nabi Ishaq), termasuk nabi terakhir (khataman nabiyyin) yakni Nabi Muhammad SAW, dari jalur keturunan Nabi Ismail.


Sidang Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang Mulia!
Secara faktual bangsa dan negara kita terus dilanda musibah berupa bencana alam yang berkepanjangan, seakan-akan tak pernah henti. Memang, secara geografis, posisi negara kita ditakdirkan berada di kawasan yang rawan bencana: berada di persilangan tiga lempengan dunia yaitu Euro-Asia, Indo-Australia, dan Pasifik. Tiga persimpangan ini disebut sebagai kawasan rawan gempa, badai, dan banjir. Oleh karena itu, sebagian ahli memprediksikan bahwa Hari Kiamat akan dimulai dari Indonesia dan kawasan-kawasan yang bersentuhan dengan persimpangan tiga lempengan dunia tersebut.
Masih membekas dalam ingatan kita bahwa penghujung tahun 2004 yang lalu, di Aceh dan Pulau Nias terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat diiringi gelombang Tsunami beberapa saat setelah gempa, yang meluluhlantakkan manusia dan bangunan, menjadi berkeping-keping. Kemudian, mengawali tahun 2005 yang lalu banjir besar menimpa beberapa daerah, seperti Kalimantan Barat dan Tengah, Jakarta, Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Aceh bagian Timur. Ditambah lagi kebakaran di komplek-komplek perumahan dan pertokoan, dan musibah lumpur Lapindo di Jawa maka semakin lengkaplah ujian dan peringatan Allah kepada kita semua. Tahun-tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 juga tidak sepi dari berbagai bencana melanda negeri kita tercinta, Indonesia. Bahkan, tahun 2010 ini, terjadi gempa bumi besar di Sumatra Barta, banjir bandang dahsyat terjadi di Wasior, Papua; yang menghantam bangunan dan rumah penduduk setempat hancur berantakan. Kemudian, kita dikejutkan lagi dengan gempa bumi dan gelombang tsunami yang menghantam kawasan pesisir pantai Mentawai, Sumatra Barat. Setelah itu disusul meledaknya gunung merapi di Yogyakarta yang sampai sekarang masih menyisakan nestapa, ratusan jiwa korban. Sebagian besar mereka sampai saat ini masih berada di kemah-kemah pengungsian dengan penuh keprihatinan.
Dari semua fenomena alam tersebut, mendorong kita untuk melakukan introspeksi diri dan meningkatkan kecerdasan spiritual kita bahwa Islam mengajarkan kita agar tidak kaget ketika menghadapi musibah. Karena melalui musibah itu, Allah ingin menguji iman hamba-Nya dan sekaligus menambahkan pahala baginya. Maka, ketika orang beriman ditimpa musibah secara spontan terucap olehnya: إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُون “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya jua kami akan kembali.” Kesadaran vertikal transendental ini semakin memperteguh iman seseorang setiap kali ia menghadapi musibah. Menurut al-Qur’an, musibah yang menimpa manusia dapat berupa perasaan takut, kelaparan, kekurangan harta benda, kehilangan jiwa, dan kegagalan panen. Berkenaan dengan ini, Allah berfirman dalam surat al-Baqarah [2] ayat 155-157.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُون.َ أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُون.َ

Seperrti telah disinggung tadi bahwa negeri kita sekarang sedang diuji dengan berbagai bencana alam. Bencana alam tersebut dipandang dari sudut ilmu merupakan gejala alam biasa yang timbul sebagai faktor kausalitas atau sebab-akibat. Tetapi, kalau ditinjau dari sudut pandang agama semua bencana yang menimpa manusia adalah musibah yang dikehendaki Allah. Dalam musibah terdapat tiga nilai penting bagi manusia:
1) Musibah sebagai ujian atau cobaan (ibtila’; fintah) bagi orang-orang beriman.
2) Musibah sebagai peringatan atau pelajaran (tadzkirah; ‘ibrah) bagi seluruh manusia.
3) Musibah sebagai hukuman atau azab (‘iqab; adzab) bagi orang-orang kafir, zalim dan durhaka.

Kemudian, semua musibah yang menimpa manusia pasti ada sebabnya. Tidak mungkin Allah menjadikan musibah tanpa ada sebab. Berkenaan dengan bencana alam, misalnya, Allah telah memperingatkan kita dalam firman-Nya, surat ar-Rum [30] ayat 41.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ.

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan manusia sendiri agar Allah membuat mereka jera terhadap sebagian kesalahan yang pernah mereka lakukan.” Ayat ini menjelaskan bahwa bencana alam terjadi disebabkan keserakahan dan kelengahan manusia terhadap kelestarian alam. Hutan-hutan pelindung ditebang secara liar (illegal logging), oleh sebagian manusia yang serakah. Akibatnya, hilang keseimbangan alam dan terganggu ekosistem sehingga terjadi erosi, banjir, polusi, dan abrasi.
Kemudian, Allah menjatuhkan hukuman kepada orang-orang zalim dan durhaka di muka bumi, meskipun dampaknya dirasakan juga oleh orang-orang yang taat. Allah menyatakan dalam surat al-Kahfi [18[ ayat 59, “dan penduduk negeri itu kami binasakan karena mereka berbuat zalim.”
وَتِلْكَ الْقُرَى أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِم مَّوْعِدًا.
Demikianlah Allah memberi pelajaran kepada kita agar kita berhati-hati dalam setiap tindakan. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa sebelum Allah menjatuhkan hukuman kepada penduduk suatu negeri, Allah terlebih dahulu mengingatkan para pemimpin yang durhaka, pejabat yang korup, dan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya taat dan tunduk kepada hukum-Nya. Jika mereka tidak sadar juga, maka sudah saatnya Allah menjatuhkan hukuman kepada mereka dan menghancurkan negeri mereka dengan sehancur-hancurnya. Berkenaan dengan ini, Allah menyatakan dalam surat al-Isra’ [17] ayat 16, yang berbunyi:
وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا.

Kita bisa belajar dari negeri Aceh yang sudah porak poranda dilanda gempa dan gelombang Tsunami. Apa yang terjadi di Aceh dan Nias adalah teguran Allah bagi kita semua yang masih hidup agar kembali ke jalan-Nya. Rakyat Aceh dan penduduk pulau Nias Sumatera Utara telah mengalami suatu peristiwa yang luar biasa dahsyatnya, persis seperti yang digambarkan al-Qur’an surat al-A’raf [7] ayat 97-98.
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَآئِمُونَ. أَوْأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَن يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُون.َ

Apakah penduduk negeri itu merasa aman dari hukuman Kami, di malam hari di saat mereka sedang tidur? Ataukah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami di waktu dhuha (pagi hari) pada saat mereka sedang asyik bermain?

Sebagai pelajaran bagi kita, lebih lanjut Allah menerangkan bahwa pada masa lampau banyak negeri dan kota telah dibinasakan di saat penduduknya sedang bersenang-senang dalam kemewahan, lupa diri, lupa kepada sesama, dan lupa kepada Allah. Ayat-ayat berikut ini menjadi bahan renungan kita semua:

• ٍSurat al-Qashash [28] ayat 58

وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ بَطِرَتْ مَعِيشَتَهَا فَتِلْكَ مَسَاكِنُهُمْ لَمْ تُسْكَن مِّن بَعْدِهِمْ إِلاَّ قَلِيلاً وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِين.َ

Dan berapa banyak penduduk negeri, yang sudah menikmati kesenangan dalam kehidupan mereka, telah Kami hancurkan; dan lihatlah tempat-tempat mereka tidak dapat dihuni lagi kecuali sebagian kecil saja; dan Kamilah sebagai Pewarisnya (semua kembali kepada pemiliknya, yaitu Allah).

• Surat an-Naml [27] ayat 52-53

فَتِلْكَ بُيُوتُهُمْ خَاوِيَةً بِمَاظَلَمُوا إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَةً لِّقَوْمٍ يَعْلَمُونَ. وَأَنجَيْنَا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُون.َ

Itulah rumah-rumah mereka sudah rata dengan tanah disebabkan kezaliman mereka, sesungguhnya pada peristiwa itu terdapat tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berilmu. Dan Kami selamatkan orang-orang beriman karena mereka senantiasa bertaqwa.

• Surat al-Hajj [22] Ayat 45.

فَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُّعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَّشِيد.

Berapa banyak kota yang telah Kami binasakan, karena penduduknya berbuat zalim, maka tembok-tembok kota itu roboh beserta atap-atapnya; dan berapa banyak sumber kesenangan dan istana yang megah telah ditinggalkan.

• Surat al-Qashash [28] Ayat 59.
وَمَاكَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولاً يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِنَا وَمَاكُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلاَّ وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ.
Tuhanmu tidak membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di kota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah pula Kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya melakukan kezaliman.

• Surat al-Hajj [22] Ayat 48.

وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِير.ُ
Dan berapa banyak kota yang Aku tangguhkan azab-Ku dan penduduknya berbuat zalim kemudian Aku azab mereka dan hanya kepada-Ku tempat kembalinya.

• Surat al-Anfal [8] Ayat 25.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَتُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
Dan jagalah dirimu dari fitnah (siksaan) yang tidak khusus menimpa orang-orang zalim saja di antaramu; dan ketahuilah bahwa sisksaan Allah amat pedih.

• Surat al-Anbiya’ [21] Ayat 1.

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُون.َ
Hari Kiamat itu telah dekat waktunya bagi manusia; tetapi mereka masih lalai dan berpaling dari agama.

Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah yang Maha Kuasa, semoga dengan kekuasaan-Nya hati kita semakin menyatu, tingkat solidaritas kita semakin meningkat, dan kesadaran kita semakin hidup untuk kembali ke jalan agama yang benar, yaitu agama yang menjanjikan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sidang Jama’ah Shalat ‘Idul Adha yang Berbahagia!
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita renungi sebuah pesan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub ‘Alaihimassalam kepada anak-anak mereka, yaitu “mereka berjanji akan menyembah Allah yang Esa dan berpegang teguh pada agama Islam, hidup dan mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah.” Informasi mengenai ini diabadikan dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah [2] ayat 132.
وَوَصَّى بِهَآإِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبَ يَابَنِيَّ إِنَّ اللهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُون.َ
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa qurban merupakan cerminan keyakinan atas keadilan Ilahi dan kemanusiaan yang universal. Dalam rangka perayaan hari qurban ini, marilah kita tanamkan sifat-sifat terpuji agar kita menjadi hamba Allah yang sebenarnya. Dan marilah kita tumbuhkembangkan sikap kearifan sosial menuju terwujudnya masyarakat madani. Perlu dicatat bahwa masyarakat madani tidak akan lahir begitu saja, tanpa kerja keras, tetapi harus diupayakan secara bersama-sama (kooperatif) melalui pendidikan yang bersifat integral dan partisipatif dengan muatan kurikulum yang bercorak Islami, yaitu kombinasi ilmu dan teknologi; iman dan al-akhlaqul al-karimah.
Akhirnya, marilah kita memohon atau bermunajat kepada Allah yang Maha Kuasa, semoga dengan rahmat-Nya hati kita semakin menyatu, tingkat solidaritas kita semakin meningkat, kesadaran kita semakin tinggi, kepekaan nurani kita semakin hidup untuk menegakkan hukum Allah di bumi ini. Kemudian, kita wariskan ajaran Islam ini kepada anak-anak dan cucu-cucu kita dan membiasakan mereka melaksanakan shalat sebagai pilar Islam, sehingga kita tidak termasuk ke dalam kelompok manusia yang meninggalkan generasi yang mengabaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu; sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an:
فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا إلا من تاب وءامن وعمل صالحا فأولائك يدخلون الجنة ولايظلمون شيئا

Artinya: Maka lahirlah setelah mereka generasi yang mengabaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka akan terjebak dalam kesesatan; kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal shalih, maka mereka akan masuk surga dan mereka tidak akan dizalimi (Maryam/19: 59-60).

• اللَّهُمَّ مَالِكِ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُُ
• رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
• رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
• رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
• رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
• رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
• رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّآ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
• سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ■

TUGAS KELOMPOK TAFSIR III

NAMA-NAMA MAHASISWA
MATA KULIAH TAFSIR III
UNIT 3 TPA 5802

PEMBAGIAN KELOMPOK

1. A. Muthalib-------------------------Kelompok 1
2. Eni Monita
3. Harisah
4. Hasan Basri
5. Herman

6. Husniah----------------------------Kelompok 2
7. Junidarwati
8. Khuzaimah
9. M. Amin

10. Marwati-------------------------Kelompok 3
11. Maya Mailiza
12. Muntahar
13. Mursal

14. Murtila-------------------------Kelompok 4
15. Nafira
16. Nasruddin
17. Nurmalawati

18. Rahmati-------------------------Kelompok 5
19. Raudhatun Nufus
20. Safrina
21. Sariulis


22. Siti Busra-------------------------Kelompok 6
23. Siti Rahmah
24. Syamsul Arifin
25. Tutia Rahmi
26. Via Rizqa
27. Yulinda Sumita

Catatan: 1. Tugas kelompok diskusi dengan menyajikan makalah sesuai dengan topik yang telah ditentukan.
1. Setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang sesuai dengan jumlah total mahasiswa..
2. Dari jumlah total mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok.
3. Ayat-ayat rujukan setiap topik, lihat silabus mata kuliah tafsir III.


Topik Pembahasan dan Jadwalnya:

Kelompok 1: Tafsir Ayat-ayat tentang Pembunuhan
Tampil tanggal: 2 Desember 2010

Kelompok 2: Tafsir Ayat-ayat tentang Zaina dan Qadzaf
Tampil tanggal: 6 Desember 2010

Kelompok 3: Tafsir Ayat-ayat tentang Warisan dan Wasiat
Tampil tanggal: 9 Desember 2010

Kelompok 4: Tafsir Ayat-ayat tentang Riba
Tampil tanggal: 13 Desember 2010

Kelompok 5: Tafsir Ayat-ayat tentang Makanan Halal dan Haram
Tampil tanggal: 16 Desember 2010

Kelompok 6: Tafsir Ayat-ayat tentang Judi dan Khamar
Tampil tanggal: 20 Desember 2010

TUGAS KELOMPOK PNDK AQIDAH

NAMA-NAMA MAHASISWA
MATA KULIAH PENDIDIKAN AQIDAH
UNIT 3 TPA 5806

PEMBAGIAN KELOMPOK

1. Ainal Mardhiah
2. Aja Nursyarifah
3. Ardiyansyah
4. Arifasy Syazili
5. Aulia Rahmat
6. Delvita Ariyana
7. Eliana
8. Eni Monita
9. Fitria
10. Haryanti
11. Hayatullaili
12. Helmi Suardi
13. Herizal
14. Humairah Santi
15. Jasmani
16. Jumiati
17. Khairuna
18. Maisarah
19. Majida
20. Maulidiawati
21. Murvaouzani
22. Muzakkir
23. Nadiatul Hikmah
24. Nailul Izzati
25. Nasruddin
26. Nova Yulia
27. Nur Afifah
28. Nurfadhillah
29. Nurlidar
30. Nurul Usqa
31. Nurvibah
32. Purnama Sabril Hudya
33. Qadariah
34. Radinan
35. Rukaiah
36. Restu Andrian
37. Safrizal
38. Syahrul Rahman
39. Via Rizqa
40. Zulman Wardi
CATATAN: TUGAS KELOMPOK

1. Setiap kelompok membuat makalah sesuai dengan judul yang telah ditetapkan.
2. Makalah tersebut disajikan dalam seminar/diskusi dalam kelas sesuai dengan jadwal masing-masing.
3. Makalah dibuat dengan standard ilmiah, mempunyai rujukan/referensi, dan penulisan ilmiah.
4. Tugas kelompok ini dinilai sebagai tugas akhir/final perkuliahan.

NAMA KELOMPOK, JUDUL DAN JADWAL TAMPIL

Kelompok 1: Khawarij: Sejarah dan Pemikirannya
Kelompok 2: Syi’ah: Sejarah dan Pemikirannya
Tampil: tanggal 14 Desember 2010

Kelompok 3: Murji`ah: Sejarah dan Pemikirannya
Kelompok 4: Qadariyah: Sejarah dan Pemikirannya
Tampil: tanggal 21 Desember 2010

Kelompok 5: Jabariyah: Sejarah dan Pemikirannya
Kelompok 6: Mu’tazilah: Sejarah dan Pemikirannya
Tampil: tanggal 28 Desember 2010

Kelompok 7: Asy’ariyah: Sejarah dan Pemikirannya
Kelompok 8: Maturidiyah: Sejarah dan Pemikirannya
Tampil: tanggal 4 Januari 2011

Kelompok 9: Wahabiyah: Sejarah dan Pemikirannya
Kelompok 10: Muhammadiyah: Sejarah dan Pemikirannya
Tampil: tanggal 11 Januari 2011

TUGAS KELOMPOK MAZAHIB ISLAMIYAH

NAMA-NAMA MAHASISWA MATA KULIAH MAZAHIB ISLAMIYAH
UNIT 3 TPA 7803 HARI SENIN JAM KE V


PEMBAGIAN KELOMPOK
DISKUSI /SEMINAR

Kelompok 1: Pemurnian Islam di Arab Saudi

Abd. Muthalib
Harisah
Herman
Husniah
Yulinda Sumita

Kelompok 2: Pembaharuan Islam di Mesir

Abdul Halim
Akbar
Aspriadi
Baihaqi
Zeky Gunawan
Wirdah

• Kelompok 1 dan 2: tampil tanggal 06 Desember 2010


Kelompok 3: Pembaharuan Islam di Turki
Junidarwati
Khuzaimah
M. Amin
Marwati

Kelompok 4: Pembaharuan Islam di India

Diniati Islami
Fitriah
Fitriani
Ida Fadhilah
Zulfitra Armi

• Kelompok 3 dan 4: tampil tanggal 13 Desember 2010


Kelompok 5: Gerakan Kaum Paderi di Sumatra Barat

Maya Mailiza
Muntahar
Murtila
Nafira

Kelompok 6: Jam’iyyat al-Khair dan Gagasan Pembaharuannya

Idaliana
Irham
Maryulis
Melli Jasma
Wakdul Amin



Kelompok 7: Muhammadiyah dan Gagasan Pembaharuannya

Nurmalawati
Rahmati
Raudhatun Nufus
Safrina

• Kelompok 5 dan 6: tampil tanggal 20 Desember 2010


Kelompok 8: Persatuan Islam (PERSIS) dan Gagasan Pembaharuannya

Muhammad Abduh
Mursyidah
Murkia
Nanda Gunawan
Tarmizi

Kelompok 9: Al-Irsyad dan Gagasan Pembaharuannya

Siti Rahmah
Siti Busra
Syamsul Arifin
Tutia Rahmi

• Kelompok 7 dan 8: tampil tanggal 27 Desember 2010


Kelompok 10: Gagasan Pembaharuan Haji Agussalim

Nur Afia
Rahmah Sartika
Sayutri
Suaibah
T. Afrizal

• Kelompok 9 dan 10: tampil tanggal 03 Januari 2011




CATATAN: TUGAS KELOMPOK

1. Setiap kelompok membuat makalah sesuai dengan judul yang telah ditetapkan.
2. Makalah tersebut disajikan dalam seminar/diskusi dalam kelas sesuai dengan jadwal masing-masing.
3. Makalah dibuat dengan standard ilmiah, mempunyai rujukan/referensi, dan kaidah penulisan ilmiah.
4. Tugas kelompok ini dinilai sebagai tugas akhir/final perkuliahan. Setelah diskusi/seminar agar diperbaiki sesuai dengan masukan atau saran peserta/audience.
5. Waktu tersedia untuk setiap kelompok maksimal 40 menit, dengan alokasi waktu 15 menit penyajian makalah; dan 25 menit diskusi.
6. Selamat menjalankan tugas, di perpustakaan, selama dua minggu; dan masuk kelas kembali tanggal 06 Desember 2010.

Bravo…!

TUGAS INDIVIDUAL MAHASISWA TAFSIR III

TUGAS INDIVIDUAL MAHASISWA TAFSIR III:
PENULISAN MAKALAH
(Tugas Akhir Semester)


Prosedur Penulisan:

1. Memilih satu topik yang telah ditentukan.
2. Menulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.
3. Mencantumkan footnote (catatan kaki).
4. Menyertakan daftar pustaka pada halaman terakhir.
5. Daftar pustaka sekurang-kurangnya 5 (lima) referensi.
6. Sistematika penulisan sesuai dengan contoh (sample).
7. Fon yang digunakan, Times New Roman ukuran 12
8. Diketik 1,5 spasi.
9. Kertas yang digunakan ukuran A4 (70 gram).
10. Jumlah halaman minimal 5 (lima) halaman isi.
11. Makalah dijilid (plus halaman judul).
12. Diserahkan paling lambat tanggal 5 Januari 2011.

Sistematika Penulisan:

A. Teks Ayat
B. Tarjamah al-Ayat
C. Makna Ijmali
D. Pengertian Istilah
E. Asbab al-Nuzul (jika ada)
F. Tafsir al-Ayat
• Dapat diperkaya dengan ayat-ayat lain yang ada hubungannya
• Dapat ditambah hadits-hadits sebagai pendukung penjelas ayat
• Dapat dimasukkan pendapat-pendapat ulama yang relevan
G. Kesimpulan
H. Daftar Pustaka (halaman tersendiri)
JUDUL-JUDUL TUGAS INDIVIDUAL
MAHASISWA TAFSIR III



MANFAAT NYAMUK
Kajian Surat al-Baqarah/2: 26-27

BAHAYA KEMUNAFIKAN
Kajian Surat al-Baqarah/2: 8-10

KEUNGGULAN AL-QUR’AN
Kajian Surat al-Baqarah/2: 23-24

MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Kajian Surat al-Baqarah/2: 30-33

BAHAYA MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN
Kajian Surat al-Baqarah/2: 40-42

MENSYUKURI NIKMAT
Kajian Surat al-Baqarah/2: 47-48

BAHAYA SIHIR
Kajian Surat al-Baqarah/2: 101-103

MILLAH IBRAHIM
Kajian Surat al-Baqarah/2: 130-133

BUKTI KEKUASAAN ALLAH
Kajian Surat al-Baqarah/2: 164-165

ISLAM KAFFAH
Kajian Surat al-Baqarah/2: 207-209

MENYUSUI BAYI DAN MANFAAT AIR SUSU IBU (ASI)
Kajian Surat al-Baqarah/2: 233

KEBEBASAN BERAGAMA
Kajian Surat al-Baqarah/2: 256-257

NILAI INFAQ DI JALAN ALLAH
Kajian Surat al-Baqarah/2: 261-263

ADMINISTRASI KEUANGAN ISLAMI
Kajian Surat al-Baqarah/2: 282

FAKTOR-FAKTOR CINTA PADA MANUSIA
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 14-17

KRITERIA MEMILIH PEMIMPIN
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 28-30

MANFAAT MENCINTAI ALLAH
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 31-32

BERDAKWAH KEPADA AHLUL KITAB
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 64-65

KONSISTEN PADA AGAMA ALLAH
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 103-104

MENJALIN HUBUNGAN DENGAN ALLAH DAN MANUSIA
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 112-114

KEWAFATAN NABI MUHAMMAD
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 144-146

AKHLAK RASULULLAH
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 159-161

KEUTAMAAN MATI SYAHID
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 169-172

SETIAP JIWA PASTI MATI
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 185-186

MAKNA HIJRAH DAN JIHAD
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 195-198

TATACARA BERZIKIR
Kajian Surat Ali ‘Imran/3: 189-191

HUKUM NIKAH DAN POLIGAMI
Kajian Surat al-Nisa’/4: 2-3

SUAMI PEMIMPIN DALAM KELUARGA
Kajian Surat al-Nisa’/4: 34-35

BERBUAT IHSAN KEPADA SESAMA MANUSIA
Kajian Surat al-Nisa’/4: 36-38

SISTEM PEMERINTAHAN DALAM ISLAM
Kajian Surat al-Nisa’/4: 58-59

HUKUM QASHAR SHALAT
Kajian Surat al-Nisa’/4: 101-102

KEWAJIBAN BERLAKU ADIL
Kajian Surat al-Nisa’/4: 135-136

MEMAKMURKAN MASJID
Kajian Surat al-Taubah/9: 17-18

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Kajian Surat Luqman/ 31: 14-15

MENGADAKAN PERDAMAIAN
Kajian Surat al-Hujurat/49: 9-10

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Kajian Surat al-Nur/24: 58-59

KEWAJIBAN MENDIDIK KELUARGA
Kajian Surat al-Tahrim/66: 6

Selasa, 23 November 2010

HIKMAH DI BALIK MUSIBAH

MEMETIK HIKMAH DI BALIK MUSIBAH
(Renungan Ta’ziyah)
Oleh: DR. H. Hasan Basri al-Mardawy, MA


Musibah artinya segala sesuatu yang menimpa manusia. Musibah merupakan ujian iman bagi setiap mukmin. Salah satu bentuk musibah adalah kematian. Kematian akan menimpa siapa saja. Apabila ajal telah tiba maka kematian pasti datang, tanpa mengenal usia. Karena itu, musibah kematian merupakan ketetapan Allah yang berlaku untuk semua makhluk-Nya, tanpa kecuali manusia. Sehubungan dengan ini, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ketika manusia berumur 120 hari dalam kandungan ibunya, Allah mengutus Malaikat-Nya untuk meniupkan ruh ke dalam jasad manusia, dan pada saat itu pula ditetapkan empat hal: rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Berdasarkan hadis ini, maka dapat dipahami bahwa ajal setiap manusia sudah ditetapkan sejak manusia masih berada dalam kandungan ibunya.
Selanjutnya, dalam surat Ali Imran ayat 180, Allah SWT menegaskan bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

Artinya: Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, sesungguhnya pada Hari Kiamat nanti akan disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka ia telah berhasil (sukses); kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.

Manusia adalah makhkuk yang terdiri dari jiwa dan raga. Oleh sebab itu, manusia akan mengalami kematian begitu ajal yang telah ditetapkan itu tiba. Ketika ajal sudah tiba, tidak ada yang dapat mempercepat dan mengundurkannya sedetik pun jua, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 61:

فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَيَسْتَئْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَيَسْتَقْدِمُونَ

Pengertian ajal dalam ayat ini adalah batas akhir kehidupan. Sebab itu, ajal merupakan rahasia Allah yang tidak diberitahukan kepada manusia. Maka ketika seseorang meninggal dunia berarti janji Allah sudah tiba, dan kematian seseorang merupakan takdir atau ketentuan yang tak dapat dielakkan. Dalam kaitan dengan ajal, Allah menyatakan dalam surat al-Munafiqun ayat 11:

وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: Allah tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila ajalnya sudah datang; dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Mungkin saja penyebab kematian itu banyak, namun mati itu satu, yaitu berpisahnya ruh dari jasad (tubuh). Perpisahan antara ruh dan jasad inilah yang disebut mati (al-mawt). Dalam al-Qur’an terdapat 145 kata al-mawt (kematian), dan 145 kata al-hayah (kehidupan). Ini menandakan bahwa ada keseimbangan antara kehidupan dan kematian. Allah menciptakan keseimbangan ini bukan tanpa tujuan. Mengenai tujuan utama diciptakan kematian dan kehidupan dijelaskan dalam surat Al-Mulk ayat 2:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji manusia siapa di antara manusia itu yang paling bagus kualitas amalnya. Jadi, adanya kehidupan dan kematian itu merupakan ajang kompetisi amal di kalangan umat manusia. Manusia yang cerdas adalah manusia yang memiliki kulitas amal terbaik sebagai persiapan menuju negeri Akhirat. Maka, kehidupan dunia pada hakikatnya adalah persiapan amal salih dengan cara berlomba-lomba berbuat kebaikan menurut profesi dan keahlian masing-masing. Semakin bagus amal seseorang, maka semakin tinggi derajatnya di sisi Allah SWT. Berbahagialah orang-orang yang melakukan kebaikan dan amal salih dalam kehidupannya.
Kehidupan adalah ujian. Setiap orang beriman pasti akan menghadapi ujian dari Allah. Manusia yang paling hebat dan paling kuat menghadapi ujian dari Allah adalah para rasul. Setiap kali lulus dari ujian, mereka ditingkatkan derajat ke peringkat yang lebih tinggi. Karena itu, setiap orang beriman juga menghadapi ujian meskipun tidak seberat ujian yang pernah dihadapi para rasul. Setiap mukmin yang mendapat ujian dari Allah menjadi pertanda bahwa Allah mencintainya dan meningkatkan derajat imannya serta diberikan pahala di sisinya. Karena itulah, Rasulullah SAW sangat mengagumi orang mukmin, “Hebat sekali orang mukmin, ketika ia mendapat nikmat maka ia bersyukur kepada Allah; dan pada saat musibah menimpanya maka ia bersabar.” Atas dasar ini, terdapat korelasi positif antara rasa syukur dan sabar. Ketika kita bersyukur kepada Allah, maka Allah menambahkan nikmat-Nya kepada kita. Dan ktika musibah menimpa kita, maka kita meningkatkan kesabaran sehingga Allah menambahkan pahala untuk setiap orang yang sabar. Dengan demikian, orang beriman selalu berada dalam kondisi penuh ketenangan (sakinah) dan kasih sayang (rahmah) baik di saat suka maupun duka.
Lebih lanjut, Allah menjelaskan tentang bentuk-bentuk ujian yang diberikan kepada orang-orang beriman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, kehilangan jiwa-raga, dan kekurangan hasil panen; maka sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali. Mereka itulah yang mendapat keselamatan dan rahmat dari Allah; dan mereka akan mendapat hidayah (al-Baqarah: 155-157).

Ayat tersebut mengandung pesan untuk setiap mukmin dalam menghadapi ujian atau cobaan dari Allah. Ada lima sikap positif bagi seorang mukmin ketika mendapat musibah: pertama, meyakini bahwa musibah itu merupakan takdir dan ujian dari Allah; kedua, rela menerima takdir dan musibah dengan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un; ketiga, meningkatkan kesabaran setiap kali mendapat musibah; keempat, orang yang sabar dicintai Allah; dan kelima, meyakini bahwa Allah akan memberikan keselamatan, kebahagiaan, pahala, rahmat, dan hidayah kepada orang-orang yang sanggup bersabar dalam menghadapi musibah. Karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk berdo’a ketika mengalami ujian atau musibah dari Allah: Allahumma ajirni fi musibati wakhlufli khairan minha (ya Allah, berilah pahala kepadaku dalam musibahku ini; dan gantikan musibah ini dengan ganjaran yang lebih baik). Kemudian, Rasulullah SAW mengatakan, siapa saja yang membaca do’a ini ketika ditimpa musibah, maka Allah akan menggantikan musibah itu dengan kebaikan, rahmat, dan hidayah. Dan Allah akan menganti apa yang telah diambil-Nya dengan yang lebih baik. Jadi, orang yang mampu bersabar dan meningkatkan amal ibadah dalam kondisi musibah, maka Allah akan memberikan kejayaan dan kesuksesan dalam hidupnya.
Membangun sikap positif itu sangat penting untuk meraih kesuksesan di dunia dan di Akhirat. Islam mengajarkan kita untuk selalu berpikir positif baik kepada Allah maupn kepada sesama manusia. Sebab itulah Islam melarang manusia bersikap negatif kepada Allah dan manusia. Bahkan, menurut al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12, sebagian sikap negatif (su’uzh zhan) itu merupakan dosa.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمُُ

Artinya: Hai orang-orang beriman, jauhilah prasangka negatif, karena sebagian prasangka negatif itu adalah dosa …

Orang yang memiliki sikap positif dalam menjalani kehidupannya akan mendapat pencerahan hati dan kelembutan jiwa serta dicintai oleh Allah dan manusia. Maka, sikap positif atau positive thinking merupakan tipikal orang beriman; dan dengan itu ia akan mencapai kemajuan dan meraih kesuksesan. Ada lima sikap positif yang paling penting untuk ditumbuhkembangkan dalam menghadapi ujian hidup atau musibah adalah:

• Ikhlas
• Sabar
• Tawakkal
• Ridha
• Istiqamah

Ikhlas merupakan kunci segala amal. Setiap amal yang dilandasi keikhlasan akan mendapat pahala dari Allah. Begitu pula ikhlas dalam menghadapi musibah, menerima musibah dengan tulus dan lapang dada, tanpa menimbulkan penyesalan dan ratapan; menerima kehendak Allah dengan sepenuh hati. Maka, Allah akan memberikan balasan terbaik kepada orang yang menerima musibah secara ikhlas. Dalam keikhlasan itu ada kesabaran; Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Sabar dalam ketaatan, sabar dalam amar makruf nahi munkar, sabar dalam menjauhi perbuatan dosa, dan sabar dalam menghadapi musibah. Selain sabar, tawakkal adalah satu sikap yang paling utama, yaitu menggantungkan harapan pada Allah semata karena Dia lah yang maha kuasa untuk melakukan segalanya; dan Dia juga yang akan memberikan kekuatan dan keselamatan kepada hamba-Nya. Hakikat tawakkal adalah menyerahkan segala persoalan yang tidak sanggup kita hadapi dan selesaikan kepada Allah setelah berupaya secara maksimal. Setelah kita bertawakkal, maka kita tanamkan sikap ridha atau perasaan puas karena kita telah menerima sepenuhnya takdir Allah, tanpa menyalahkan siapa pun atau kondisi apa pun. Karena pada prinsipnya, setiap musibah sudah dtetapkan oleh Allah sejak zaman azali, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hadid ayat 22-23:

مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam Kitab (di Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakan bumi; sesungguhnya itu sangat mudah bagi Allah. Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu, dan jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan kepadamu; dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
Sikap yang kelima adalah istiqamah. Istiqamah artinya kokoh atau teguh prinsip. Orang yang memiliki sikap istiqamah tidak akan goyah imannya dan tidak akan lemah jiwanya dalam menghadapi musibah atau bencana. Orang yang istiqamah tidak akan mengalami stress dan tidak frustrasi dalam hidupnya karena ia senantiasa dibimbing oleh Allah. Karena itulah, Allah berjanji akan memberikan kekuatan kepada orang yang bersikap istiqamah. Bagi orang yang bersikap istiqamah diberikan sikap keberanian, pengampunan, dan surga.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka bersikap istiqamah, maka malikat akan turun kepada mereka sambil mengatakan: “Janganlah kamu merasa takut dan jangan bersedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu (Fushshilat: 30).
Demikianlah renungan kita pada hari ini, atas berpulangnya ke rahmatullah, saudara kita, semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kesabaran kepada keluarganya atau ahli musibah. Kita do’akan semoga Allah SWT mengampuni dan mencurahkan rahmat-Nya kepada hamba yang telah dipanggil ke hadirat-Nya dan kepadanya diberikan tempat terhormat dan terindah, yaitu surga yang penuh kenikmatan. Semoga kepulangannya kepada Allah mendapat sambutan hangat dari Allah yang Maha Kuasa, seperti diungkapkan dalam firman-Nya, surat Al-Fajr ayat 27-30:

يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعِي إِلىَ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَةً فَادْخُلِي فيِ عِبَادِي وَادْخُلِي جَنَّتِي

Artinya: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh kepuasan dan ridha-Nya, bergabunglah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.


Wabillahit Taufiq Walhidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.








N.B.: DR. H. Hasan Basri al-Mardawy, MA adalah dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan alumnus Leiden University, Nederland.